Mohon tunggu...
Nanda Belindha S
Nanda Belindha S Mohon Tunggu... Human Resources - SDM

Hobi saya adalah menonton film dan saya sangat menikmati hobi saya tersebut. Saya suka meresapi cerita yang dipresentasikan dalam film-film dari berbagai genre, seperti drama, aksi, komedi, dan fiksi ilmiah. Saya terpesona dengan cara sutradara dan aktor/aktris menggambarkan emosi dan menghidupkan karakter-karakter yang menarik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dibalik Tegar

14 Desember 2024   19:50 Diperbarui: 14 Desember 2024   18:57 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dina: "Maya, ada apa? Kamu kelihatan capek banget."

Maya: (Memaksakan senyum) "Aku baik-baik aja, Dina. Hanya sedikit banyak kerjaan."

Dina: "Aku tahu kok kalau kamu lagi banyak pikiran. Kamu gak perlu nahan diri. Kalau ada yang bisa aku bantu, bilang aja."

Maya terdiam. Kadang, perhatian sekecil itu terasa lebih berarti daripada apa pun. Dina, yang mungkin tak tahu apa yang Maya alami, bisa merasakan kesulitan di balik ketegaran wajah Maya.

Maya: (Pelan) "Aku cuma… bingung. Semua terasa begitu berat, Dina."

Dina: "Kamu kan udah terbiasa. Kuat, kan?"

Maya menatap Dina, lalu menundukkan kepala. Dia merasa seolah tidak bisa berbagi semua beban itu.

Maya: "Aku hanya tidak ingin jadi lemah. Aku harus bisa menjaga adik-adik dan Mamah."

Dina: "Maya, itu bukan bebanmu seorang. Terkadang, membiarkan diri kita jatuh, itu justru yang membuat kita lebih kuat."

Maya tersenyum samar, namun dalam hatinya, dia tahu Dina benar. Ketegaran bukanlah tentang tidak pernah jatuh, tetapi tentang bagaimana kita bangkit setelahnya.

Malam itu, ketika dia kembali ke rumah, Maya menemukan adiknya yang bungsu, Dita, duduk di ruang tengah, memeluk boneka favoritnya. Wajah Dita yang polos mengingatkan Maya betapa dia ingin memberikan kebahagiaan pada adik-adiknya, meski dirinya sendiri selalu terjepit antara keinginan dan kenyataan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun