Tidak berbeda dengan sampah plastik yang memiliki sirkulasi yang bisa membahayakan kesehatan diri kita dan anak-anak nantinya.
Dari minuman atau makanan yang berkemasan plastik yang kita konsumsi, kemudian dibuang ke pantai ataupun laut.Â
Hewan laut pun memakan sampah plastik yang kita buang, salah satunya ikan. Dan ikan tersebut, suatu hari, kita santap dengan nikmat.Â
Walaupun daging-daging ikan sudah dibersihkan, tidak menutup kemungkinan kalau daging ikan tersebut sudah tercemar oleh sampah plastik yang kita buang.
Bukankah sirkulasi ini seperti membunuh diri kita sendiri perlahan-lahan?Â
Tentu hal seperti ini, saya anggap bukan bagian dari mencintai diri, karena kesehatan fisik dan mental kita, secara tidak langsung digerus oleh pencemaran lingkungan, yang disebabkan oleh pola hidup yang konsumtif.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk merawat eksistensi bumi dengan mengontrol sampah yang kita hasilkan setiap harinya.
Salah satu caranya dengan menerapkan prinsip reduce (mengurangi sampah), reuse (menggunakan kembali) dan recycle (mendaur ulang) atau repair (memperbaiki)Â pada barang-barang yang kita miliki, setidaknya kita bisa mengontrol adanya penumpukan sampah yang berlebihan.Â
Dengan begitu ketika alam di bumi ini sehat, tentu eksistensi kehidupan kita pun terjaga, karena tercipta sirkulasi kehidupan tidak saling meracuni satu sama lain.
Tentu sirkulasi yang saya tulis hanya sebagian kecil dari dampak pencemaran lingkungan yang ditimbulkan oleh sampah. Karena sampah yang dihasilkan tidak hanya timbul dari gaya hidup kita saja sebagai konsumen, tapi peran produsen barang dan instansi pemerintah juga turut menyumbangnya.