Dita: "Maya, besok kita bisa nonton film, gak? Aku kangen nonton bareng."
Maya: (Tersenyum lembut, meski hatinya perih) "Besok kita nonton, ya. Aku janji."
Namun, di dalam hatinya, Maya tahu bahwa besok masih akan penuh dengan tantangan. Harus menyelesaikan pekerjaan, menjaga adik-adiknya, dan menanggapi kecemasan ibunya yang semakin hari semakin menjadi.
Di atas semua itu, Maya tahu satu hal. Dia tidak bisa berhenti. Seperti badai yang menghantam pantai, dia harus terus bertahan, meski terkadang lelah. Karena di balik segala beban itu, ada cinta yang tak terbatas untuk keluarganya.
Keesokan harinya, setelah bekerja seharian, Maya duduk di samping Dita yang sedang menonton film kartun. Tangan kecil Dita menggenggam tangan Maya dengan erat, memberi ketenangan yang Maya rasakan hampir tak pernah lagi.
Dita: "Maya, kamu kuat banget ya. Aku sayang kamu."
Maya menatap adiknya dengan penuh haru. Ada cinta yang tak terucapkan dalam kata-kata Dita, yang menguatkan semangat Maya untuk terus melangkah.
Maya: "Aku juga sayang kamu, Dita. Kalian semua adalah alasan kenapa aku tetap bertahan."
Maya menatap layar, tapi pikirannya mengembara jauh. Di luar sana, dunia mungkin melihatnya sebagai sosok yang kuat, namun hanya dia yang tahu, di balik ketegaran itu, ada keinginan yang tak pernah padam untuk melindungi orang-orang yang dia cintai.
Dia tidak tahu apa yang akan datang di masa depan, tetapi dia tahu satu hal—meskipun keluarganya hancur, dia masih punya kekuatan untuk menyusun kembali potongan-potongan hidup yang rusak itu, sedikit demi sedikit.
Dan itu sudah cukup baginya.