Dengan pengetahuan yang luas, kita bisa mengerti cara-cara mengajar anak tanpa harus tarik urat dulu dengan sang anak. Kita juga bisa mengajarkan anak-anak kita supaya disiplin, tanpa harus perang dulu dengan anak, yang akhirnya malah membuat kita was-was sendiri.
Ketika anak usia 1-5 tahun, masa golden age, bila kita menyekolahkan anak kita, ada baiknya kita sering bertanya pada sang guru, anak kita belajar apa saja, dari segi pengetahuan dan karakternya. Selain kita bisa mengontrol bagaimana guru mengajar, kita juga bisa mempraktikkan apa yang guru ajari di rumah.Â
Stimulasi otak dan karakter anak, tidak bisa kita serahkan kepada guru begitu saja, karena durasi guru untuk mendidik anak hanya maksimal 2 jam saja. Selebihnya anak bersama kita, orangtua.
Bila kita lepas tangan begitu saja, bisa jadi tumbuh kembang anak akan menjadi lambat dibandingkan anak lainnya. Dari sana bukan berarti anak belajar 24 jam, tapi dari sang guru dan wawasan yang kita dapatkan dari buku ataupun tontonan, kita bisa mengedukasi anak melalui permainan, menjawab pertanyaan si kecil dan masih banyak lagi.
Kerja sama orangtua dan guru, benar-benar berperan besar dalam mendidik anak menjadi berkualitas. Dan sangat penting bila anak diberikan pendidikan sedari kecil, karena dimasa-masa inilah goresan pola pikir dan karakter anak mulai terbentuk.
Nah, dari hal sederhana ini lah, pendidikan ala Finlandia seperti yang ingin Mas Menteri terapkan bisa terjadi, bila kita, orangtua dan guru saling bekerja sama, dengan terus meng-upgrade pengetahuan dan wawasan demi anak kita. Sesibuk-sibuknya kita bekerja, itulah kewajiban orangtua untuk mendidik anaknya agar menjadi orang yang berguna di masa depannya.Â
Di Finlandia sendiri, sedari kecil, anak sudah dimasukkan ke day care, dan orangtua tentu ikut menemani anak-anaknya. Sedari mengandung, orangtua juga sudah diberikan buku panduan yang disebut sebagai Maternity Package. Dengan begitu, mau tidak mau orangtua pun belajar mengasuh dan mendidik anaknya sejak dalam kandungan.
Guru-gurunya pun sebelum mengajar mendapatkan training terlebih dahulu, dan tentu ada standar kelulusan yang cukup ketat. Karena pendidikan sangat berpengaruh bagi masa depan anak dan negara nantinya.
Dari sini bisa dilihat, guru dan orangtua berperan sangat besar dalam mendidik anak, mereka tidak berdiri sendiri-sendiri, mengandalkan guru saja ataupun kurikulum saja. Dengan begitu tidak adanya UN, dan pekerjaan rumah tentu bisa tercapai, karena anak-anak sudah ditanamkan kualitas pendidikan yang baik dari kecil oleh lingkungan sekitarnya.
Selain itu, kualitas pendidikan bisa jadi tidak jomplang, seperti yang dikhawatirkan mantan Wakil Presiden, Jusuf Kalla, bila pemerintah turut serta memberikan pelatihan kepada guru dan orangtua (terutama di desa) dengan standar yang sudah ditentukan, agar guru dan orangtua bisa terus meng-upgrade pengetahuan dan wawasan, sehingga anak tidak lagi dituntut dan ditekan berlebihan, tapi arahan agar anaknya berprestasi malah sangat kurang.
Pasti susah sih, apalagi ini perubahan sistem yang terlalu besar, menurut saya. Tapi apa salahnya dicoba, asalkan guru dan orangtua, serta saudara-saudara juga ikut mendukung. Suatu sistem sebaik apapun kan tidak mungkin bisa jalan, kalau tidak ada dukungan dari pihak-pihak yang terkait.Â