Ciwo, begitulah dirinya di sapa. Ia berusia 30-an tahun, dengan semangat masih seperti 17 tahun.
Kecintaan pada seni menggambar, membawa dirinya mencintai seni membatik.Â
Diawali dari workshop yang diadakan gratis oleh PT. Perkebunan Nusantara VIII untuk warga setempat Kampung Batik. Perusahaan BUMN tersebut mendatangkan langsung pembatik dari Jawa Tengah untuk mengajar.
Ciwo pun turut berpartisipasi pada workshop tersebut.
Belajar punya belajar, batik yang dihasilkan oleh Ciwo pun berhasil menarik perhatian PT. Perkebunan Nusantara VIII. Ia pun diperkerjakan di Perkebunan Teh Walini, yang memiliki store khusus untuk Batik.Â
Kata Ciwo, banyak juga komunitas pecinta Batik yang sering memesan batik tulis dan batik cap di store tersebut.
Sebagai pembatik muda, Ciwo menceritakan bahwa proses pembuatan batik tersebut lah yang membuat dirinya begitu jatuh cinta dengan seni batik.Â
Dimulai dari mendapatkan inspirasi, menggambar pada kain putih, kemudian memberikan lilin malam, nglorod (tahap melepas lilin malam), memberikan warna, dan seterusnya.Â
Baginya proses tersebut sangatlah berseni.Â
Nah, didalam ia menjalani proses membatik, ia semakin bisa menjiwai makna filosofis yang terkandung pada motif-motif Batik.