Mohon tunggu...
Nanda Nuriyana SSiTMKM
Nanda Nuriyana SSiTMKM Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Praktisi dan Akademisi

BERTUGAS DI RUMAH SAKIT dr FAUZIAH BIREUEN BAGIAN KONSELOR HIV AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Menjawab Keresahan Pasien Saat Berkunjung di Fasilitas Kesehatan

12 November 2023   18:44 Diperbarui: 13 November 2023   14:34 786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah anda menjumpai pasien yang nervous, ketika berkunjung ke fasilitas kesehatan? Banyak kita temui pasien dan keluarganya enggan mengakses layanan kesehatan kecuali kondisi terdesak. Berbagai kemungkinan terjadi cenderung menimbulkan traumatis. Terlebih lagi pada pasien yang berisiko dan rentan adaptif. Dari itu, mari kita upgrade diri, meningkatkan layanan bermutu dan ikhlas.

Bukan tidak mungkin di zaman yang serba canggih ini, masih ada beberapa layanan kesehatan yang memiliki kapasitas minim baik dari sumber daya manusia, sarana dan prasarana lainnya. Aset yang paling signifikan terkait sumber daya manusia yang perlu di dibenahi setiap dekade untuk memenuhi kepuasan pelanggan. Tenaga kesehatan yang trampil memiliki value di bandingkan nakes yang abal-abal serta tidak memiliki etika dalam berkomunikasi dengan pasiennya.  

Kenapa penulis menyoroti tentang kualitas sumber daya manusia? karena perilaku manusia tersebut dapat di perbaharui seiring waktu mengasah kembali, membangun kapasitan diri dengan berbagai komitmen yang telah di sepakati. Beberapa pasien dan keluarganya komplain dengan ulah segelintir nakes yang merusak citra nakes lainnya. Padahal kita tau di luaran sana banyak nakes yang care dan penuh dedikasi tinggi dalam melayani dengan baik. Oleh karena itu, pentingnya komunikasi dua arah untuk menghindari kesalahfahaman di antara tenaga kesehatan dan pasien. 

Demikian halnya, komunikasi terapeutik sangat dibutuhkan oleh pasien saat berkunjung ke fasilitas kesehatan. Disini batasan penulis terkait tentang pasien geriatrik dengan penyakit jantung dan pasien risiko jatuh saat mengakses layanan kunjungan di poli rawat jalan maupun rawat nginap. Ada beberapa dukungan pemulihan mulai dari segi obat-obatan, pemeriksaan penunjang dan komunikasi terapeutik yang perlu diterapkan oleh suatu fasilitas kesehatan.

Berikut beberapa prinsip komunikasi terapeutik yang dapat membantu kesembuhan pasien:

1. Empati

Dengarkan dengan penuh perhatian dan empati terhadap keluhan pasien, termasuk kekhawatiran mereka tentang penyakit yang sedang di alaminya. Nakes (tenaga kesehatan) dapat memberikan konstribusi yang berarti pada kesembuhan secara fisik dan mental pasien. Sugesti yang diberikan mampu menstimulasi rasa percaya diri akan kesembuhan yang bakal diperolehnya.

Kendalikan emosi saat menyampaikan informasi yang adakalanya berbenturan pendapat dengan pasien. Kurangi intonasi yang menyengat perasaan apalagi pasien baru butuh waktu untuk beradaptasi dengan layanan kesehatan. Tanyakan, apakah ada yang bisa dibantu, ibu atau bapak? Persilahkan masuk dengan senyuman ramah agar membantu menstabilkan detak jantung pasien yang kerap was-was saat itu.

2. Edukasi tepat

Berikan informasi akurat tentang kondisi pasien, pengobatan, dan prosedur yang akan dilakukan dengan bahasa yang mudah dipahami. Informasi disampaikan timbal balik dan tidak membuat pasien bingung. Hindari penekanan secara psikis karena akan mempengaruhi progresivitas penyakit dan mengancam jiwa. 

Health education tentang pola hidup sehat, life style dan manajemen stress dikelola dengan benar, sedangkan pada pasien dengan lanjut usia, petugas sering mengalami kesulitan saat memberikan edukasi kesehatan yang tepat. Ini ada kaitan dengan penghambat oleh penyakit degeneratif lainnya, seperti Diabetes Mellitus, gangguan pendengaran dan penglihatan, ginjal dan hipertensi. 

Perlu kesabaran dan libatkan keluarga terdekat si pasien untuk mendampingi perawatan kesehatan di rumah sakit atau di rumah. Pantau respon pasien terhadap informasi perawatan yang diberikan, dan komunikasi anda sesuai kebutuhan pasien.

