Seiring waktu beliau sangat paham dan mengubah cara dengan mengoreksi yang santuy dan sangat manis. Aku terkesima oleh cara-cara beliau yang berbeda dari sebelumnya. Keakraban dari beberapa percakapan sering berbalas di group komunitas, kerap membalas setiap obrolannya. Sungguh aku ingin berdekatan dan mengenalinya lebih jauh.
Ketika pagi itu tak sengaja membuka si biru, terlintas foto beliau diposting oleh teman lainnya. Aku berpikir pasti sedang ada acara kepenulisan yang akan digelar dalam waktu dekat ini. Aku tak membaca postingan tersebut dan melewati begitu saja. Namun keesokan hari saat membaca komentar salah satu teman lainnya di komunitas, diriku terhenyak membaca  ucapan belangsungkawa yang ditujukan kepada si mbak tersebut.
Aku menunduk lemas mendengar berita itu. Segera, aku membuka beranda teman yang pernah kulewati. Masyaallah, aku mohon ampun ya Rabb, tersadar akan kekurangan dan khilafku. Aku begitu tertampar dengan berita itu, ketentuan takdir-Mu lebih indah ya Allah. Semoga kau tenang di sana mbak.
Aku merasa kehilangan jati dirimu, mbak! Kau begitu mencuri perhatian, walaupun berbeda cara, diam-diam aku menyadari kamulah yang terbaik mbak. Tak pernah sepilu ini goresan hatiku mengenangmu. Kau mendadak, pergi tanpa pernah mengeluh sedikitpun tentang rasa sakit yang kau derita. Sang Rabb lebih menyayangimu mbak, peluk cium dari kejauhan. Aamiin ya Allah.
Dari kisah ini penulis menyimpulkan bahwa setiap ujian yang kita terima mengandung pembelajaran dan berkah kesabaran yang tak disangka-sangka datangnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H