Guru adalah seorang yang diguru dan ditiru, segala ucapan dan tingkah lakunya menjadi contoh untuk murid-muridnya maka dari itu guru dituntut untuk senantiasa menjaga segala tutur kata dan prilakunya jangan sampai terjerumus pada hal-hal negatif yang bisa merusak nama baik sebagai guru. Disitulah tugas berat seorang guru untuk selalu menjadi contoh teladan yang baik untuk murid-muridnya.
Dalam ilmu Tarbiyah Wataklim disebutkan bahwa "Ath-thoriqatu ahammu minal maddah. Wal mudarris ahammu minat thoriqah. Wa ma ahammu minal mudarris. Ruhul mudarris ahammu min mudarris binafsihi".
Jadi metode lebih penting dari pada materi. Dan guru lebih penting daripada metode itu sendiri. Dan yang lebih penting adalah ruh dari guru itu sendiri.
Dari pernyataan diatas dapat diartikan bahwa hal yang paling penting dalam sebuah penyelenggaraan Pendidikan adalah keberadaan seorang guru yang mempunyai Ruh, Namun guru tentu tidak boleh menampikkan ketiga hal tersebut, metode, materi, dan motivasinya merupakan rangkaian yang tak terpisahkan. Kehadiran seoarang guru yang memiliki ruh sangat menentukan keberhasilan anak didiknya menjadi dalam mencerdaskan dan mendidik murid-muridnya agar memiliki karakter yang mulia dan mengaktualkan seluruh potensi yang dimiliki anak didiknya.
Ruh para pendidik merupakan cerminan semangat dan motivasi atas pilihannya untuk mengambil jalan sebagi guru. Ruh dari guru inilah yang lebih penting dari keberadaan guru itu sendiri. Keberadaan guru yang tidak memiliki ruh sebagai guru maka keberadaannya belum sempurna.
Seorang guru yang memliki ruh setidaknya ada 7 ciri-ciri sebagai berikut yaitu:
1. Memiliki rasa cinta ( Love )
Semua tindakan dan dorongan atas perbuatan yang dilakukannya semata-mata berangkat dari rasa cinta (kasih sayang) semata. Dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pendidik maka ia akan mendidik dengan penuh rasa cinta, ia mencoba mempraktikan berakhlak dengan akhlak Allah, meniru asmaul husna ar-rahman dan ar-rahim (Maha pengasih dan penyayang) bahkan dalam menghukum/ memberikan sanksi tidak akan keluar dari rasa cinta kepada siswanya bukan atas dasar dendam dan kebenciaan.
Sanksi atau hukuman yang diberikan guru kepada muridnya sebagai bentuk kasih sayang agar muridnya menyadari kesalahannya dan tidak terjerumus pada tindakan yang salah. Guru tidak akan mudah marah karena hal yang sepele dan tidak penting, bahkan ia tidak menyimpan sedikitpun rasa benci dalam hatinya. Ia sangat mengharapkan agar semua murid-mudidnya menjadi manusia yang cerdas, berhasil dan memiliki akhlak yang mulia. Â
2. Enjoy dalam mengajar (senang saat mengajar)
Dalam menjalankan tugasnya sebagai guru ia tidak merasa terpaksa dan tidak pernah mengeluh, ia betul-betul menikmati setiap langkah yang dilewatinya. Ia menjalankan tugasnya sama dengan menjalankan hobi yang paling disukainya. Ia tidak pedulia betapapun berat dan sulit dalam menjalankan tugasnya.