Apakah mungkin karena jumlah pembeli (pembaca)nya semakin menurun? Seperti kata seorang teman memberi alasan ia tidak mau membeli buku cetak, "Anak-anakku sekarang lebih suka baca e-book."
Apa pun penyebabnya, saya hanya berharap, semoga Kompas Anak bisa dihidupkan kembali. O, iya, tulisan ini saya muat sebagai pemenuhan janji saya kepada anak, menyampaikan protesnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!