3. Komunikasi verbal

Luangkan waktu untuk berinteraksi dengan pasien, meskipun sekedar menyapa. Ajak pasien untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dengan jelas. Hal itu dapat mengurangi kecemasan dan meningkatkan pemahaman. Pendekatan ini bertujuan mendukung kesembuhan pasien, tentunya menjadi suatu alasan kenapa mereka mau kembali di layanan tersebut. Komunikasi ini bertajuk senyum, sapa, ramah, salam dan santun adalah kunci dalam pelayanan berkualitas. 

Berbeda dengan kekerasan verbal dan perundungan kata-kata yang menyudutkan pasien patut dihindari untuk mencegah konflik seperti, cepat marah, luapan emosi, merasa sedih, benci, takut dan sebagainya. Kondisi demikian mempengaruhi kestabilan jantung.

Penting diperhatikan kekerasan verbal lebih berdampak memburuknya kesehatan pasien walaupun sudah mengonsumsi obat obatan yang telah diresepi dokter. Berhati-hatilah dengan lisan yang tajam seperti belati yang menusuk ke hulu jantung, ini juga ditujukan untuk tenaga medis dan paramedis, serta tenaga kesehatan lainnya di suatu layanan yang berhubungan dengan perawatan penyakit kritis.

4. Dukungan emosional

Berikan dukungan emosional kepada pasien dan keluarganya. Pastikan mereka merasa didengar dan dihargai. Pahami bahwa pasien bukan hanya ingin mendapatkan obat-obatan saja, melainkan perlakuan yang baik akan menunjang keyakinan proses pengobatan. Sebaliknya sikap dan perilaku yang tidak mendukung kesembuhan akan memperburuk keadaan umum pasien.

Usahakan memberikan motivasi dan ciptakan vibes tenang, kemudian fokus pada solusi permasalahan yang dihadapi oleh pasien, dengan mendengarkan keluhan-keluhan saat itu, seperti saat berkonsultasi jangan sibuk memainkan ponsel dan ngobrol panjang sehingga pasien pun terabaikan. Tak bisa di pungkiri sikap tersebut sangat menyakiti perasaan siapa saja di posisi pasien.

5. Gunakan Bahasa Tubuh yang Positif

Bahasa tubuh yang positif, seperti senyum dan kontak mata, bukti wujud penerimaan. Hindari tatapan sinis, hentakan kasar dan sikap tubuh pongah. Gestur tubuh yang tidak mendukung akan menyulitkan pasien dalam penerimaan informasi terkait kesehatannya.

Ekspresi wajah seringkali mudah dianalogikan sebagai bentuk penolakan terhadap keberadaan pasien seperti mimik wajah merengut, ketus dan tak bersahabat. Respon seperti ini menggambarkan hal negatif bagi pasien maupun terhadap pelayanan yang diberikan. 

Hindari sikap tubuh yang menandakan ciri-ciri orang sombong dan egois serta tidak profesional dalam bekerja. Kepuasan pasien adalah tujuan kita memberikan pelayanan bermutu.

6. Pertimbangkan Aspek Psikologis

Penderita jantung sering mengalami stres dan kecemasan. Bantu mereka mengatasi emosi negatif ini dengan berbicara ramah, sopan dan support mental. Banyak hal yang dapat diperbuat berkenaan dengan dampak psikologis pada pasien misalnya bina hubungan baik, dapatkan kepercayaan dengan komunikasi persuasif.

Waspadai pencetus serangan jantung dan serangan berulang, yang justru dipicu oleh faktor tekanan emosional. Ada beberapa pasien yang cemas bahkan stress mengunjungi rumah sakit atau bertemu dengan orang-orang berbaju putih, baik itu dokter maupun perawat. Maka dari itu, ajak mereka untuk melepaskan ketegangan-ketegangan dengan memberikan suasana rileks.

7. Hormati Privasi

Jaga kerahasiaan informasi kesehatan mereka. Bagaimanapun penyakit yang diderita pasien seyogyanya hanya boleh diberikan data kepada pihak yang membutuhkan. Ada pasien yang tidak mau privasinya terbuka pada siapa saja, hal itu erat kaitannya dengan optimisme pasien dalam keterbatasan beraktivitas.

Disini diuji kemampuan perawat dalam menerapkan tehnik komunikasi terapeutik memerlukan latihan dan kepekaan serta ketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi tidak hanya tergantung kemampuan tetapi juga dalam dimensi nilai, waktu dan ruang yang turut mempengaruhi keberhasilan komunikasi yang terlihat melalui dampak terapeutiknya bagi kesehatan pasien dan juga kepuasan.

