Karyanya yang paling terkenal adalah terjemahan buku Eropa yang berjudul Warnasari jilid 1 dan 2, dan buku Carita Erman, terjemahan dari karya Christoph von Schmid.Â
Dua karyanya ini menjadi salah satu buku pelajaran di daerah Garut dan diterjemahkan dalam bahasa Melayu, sehingga tersebar ke daerah luar Jawa.
Tidak berhenti disitu, beliau membuat terobosan pada masanya. yakni menggunakan kata ganti orang pertama. Maka itulah, beliau disebut sebagai sosok Intelektual dan Sastrawan Sunda.Â
Lantas bagaimana dengan sebutan Sastrawan Pendidikan Sunda?
Peran Lasminingrat tidak berhenti dari penerjemahan saja, beliau turut berperan mengajarkan anak-anak membaca, memberikan pendidikan moral dan psikologi.
Setelah menikah dengan Bupati Garut, dan melihat kehidupan para istri yang banyak terluntang-lantung karena budaya patriarki yang hampir-hampir membuat ego lelaki seperti chauvinist.
Beliau turut serta mendirikan sekolah Keutamaan Istri di Garut, seperti R.A Dewi Sartika.Â
Sekolah tersebut bertujuan untuk mengangkat derajat dan martabat para istri yang begitu dianggap rendah karena kurangnya pendidikan dan ketrampilan mencari nafkah.
Keinginannya sangat didukung penuh oleh suaminya, maka tidak heran, dengan mudah sekolah Lasminingrat mendapatkan izin pendirian.
Lasminingrat mengajarkan membaca dan menulis pada para istri. Karena peran istri dalam rumah tangga bagaikan pilar.Â
Untuk mendidik anaknya agar memiliki masa depan yang cerah, tentunya seorang ibu sudah sepatutnya memiliki pendidikan yang baik juga. Cara berpikir anak, serta karakteristik anak terbentuk dari orang yang sering bersama sang anak.Â