Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pilih Dihargai atau Dijadikan Objek Hiburan?

5 November 2019   15:11 Diperbarui: 7 November 2019   05:18 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini bukan berarti kita, wanita, harus berpakaian tertutup dari ujung kepala sampai ujung kaki. Andai berpakaian tertutup pun, tapi memberikan signal-signal "meladeni" kemesuman para pria yang bukan pasangannya, itu sama saja. 

Toh, sudah banyak para wanita yang berpakaian minim, tapi tetap dihargai dan tidak dipandang sebelah mata oleh kaum pria.

Zaman modern ini, clubbing, merokok, seks bebas, dan berpakaian minim sudah bukan lagi hal yang tabu. Walau hal seperti ini selalu terus dihimbau untuk tidak dilakukan karena bertentangan dengan budaya timur di Indonesia, namun tetap saja hal ini masih saja dilakukan.

Andai memang ingin mengikuti kemodernan negara Barat seperti itu, mengapa tidak sekalian saja mengikuti budaya negara Barat yang positif? 

Seperti mengenyam pendidikan dengan lebih serius, adanya budaya literasi, kreatif dalam hal membuat sesuatu, bersikap kritis terhadap suatu hal didepan mata, dan sebagainya.

Hal ini tentu tidak menyia-nyiakan perjuangan Kartini dan para aktivis perempuan lainnya yang menginginkan kita berada di kedudukan setara dengan para kaum pria. 

Tentu akan menambah kagum kaum pria terhadap kaum wanita, cantik, body bahenol, pintar, kreatif, dan bahan diskusinya bisa "nyambung" dengan apa yang ingin disampaikan oleh pria.

Coba kita bayangkan sejenak, kita menikah dengan pria ganteng, badannya wuih kekar, sangat romantis, duh idaman banget deh, tapi pas kita ada masalah atau butuh diskusi, pasangan kita hanya bisa mengatakan, "Ohh..!", "duh, kasihan kamu", "Sini aku peluk", dan hal romantis lainnya, tapi sama sekali tidak menyambung dengan topik yang kita omongkan. 

Bosan tidak sih seperti itu? Diajak diskusi apa tidak nyambung. Dan coba apa penilaian kita terhadap mereka? 

"Yah, lumayan lah punya laki ganteng.", setelah itu? Apalagi yang bisa kita kagumi dari si pria tersebut. Ganteng, lumayan buat cuci mata. 

Apakah kita bisa menghargainya sebagai seorang pria yang memiliki pemikiran selevel dengan kita? Saya rasa belum tentu. Kita pasti akan mencari orang lain yang lebih bisa diajak bertukar pikiran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun