Genting bagian kiri dan kanan adalah rumah permaisuri, yang ternyata zaman dahulu kaisar memiliki dua permaisuri, permaisuri timur dan barat.
Permaisuri yang pertama kali dinikahi akan dianggap sebagai ibu negara, dengan panggilan Huang Hou (baca: huang hou) dan permaisuri yang dinikahi sebagai istri kedua akan memiliki kuasa yang hampir sama dengan ibu negara di kekaisaran, hanya saja derajatnya dibawah permaisuri pertama.Â
Nah, istri kedua ini biasa dipanggil Gui Fei (baca: Kuei fei).
Kedua pernikahan ini biasanya pernikahan politik, dimana keluarga masing-masing permaisuri memiliki kekuasaan yang besar didaerahnya atau memiliki banyak bala tentara.Â
Jadi, ketika pernikahan ini terjadi, maka kaisar sedang menggenggam kekuasaan suatu wilayah. Kalau Anda berpikir menikah dengan kaisar itu indah, hehehe... itu hanya nikmat duniawi yang membawa sengsara. Hanya sedikit kaisar yang benar-benar mencintai permaisurinya.
Kemudian saya menaiki tangga, di sana ada dua sisi kiri dan kanan dan ditengahnya ada ukiran naga yang merupakan lambang kaisar China.Â
Di tangga tersebut biasanya kaisar ditandu oleh para pengawal kerajaan, tandu tersebut harus melewati bagian lambang naga tersebut, yang artinya kaisar, keturunan Dewa, menunggangi naga. Hehe, saya pun membayangkan, andai kaisarnya gemuk, kasihan sekali para pengawalnya harus naik tangga sambil mengangkat beban.Â
Lewat dari kaisar, seperti ibu suri ataupun permaisuri sekalipun sama sekali tidak boleh ditandu, karena hal itu sama saja melakukan pengkhianatan karena ada keinginan sebagai kaisar.Â
Berjalan lebih ke dalam lagi, ada ruang rapat kaisar yang ternyata tempat duduknya hampir sama dengan film Ru Yi's Royal Love in The Palace, dimana ukurannya kecil, berwarna kuning, dan tidak ketinggalan singgasana tersebut ada ukiran naga. Untuk melihat ruangan ini, wisatawan hanya diizinkan mengambil foto dari area luar saja.
Warna kuning seringkali dipakai oleh kaisar, karena dianggap bersinar seperti matahari menandakan keagungan seorang pemimpin negara. Tidak boleh ada orang lain, walaupun itu putra mahkota (anak yang nantinya akan menjadi kaisar) diperbolehkan memakai warna kuning, karena sekali lagi akan dianggap sebagai pengkhianatan.