Mohon tunggu...
Nana Supriatna
Nana Supriatna Mohon Tunggu... Guru - Guru Pemerhati Pendidikan, Literasi dan Sastra

Berkarya, Bergerak menumbuhkan literasi yang sangat kurang di dunia pendidikan Indonesia semoga terus menggali dan mencari pengetahuan di dunia Pendidikan, agar Pendidikan Indonesia maju dan Bergerak di era yang terus berkembang dan dinamis. " terus berkembang dan berbuat dalam kebaikan karena sesungguhnya kebaikan akan membuahkan kebaikan pula."

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jurnal Refleksi_Mengapa Saya Ikut Pendidikan Guru Penggerak?

30 Maret 2024   09:59 Diperbarui: 30 Maret 2024   10:06 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

MENGAPA SAYA IKUT CALON GURU PENGGERAK (CGP)?


A. Latar Belang dan Identifikasi

Sejarah Pendidikan Indonesia yang terus begulir dan mengalami beberapa perubahan dari beberapa dekade dari waktu ke waktu, mulai dari zaman colonial belanda, merdeka, serta zaman pembangunan, reformasi bahkan saat ini yang secara signifika mengalami perbaikan dan perbaikan demi mutu Pendidikan yang berkualitas. Berangkat dari  penuturan diatas sekaligus yang melatar belakangi saya nana supriatna mengikuit dan mendaftar Pendidikan calon guru penggerak (CGP) ada identifikasi masalah dankeresahan yang selama ini saya rasakan, baik dulu saya selaku siswa maupun saya sekaran menjadiseorang guru.

Ada beberapa faktor yang saya identifikasi diantaranya:

  • Pembelajaran yang konventional yang dimana guru adalah sosok sumber ilmu dan siswa menerima.
  • Siswa hanya menjadi objek atau wadah dalam menerima ilmu tanpa atau kurang mengeksplor apa yang mereka ingin, apa yang mereka lakukan dan apa yang menjadi tujuan dia dalam menyikapi sebuah pebelajaran yang ada
  • Ruang kelas yang menjadi sekat dalam artian bukan menyalhkan sebuah ruang kelas, namun dengan sekat tersebut terkadang membuat kreatifitas dan inovatif tidak keluar dan hanya cukup diruang kelas tersebut, tanpa memberi ruang yang lebih menyenangkan, mereka hanya asik dengan aktifitas sendiri, megantuk dan akhirnya tidur di kelas saat pembelajaran.
  • Ada rekan yang lebih dulu mengikuti calon penggerak yaitu bapak erlan hermawan, dan saya banyak bertanya perihal Pendidikan calon guru penggerak ini.

Semoga dengan mengikuti Pendidikan calon guru penggerak, saya menjadi sosok guru yang lebih mengedepankan kebutuhan dan kemampuan individu siswa yang lebih bermakna dan menyenangkan serta dapat menggali potensi pribadi siswa yang memiliki perbedaan karakter satu sama lainnya.

Berangkat dari tahap demi tahap pendaftara dimulai dari:

  • Membuat email akun belajar id. Yang di bantu satf TU bagian kepegawaian
  • Mendaftar lewat laman kemendikbud.go id di Portal guru penggerak dengan melampirakan beberapa berkas:
  • Surat rekomendasi dari rekan sesame guru
  • Surat ijin atasan
  • Fakta integritas dam;
  • Contoh RPP
  • Mengikuti seleksi dari dari seleksi tahap 1 berupa:
  • test tulis online
  • Mengikuti simulasi mengajara
  • Mengikuti seleksi tahap 2 yaitu berupa wawancara
  • Pengumuman dari tiap sesi seleksi
  • Mengupload kembali fakta integritas
  • Pembukaan CGP Angkatan 10
  • Tahapan Pendidikan tahap modul 1.1 yang sekarang mau selesai

Dari setiap tahapan yang telah saya lalui ada beberapa refleksi yang saya dapatkan dan simpulkan,  dimulai dari sebelum mengikuti dan setelah mengikuti calon guru penggerak sampai tahap modul 1.1 ini. Saya akan mengutarakan apa yang telah saya dapatkan selama ini, dengan harapan tulisan refleksi dan kesimpulan ini dapat menjadi motivasi dan sumber inspirasi untuk rekan guru khususnya di ruang lingkup Pendidikan sekolah saya secara pribadi, umumnya untuk seluruh rekan guru di Indonesia bahkan dunia.

B. Sebelum mempelajari modul 1.1 calon guru penggeraka (CGP)

Sebagai seorang pendidik saya mencoba menyikapi sebelum munculnya filosofi K.H. Dewantara dengan pendidikan di banyak tempat di dunia, termasuk Indonesia, menurut saya selaku guru, Pendidikan sering kali sangat terpusat pada aspek akademis dan penerapan kurikulum yang bersifat standar. Murid sering kali dianggap sebagai penerima pengetahuan yang pasif, di mana guru adalah sumber utama pengetahuan dan murid diharapkan untuk menerima dan mengingat informasi yang diberikan oleh guru.

Pendekatan ini cenderung menekankan pengajaran yang terpusat pada guru, dengan kurikulum yang berfokus pada pengetahuan yang harus dipelajari oleh murid sesuai dengan apa yang dipandang penting oleh pemerintah atau otoritas pendidikan. Selain itu, pendidikan juga sering kali tidak memperhatikan perbedaan individual di antara murid, seperti gaya belajar yang berbeda atau kebutuhan khusus mereka. Ini dapat mengakibatkan ketidakcocokan antara metode pengajaran yang digunakan dan gaya belajar yang efektif bagi murid.

Namun, dengan mengikuti pelatihan calon guru penggerka ini dan mempelajari dan memaknai dasar-dasar pemikiran filosofi K.H. Dewantara, wajah pendidikan di Indonesia mengalami perubahan signifikan. Karena kihajar dewanatara menekankan pentingnya pendidikan yang holistik yang tidak hanya mencakup aspek akademis, tetapi juga aspek moral, social culture dan keterampilan hidup. Kihajar Dewantara juga memperjuangkan pendidikan yang berpusat pada murid, di mana murid dianggap sebagai individu yang aktif dalam proses pembelajaran mereka sendiri. Ini mencakup mengakui keunikan dan kebutuhan individual setiap murid serta mendorong pengembangan potensi penuh mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun