Mohon tunggu...
Nanda Nuriyana SSiTMKM
Nanda Nuriyana SSiTMKM Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Praktisi dan Akademisi

BERTUGAS DI RUMAH SAKIT dr FAUZIAH BIREUEN BAGIAN KONSELOR HIV AIDS

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jejas Tak Bertepi

4 Oktober 2023   23:56 Diperbarui: 5 Oktober 2023   00:03 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terkuak luka lama yang hampir usai

Ketika jiwa-jiwa kotor terus merongrong

Tatapan mata penuh kebencian berapi

Menyayat hati

Lara yang kau tawarkan begitu menjerat

Tidakkah kau berpikir akan ada pengadilan di hari akhir

Kenapa kamu tidak takut dengan pengadilan Tuhanmu

Sementara kau tampakkan kemenanganmu di hadapan manusia

Memperlihatkan borok di sana

Mengulang luka lama

Menyakiti perasaan orang lemah

Kamu penindas lebih mementingkan tepuk sorai mengelukan

Aku saksi dari perjalanan hidup yang pernah ia gariskan

Luka baru kau toreh lagi semakin dalam

Menjadi babak drama kolosal

Memercikkan api kebencian menjadi siluet merah

Satu persatu mengkristal dalam bola binarmu

Kau penuhi angkara murka sesaat

Bergelimang nista dan bulir air mata

Kepuasanmu dulu berjaya

Melenyapkan jejak kebenaran menggantikan dengan hasutan

Sebenarnya siapa yang kau benci

Dia atau aku

Buat apa hidup dalam kegelisahan, terselubung dalam hina

Tidakkah kamu tahu derai air mata tertumpah habis menggantikan kenangan

Tak jua mampu meredam sakit

Mana kepedulian dan kasih sayang yang dulu diagung-agungkan hingga kau terpedaya dengan ulahnya

Otoriter yang melekat sangat menyiksa hidup melebihi belenggu tirani

Hanya mengucap sepatah kata, meneriaki

Sementara lainnya tertawa basi

Manutmu di luar batas, 

Pengorbanan sia-sia mengekangmu separuh hidup

Ia menggenggammu erat, membuat batas tegas mempertaruhkan jiwa

Sadarlah ...


Bambu Selatan, 4 Oktober 2023

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun