Pendekatan empiris dalam arsitektur ; seperti yang telah dijelaskan dalam epistemologi burhani, sebuah pengetahuan yang harus didasarkan pada bukti empiris dan penalaran logis. Dalam arsitektur, ini berarti desain dan konstruski bangunan harus mengitui prinsip-prinsip yang dapat di uji secara empiris misalnya dalam kestabilan struktur, kenyaman penghuni, efisiensi energy, dan penerapan teknologi material, teknik konstruksi, dan peraturan bangunan harus diperoleh melaui pengamatan, eksperimen, dan pengujian rasional.
Hubungan sebab-akibat dalam desain Arsitektur ; epistemologoi burhani menekankan hubungan kausalitas dalam memperoleh pengetahuan. Dalam konteks arsitektur, perancangan bangunan seringkali mengandalkan analisis hubungan sebab-akibat, misalnya ventilasi yang baik dapat mempengaruhi kualitas udara di dalam bangunan atau bagaimana desain ruang dapat mempengaruhi perilaku penghuninya. Pengamatan dan studi empiris menghasilkan pengetahuan tentang aspek-aspek teknis dan psikologis
Dari pendekatan burhani yang menekankan penalaran logis kemudian kita hubungkan dengan nilai spiritual dapat dijabarkan sebagai berikut
keseimbangan antara logika dan spiritualitas dalam desain
walaupun pendekatan burhani mengedepankan logika dan eksperimen empiris, arsitektur dapat mencerminkan nilai-nilai spiritual melalui desain yang menumbuhkan perasaan kedamaian dan keterhubungan dengan tuhan serta alam. Misalnya dalam desain masjid atau ruang ibdah lainnya, dalam desain masjid atau ruang ibadah lainnya, prinsip-prinsip ilmiah tentang pencahayaan, akuistik, dan ventilsi isa diterapkan , tetapi dengan tetap memperthatikan nilai spiritual, seperti orienttasi bangunan terhadap kiblat, penggunanaan ruang yang mendukung ketenanagnan batin, dan menciptakan suasana yang mendalam bagi penghuninha.
Desain yang menggambarkan keterhubgnan dengan alam
Nialini-nilai spiritual kerap kali berfokus pada pentingnya keterhubungan antara manusia dan alam. Pendekatan burahani, meskipun lebih menekankan pada penalaran logis, biamengintegrasikan prinsip-prinsip ekologis yang memandang alam sebagai cipataan yang harus dijaga. Arsitektur yang berkelanjutan, seperti bangunan yang memanfaatkan sumber daya alam secara efisien atau desain yang mendukung koneksi dengan alam luar (misalnya dengan banyak jendela, taman, atau ruang terbuka), bisa dilihat dari implementasi dari nilai-nilai spiritual yang mengedepankn kesesuaian dengan alam.
Kenyamanan dan kesejahteraan penghuni sebagai aspek spiritual
Desain bangunan yang memperhatikan kenyamanan penghuni juga bisa dianggap sebagai refleksi dari nilai-nilai spiritual. Pendekatan burhani dalam arsitektur, meskipun didorong oleh prinsip-prinsip ilmiah, tetap dapat memperhatikan kesejahteraan psikologis dan emosional pengguna. Penciptaan ruang yang mendukung kedamaia, kontemplasi, dan hubungan yang sehat dengan sesame merupakan elemen yang mencerminkan nolai-nilai spiritual dalam desain. Misalnya, dalam merancang rumah sakit atau tempat tinggal, desain yang mendorong ketenangan dan rasa aman bisa dilihat sebagai cara untuk menghubungkan ilmu pengetahuan dengan nilai spiritual.
Pendekatan Irfani
Penalaran irfani, yang berasal dari bentuk masdar “arf” yang berarti al_ilm, atau juga dikenal dengan sebagai marifah, merujuk pada pengetahuan luhur yang muncul melalui hati, baik memalu ilham atau maupun kayf. Dalam konteks sufisme, penalaran ini digunakan untuk memahami hakikat atau realitas yang lebih mendalam, diluar kemampuan akal dan panca indera. Penalaran irfani menekankan pentingnya intuisi dan peran hati dalam menggali pemahaman terhadap realitas yang tidak dapat dicapai hanya dengan pendekatan rasional atau sensorik.