Saat ini terjadi, tidak menutup kemungkinan pula, kita akan mudah terjebak dalam bayang-bayang masuk kedalam penjajahan negara maju, karena kita secara tidak langsung ingin menjadi negara maju, dengan meng-copy ucapan dan perilaku mereka, tanpa benar-benar memahami karakter dan potensi diri kita yang sebenarnya.
Andai kemajuan teknologi ini kita pakai dengan mempelajari bagaimana cara negara A bisa maju, kemudian kita memahaminya, dan menggunakan teknologi tersebut dengan membantu teman-teman kita, warga +62, untuk mendapatkan akses pendidikan lebih mudah, atau misalkan membuat aplikasi supaya mereka yang disana juga gampang belajar bahasa asing secara gratis, tentu kita bisa sama-sama menjadi negara yang setidaknya melangkah maju bersama.
Tidak berusaha menghegemonikan diri dengan negara lain yang karakter dan potensinya berbeda dengan negeri dan bangsa kita.
Dari poin-poin ini saya baru memahami bahwa kemajuan teknologi sangat baik, selama kita memahami ilmu dan cara memakainya, seperti penggunaan media sosial. Apa tujuan media sosial itu sebenarnya, bagaimana berinteraksi di media sosial, apa yang menyebabkan media sosial menjadi candu, dan seterusnya.
Setelah itu barulah kita menyesuaikan dengan karakter dan potensi diri kita, bukan membuat diri kita menjadi copy-an negara luar, yang bisa jadi kita terlihat maju dan berwawasan, namun ternyata belum tentu menguntungkan diri kita sendiri.Â
Seperti contoh menyukai warna kulit kecokelatan (warna kulit orang Indonesia pada umumnya), supaya masuk dalam standar cantik dan berwawasan ala orang Indonesia, namun standarnya harus kecoklatan seperti orang bule.Â
Lalu perilaku selanjutnya, malah membeli produk-produk dari luar negeri agar terlihat eksotik. Produk dalam negeri dianggap kurang bisa menampilkan kulit yang eksotik seperti yang disukai orang bule. (Ini hanya contoh saja, jangan diambil hati, ya..)
Saya sangat belajar dari cara Prof. Koentjoro, ketika mendapatkan ilmu pengetahuan seyogiyanya dipikirkan terlebih dahulu, dipahami baik-baik, baru kemudian dilakukan.
Referensi :
- Biro Komunikasi. 16 Oktober 2020. Menko Luhut : Perlu Kerja Bersama Menjaga Hutan. Diakses dari Maritim.go.id tanggal 25 Juli 2021.
- Welianto, Ari. 6 Juli 2020. Letak Geologis Indonesia. Diakses dari Kompas.com tanggal 25 Juli 2021
- Putri, Arum Sutrisni. 3 Januari 2020. Penyebab Banjir di Indonesia. Diakses dari Kompas.com tanggal 25 Juli 2021
- Nailufar, Nibras Nada. 20 April 2020. Penyebab Tanah Longsor dan Cara Menghadapinya. Diakses dari Kompas.com tanggal 25 Juli 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H