Pertama, orang yang melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan tanpa memakai pengaman. Kedua karena tertusuk jarum yang terkontaminasi dengan paparan virus HIV. Ketiga adanya Penasun (pengguna narkoba suntikan), penularan virus HIV dengan cara ini sangat rawan menggunakan jarum suntik secara bergantian. Keempat pada Odha yang hamil dan menyusui bayinya tanpa penanganan tepat.Â
Kasus HIV Â sedang nge-trend menjangkiti kaum remaja dan dewasa awal. Hal ini seiring dengan maraknya narkoba, prostitusi online, kekerasan seksual dan LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender) merebak bagaikan penyemaian benih-benih di musim penghujan.
Menyikapi permasalahan tersebut, banyak tokoh masyarakat sangat gelisah menyaksikan fenomena yang sedang berlangsung. Kekhawatiran para orang tua terhadap remaja penerus bangsa, menjadi titik fokus utama.
Harapan penulis, segera usai dari mimpi-mimpi buruk yang panjang. Impian generasi muda dalam memberikan sumbangsih tenaga pikiran untuk bangsa akan terwujud dengan usaha dan nilai-nilai azas kebersamaan.Â
Sulit membayangkan andai generasi masa depan mengalami kemunduran sikap dan tingkah laku. Misalnya untuk diri sendiri saja masih ketergantungan disebabkan oleh sesuatu kondisi kesehatan dan lain lain.
Oleh karena itu, keganasan virus dapat dikendalikan dengan mawas diri, pengobatan bagi ODHA yang teratur, jauhi perilaku berisiko.Â
Pencegahan positif bagi diri sendiri dan orang lain, tingkatkan kualitas hidup sebagaimana layaknya orang sehat, ODHA bukanlah sebuah penyakit yang harus disesali apalagi sudah terjadi. Namun, jemputlah kesempatan emas untuk memberdayakan diri.Â
Dukungan masyarakat, teman sebaya dan keluarga sangat dibutuhkan oleh Odha untuk bangkit. Dorongan eksistensi diri mampu mengubah kehidupan ke arah lebih energik. Berada di komunitas bersama orang-orang yang saling mendukung dan berbagi ilmunya adalah sebuah kekuatan.Â
Kepatuhan pengobatan ARV (Antiretroviral) mutlak meningkatkan kesehatan ODHA dengan menekan replikasi jumlah virus hingga tahap relatif "inaktif virus" pada uji laboratorium. Semua itu butuh tekad dan keyakinan untuk tetap hidup sehat.Â
Bagaimana dengan pencegahan di kalangan generasi muda, yang kian hari bergejolak tanpa mengenal batas? Justru di saat telah terinfeksi virus barulah tersadar tentang rutinitas perilaku berisiko selama ini, akibat minimnya informasi tentang edukasi HIV-AIDS.Â
Sebuah konsekuensi pahit harus rela ia bayar mahal sebelum terlambat, intensitas mutu melakukan kegiatan promosi dan pencegahan dalam memutus mata rantai ancaman virus HIV-AIDS.