Kemudian pertemuan PBB pun diadakan berurutan pada tanggal 23 Maret 1949, 14 April 1949, hingga puncaknya pada tanggal 7 Mei 1949.Â
Indonesia diwakili oleh Mohamad Roem dan Belanda diwakili Van Royen menyepakati persetujuan bahwa pada tanggal 24 Juni 1949, tentara Belanda ditarik mundur dari Yogyakarta. Perjanjian tersebut dinamakan Van Royen-Roem Statement. Â
6 Juli 1949, pemimpin negara, Presiden Soekarno dan Wakil Presiden, Moh. Hatta dilepaskan dari pengasingan dan kembali ke Ibukota RI, Yogyakarta, dan disambut gegap gempita oleh para pejabat dan seluruh lapisan rakyat.Â
13 Juli 1949, Mr. Syafruddin kembali ke Yogyakarta dan mengembalikan Pemerintah Darurat Republik Indonesia kepada Presiden Soekarno.Â
Hoho... melihat rangkaian peristiwa diatas, maka patutlah peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 diperingati sebagai Hari Penegarakan Kedaulatan Negara, sehingga semakin memupuk semangat kita untuk menjalin persatuan dan kesatuan.Â
Jadi, pantaskah kita memperingatinya sebagai Hari Besar Nasional?
Bagaimana cara kita memperingatinya?
Pada tahun 2022 kemarin, Yogyakarta mengadakan upacara peringatan Serangan Umum dan menggelar gelar Teatrikan Parade Kebangsaan Serangan Umum 1 Maret.
Pemerannya tentu para pemuda yang menjiwai perang kemerdekaan.Â
Tidak mesti menggelar teatrikal ataupun upacara, mungkin kita bisa memperingatinya dengan membaca ulang sejarah Serangan Umum 1 Maret agar kita bisa menghargai apa yang kita miliki sekarang di Indonesia, berkat hasil perjuangan secara intelektual, fisik, serta tangis dan darah.
Selamat Hari Penegakan Kedaulatan Negara Indonesia