Kaisar zaman baheula ternyata parnoan ya. Hal-hal kecil tidak boleh "disikut" sedikit, langsung dikatakan pengkhianatan.
Hal tersebut sebenarnya wajar, mengingat perjuangan para kaisar dalam menduduki takhtanya, contohnya Huang Di (baca : Huang Ti), kaisar pertama Tiongkok yang berhasil menyatukan seluruh kerajaan yang ada di wilayah China yang begitu luas.Â
Tikung-menikung antar sahabat ataupun keluarga menjadi hal yang lumrah, akibat tidak adanya kesepakatan dalam ideologi, hal tersebut menjadikan para kaisar mudah curiga terhadap orang-orang terdekatnya, bahkan dengan anak sendiri.
Diceritakan bahwa kalau mau bertemu dengan Huang Di, para pejabat negara haruslah tidak boleh membawa apapun kecuali diri sendiri, ketika mau memasuki ruang kerajaan, para pejabat ataupun kasim akan digeledah satu persatu dan penggeledahan akan dilakukan beberapa tahap pada setiap jengkal perjalanan menuju ruang kaisar.Â
Bahkan istri yang akan ditiduri oleh Huang Di, harus dijemput oleh para kasim dan tidak boleh mengenakkan sehelai benang pun, kecuali ditutupi selimut.Â
Hal ini mencegah bila ada pembunuh terselubung. Dan budaya istri yang dijemput, kemudian dibawa dengan hanya menggunakan selimut tebal, terus berlanjut, walaupun sudah berganti-ganti dinasti pemerintahan.
Tapi katanya, itu sudah ranjang terbaik masa itu. Huhu, bagaimana bentuk ranjang rakyatnya ya, tempat tidur kaisar saja seperti triplek diberi kain warna merah saja.
Tempat tidur tersebut hanya boleh ditiduri kaisar dan permaisuri bila sedang beristirahat, kain warna merah sengaja dipasang menyimbolkan pernikahan yang bahagia.
Bicara tentang permaisuri, pastinya akan ada intrik-intrik dengan para selir lainnya dalam istana, seperti yang ada difilm-film.
Kedua permaisuri dan para selir seringkali mengadakan pertemuan. Pertemuan tersebut sebenarnya bukanlah bertujuan kongkow santai semata, akan tetapi sekaligus melancarkan lobi kedudukan.Â