Dari pihak Presiden Soeharto, beliau mengaku bahwa strategi tersebut disusun oleh beliau dan disepakati oleh para tentara, serta rakyat.Â
Entah mana yang benar, yang pasti strategi serangan besar-besaran pada tanggal 1 Maret 1949 sangat berhasil.Â
Serangan tersebut menimbulkan pemberitaan yang viral ke internasional melalui radio dan surat kabar.
Dimulai dari pukul 6 pagi hingga pukul 3 sore, serangan dilakukan secara serentak oleh TNI, tentara pelajar, dan rakyat pejuang. Para gerilyawan ini memakai tanda khusus yakni kalung dari janur kuning yang melingkar di leher.
Rentetan senjata mengagetkan tentara Belanda, sehingga mereka tidak bisa menyerang kembali, hanya bisa bertahan saja.
Dibawah kepemimpinan Komisi Brigade Soeharto, para gerilyawan mampu menyerang, memasuki, dan menduduki kota. Tepat pukul 15.00, mereka kembali meninggalkan kota secara serentak.
Ketika bala bantuan tentara Belanda datang dari arah utara dengan tank yang menderu-deru, kota Jogja sudah kembali sunyi.Â
Saat peristiwa penyerangan berlangsung, ada jurnalis asing dan utusan pertemuan internasional, yakni Komisi Jasa Baik PBB yang hadir dan melihat langsung kobaran semangat rakyat Indonesia untuk merdeka, walau para pejabat pemerintahan ditangkap dan diasingkan.Â
Pemberitaan tentang serangan umum menjadi viral, utusan pertemuan internasional pun memberikan laporan apa yang terjadi di lapangan kepada Dewan Keamanan PBB.
Negara internasional pun menjadi sangat bersimpati pada perjuangan rakyat Indonesia untuk merdeka. Sebagian besar negara mengecam operasi militer yang diadakan oleh Belanda terhadap Republik Indonesia.