Ada nakes (tenaga kesehatan) yang memotivasi pasien supaya lebih enjoy dan mengurangi stress yang memacu beban kerja jantung. Ada juga nakes asal nyerocos aja tanpa mempertimbangkan perasaan dari pasien yang ingin berkonsultasi untuk mendapatkan kesembuhan. Padahal komunikasi teurapetik sangat penting dalam mengakses layanan pengobatan terutama pada pasien lansia dengan kasus rentan.

Wahai nakes, satu kata darimu sebagai penyemangat pasien sanggup bertahan untuk beberapa hari ke depan. Akan tetapi jikalau ucapanmu bersifat down, sungguh kasian sekali pasien tak mampu bertahan dengan kondisi yang kau ciptakan. Mereka bukan hanya mementingkan obat obatan, melainkan sikap dan perlakuan nakes yang baik akan mempercepat pemulihan, sementara kita selama ini begitu arogan memberikan pelayanan jauh dari kata optimal.

Saran dari penulis, seorang tenaga kesehatan harus profesional dalam pembiasaan diri mengucapkan kata-kata yang memberikan efek positif. Apalagi pasien lansia dengan gangguan penyakit jantung pembuluh darah serta penyakit penyerta lainnya begitu sensitif dengan perlakuan sebagian nakes yang kurang beradab. 

Konon lebih parah lagi pasien lansia enggan melakukan kontrol ulang, apabila petugas tidak memotivasi dengan baik. Nakes perlu kesabaran ekstra menjembatani diri, membangun hubungan kepercayaan menggunakan soft skill dalam berinteraksi dengan pasien penyakit kritis.

Tiada salah memberikan apresiasi kepada pasien demi kesembuhannya, hindari ucapan dan tindakan yang melukai perasaan. Jangan sampai tekanan emosional justru merenggut nyawa pasien, karena serangan jantung dapat  mendadak brutal.

Tolonglah sekali waktu petugas yang arogan berganti peran menjadi sosok renta yang tertatih-tatih mencari akses pengobatan dan berusaha tetap tegar. Bahkan ada juga lansia pasca rawat nginap menggunakan kursi roda harusnya diprioritaskan, setibanya di layanan merasa kecewa atas penerimaan sang petugas kesehatan. Tidak ada salahnya dengan budaya antri, tetapi pasien dengan risiko jatuh patut diperhatikan. Disini butuh tata kelola yang bijak dan utamakan servis kepuasan pasien sampai terwujudnya pelayanan bermutu.

Seandainya nakes terlalu capek, sibuk banyak tugas penting, lalu bertindak kasar sehingga mengabaikan komunikasi efektif. Jujur, pada kondisi ini pasien merasa alam bawah sadarnya terpuruk, rasa nyaman terganggu, rasa dihargai dan diterima oleh orang lain menjadi krisis kepercayaan diri, itu pernah kita alami. Sungguh, kesannya sangat bertolak belakang dengan tujuan pengobatan penyakit yang mencakup pemulihan menyeluruh baik secara fisik, mental dan spiritual serta sosial.

Kita juga memahami, nakes mempunyai banyak problema dan punya tanggungjawab besar. Nakes juga manusia biasa tak luput dari  kekhilafan. Disini juga penulis menghimbau kepada pihak pemangku jabatan untuk  memberikan penguatan kapasitas baik dari segi finansial, study perbandingan, cek-up kesehatan, in-house training, public speaking, dan sebagainya melalui seminar, TOT, pengembangan karya ilmiah sehingga nakes pun mempunyai wawasan luas penuh kredibilitas dan terupdate.

Pilihan kolaborasi dengan bidang lain, spesialisasi psikolog yang sanggup membangkitkan harapan dan semangat pasien untuk sembuh dan bertahan dari progresivitas penyakitnya itu. Kerja team untuk memotivasi dan men-support pasien sangat dibutuhkan, uraian tugas ini sepertinya perlu dikoordinasi dengan pihak manajemen untuk menetapkan psikolog dan rohaniawan agar berperan dalam memberikan dukungan perawatan dan pengobatan terutama pasien jantung dengan usia lanjut.

Komunikasi terapeutik dapat membantu membangun hubungan positif antara pasien, paramedis dan tenaga medis yang pada gilirannya dapat meningkatkan hasil perawatan dan quality of life pasien dengan penyakit kritis. Mari tunjukkan citra baik dan dedikasi tinggi sebagai profesi mulia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun