"Hihihihihi", begitulah suara Lia saat mengikik kesenangan.Â
Kalau kata ayahnya, suara kikikan gelinya bagaikan kuntilanak. Seram!Â
"Gak bagus perempuan tertawa seperti itu", tegur ayahnya.
Walau begitu, rasanya akan aneh sekali kalau Lia tidak tertawa lepas dengan mengikik seperti itu. Lia dan kikikan bahagianya sudah bagaikan sejoli.
Setiap dirinya mengikik geli, selalu muncul semburat merah diwajahnya yang mengiringi. Kadangku berpikir, mungkin itu yang membuat Lia selalu awet muda. Selalu ceria, seperti tiada beban hidup dihatinya.
Lia sendiri sebenarnya sudah memiliki dua orang putri yang sudah dewasa. Terkadang aku kasihan melihat kedua putrinya yang selalu dianggap temannya Lia kalau ada orang lain yang menyapanya.
Padahal jarak usia Lia dengan kedua putrinya 20-an tahun lebih.Â
Minimal orang mestinya menganggap Lia itu kakak kedua putrinya, lah. Kok ya malah teman?!
Hmm.. bisa dibilang rasa kasihanku pada kedua putrinya sih lebih pada wujud rasa iri melihat Lia yang selalu tampak awet muda tanpa perlu di-botox ataupun tarik benang.
Energi yang ia keluarkan pun per hari seperti remaja saja. Hingga kadang aku yang berada didekatnya lupa kalau usianya sudah kepala 5.