Anak adalah anugerah, kesempurnaan pernikahan, katanya, dengan adanya kehadiran anak.
Tapi, dilihat dari pengalaman saya mengajar TK dan melihat pengalaman banyak orang tua yang memiliki beragam usia, saya menyimpulkan, yap, kehadiran anak adalah anugerah ketika orangtuanya sudah siap mental dan sudah dewasa secara emosional.
Mengapa saya katakan seperti itu?
Kesempurnaan pernikahan tidak berhenti ketika anak sudah lahir, kesempurnaan akan terasa ketika anak yang kita lahirkan, rawat dan didik menjadi "orang" dan bisa beradaptasi dengan masyarakat dari masa ke masa.
Sehingga ketika kita sudah tua renta nanti, kita bisa yakin anak kita bisa menghadapi segala rintangan hidup dan bisa bertanggung jawab dengan segala pilihan hidupnya.
Akan tetapi, tidak mudah mendidik anak, perlu kesiapan mental dan kedewasaan secara emosional, dan ini tentu tidak berbanding lurus dengan tuanya usia, tapi berbanding lurus dengan informasi dan pengetahuan yang kita dapatkan mengenai cara yang baik dalam mendidik anak, dan memahami pola asuh yang bagaimana seharusnya diterapkan untuk anak kita nanti.
Dulu saya sudah menargetkan sebelum usia 30 tahun, saya mau memiliki anak, karena saya sangat menyukai anak-anak.
Namun, ketika saya berhadapan langsung dengan anak-anak dan segala problematikanya, saya akhirnya memutuskan saya akan memiliki anak ketika saya sudah siap mental dan dewasa secara emosional, dan beruntungnya, suami mendukung keputusan saya.Â
Bercerita sedikit tentang anak yang saya pegang saat berprofesi sebagai guru, mereka berusia sekitar 3-4 tahun.
Ada seorang anak, sebut saja Amanda. Begitu bandel anak ini, sampai saya rasanya malas sekali memegang anak ini. Meleng sedikit, temannya pasti dicakar, atau bisa jadi memberantaki kelas, atau membuat suasana kelas menjadi kacau balau.