Mengurus suami dan anak, tidak diizinkan untuk mengenyam pendidikan, tidak boleh mencari nafkah, dan sebagainya. Tapi kalau ada kesalahan yang membuat keluarga "hancur", seakan itu hanya kesalahan perempuan semata.Â
Doktrin peran perempuan yang sedikit ini menjadi suatu budaya yang dianggap lazim. Hal ini tidak terjadi di Indonesia saja sebenarnya, kalau kita lihat, hal ini terjadi juga dibelahan dunia lain, terutama kawasan Asia.
Biar begitu, bukan berarti semua keluarga melihat perempuan sebelah mata saja.
Raden Ayu Lasminingrat, sosok perempuan yang hari ini menjadi icon Google Doodle, merupakan sosok yang kehadirannya tidak dipandang sebelah mata oleh keluarganya.
Beliau dikenal sebagai sosok intelektual dan sastrawan pendidikan dari Tanah Sunda.
Jarang dibicarakan, namun ternyata beliau adalah perempuan pertama yang menjadi pelopor pendidikan, dan mendapatkan dukungan penuh dari Ayah dan suaminya.
Ayahnya, Raden Haji Moehammad Moesa, seorang ulama, tokoh Sunda, dan cedekiawan terpandang, sekaligus pelopor sastra cetak abad ke-19, menyekolahkan Lasminingrat hingga ia menjadi orang Indonesia pertama yang mahir membaca dan menulis dalam bahasa Belanda.
Kemahirannya tersebut membuat semangatnya berkobar untuk mendidik anak-anak Indonesia lainnya.Â
Semangatnya tersebut sangat didukung oleh sang Ayah.Â
Berkat dukungan besar sang Ayah, R.A Lasminingrat banyak mengadaptasi dongeng-dongeng Eropa ke dalam bahasa Sunda.Â