Sruntal-sruntul kesana kemari seperti tidak ada lelahnya sama sekali.
Tidak heran juga kalau teman-teman menjulukinya bola bekel.Â
Tubuh mungil, namun selalu penuh energi, dan tidak betah diam ditempat lebih dari 5 menit. Ada saja aktivitas yang dilakukannya.
Dibalik keceriaan dan sikapnya yang enerjik, ada ketangguhan yang selalu aku kagumi darinya.
Ia membesarkan kedua putrinya seorang diri. Tanpa keluhan sama sekali.
Aku belum pernah melihatnya menangis ataupun mengasihani dirinya dengan mengatakan kalau dirinya sedang mengalami mental breakdown.
Ngobrol dengan kedua putrinya, ah, aku merasa mustahil Lia pernah berkeluh kesah pada mereka. Kedua putrinya sama cerianya dengan dirinya. Humor selalu dilontarkan oleh putrinya yang bungsu, sedangkan yang sulung menemaninya dengan cengar-cengir.Â
Tidak pernah aku mendengar kedua putrinya mengeluhkan hidup mereka tanpa kehadiran ayah.
Lia berhasil membuat kedua putrinya merasa nyaman dengan keadaan keluarga tidak lengkap.
Padahal ya, menurut pengakuan si sulung, Lia itu sangat galak dan disiplin. Memang sih aku pernah melihatnya memukul dan memaki kedua putrinya saat mereka kecil.Â
Si sulung juga mengaku sempat sebal sama mamanya. Tapi ia paham kegalakan dan kedisiplinan yang mamanya terapkan untuk pembentukan karakternya.