Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bangganya Menjadi Orang Indonesia

15 Agustus 2019   11:53 Diperbarui: 15 Agustus 2019   12:20 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bangga menjadi orang Indonesia | Sumber : Hipwee.com

Dari kecil, saya sering kali mendengar orang bilang, "Emang orang Indo tuh", kalau sudah yang berhubungan dengan hal-hal yang buruk, seperti buang sampah sembarangan, parkir sembarangan dan sebagainya. Ditambah lagi sejak masa Revolusi dimulai, aksi demonstrasi sering kali terjadi, dan seperti tidak ada habisnya.

Oleh karena itu, saya dan teman-teman tidak pernah ada rasa bangga sebagai orang Indonesia, apalagi tentang kebudayaan yang kita miliki. "Kampungan", itulah cap yang selalu didengungkan pada setiap orang disekitar saya.

Beruntung saya memiliki ibu dan ayah yang sangat mencintai sejarah Indonesia, kalau saya akan ada ulangan sejarah, ibu dan ayah akan menceritakan sejarah Indonesia dengan penuh semangat, dan seperti membawa saya ke zaman dahulu. Tapi yang saya suka saat itu adalah cerita sejarah Indonesia saja. Bukan kebudayaan kita.

Berbanding terbalik, ketika saya bersekolah di negara orang. Disana saya yang tadinya lebih menganggap orang-orang diluar Indonesia jauh lebih baik sampai malu mengakui bahwa saya warga Indonesia, menjadi sangat bangga mengakui sayalah orang Indonesia. 

Keunggulan orang Indonesia yang pertama adalah berani cenderung nekat dan mau belajar terutama dikala kepepet, itu berlaku untuk gender pria dan wanita. 

Di negara Taiwan, banyak orang Indonesia yang datang tidak bisa berbahasa mandarin. Tapi karena bila dihitung-hitung biaya sekolah lebih murah, dan bahasa mandarin akan menjadi prospek keberhasilan masa depan, maka banyak orang Indonesia pun merantau untuk belajar disana.

Orang-orang dari negara lain biasanya datang sudah fasih berbahasa mandarin secara lisan maupun tulisan. Kami, orang Indonesia, sering direndahkan karena hampir sebagian besar dari kami harus masuk kelas foundation terlebih dulu untuk belajar bahasa, baru kemudian lanjut ke kelas yang bisa bersaing dengan orang-orang dari mancanegara.

Dulu kami merasa malu, tapi guru-guru disana selalu memuji kami, bahwa mereka paling salut dengan orang Indonesia. Berani semuanya. Nekat. Istilahnya mereka paham orang Indonesia tidak terbiasa dengan bahasa mandarin, apalagi zaman orde baru sudah terkenal tidak boleh belajar bahasa mandarin, namun kami tetap saja nekat datang dan belajar bahasa demi kemajuan masa depan. 

Tidak ada dalam diri kami yang akhirnya merasa malu, karena adanya semangat yang diberikan guru-guru Taiwan. Kami bangga, walau tidak bisa berbahasa mandarin dengan fasih, tapi kami berani dan mau belajar supaya kami bisa beradaptasi dengan kehidupan disana.

Keunggulan berikutnya adalah sportif, bersemangat dan selalu riang gembira.

Di sekolah saya, rata-rata orang Indonesia menjadi kesayangan guru olahraga, karena rasa sportif dan selalu riang gembira dikala berolahraga. Ada sisi baik dari kita, orang Indonesia yang cenderung tidak suka belajar terlalu lama. Karena jam sekolah yang padat dari jam 8 pagi sampai 5 sore, maka untuk kami, olahraga merupakan saat-saat yang paling menghibur.

Teringat waktu itu kami bermain voli. Saya dan teman-teman awalnya tidak terlalu bisa bermain voli, tapi sekali dua kali diajarin oleh guru, kami semua langsung bisa dan bermain dengan orang-orang negara lain. Bahkan ketika muka kami terpukul bola voli dengan keras, kami hanya berkata "aduh", sambil tertawa, kemudian kembali bermain.

Bila hal tersebut terjadi pada orang negara luar, seperti Hongkong, Macau ataupun Myanmar, kebanyakan dari mereka akan sangat merasa kesakitan dan pasti langsung ingin digantikan oleh pemain pengganti, biasanya wanita yang seperti itu. Bahkan ada juga yang sempat tidak seteguran, karena merasa sudah "disakiti".

Ada salah satu guru olahraga disana yang merupakan seorang mantan atlet. Setelah kami berolahraga, tiba-tiba guru tersebut menghampiri kami dan bertanya, "Kalian orang Indonesia, ya?". Kami bingung kenapa guru tersebut bertanya seperti itu, karena takut dihina, kami hanya menganggukkan kepala. 

Guru tersebut langsung berkata, "Wah, memang orang Indonesia, saya paling senang kalau melihat orang Indonesia olahraga, selalu bersemangat. Atlet-atlet yang bertanding dari Indonesia juga sangat jago." Rasa bangga sangat membuncah dalam diri kami sebagai orang Indonesia.

Ramah dan suka tersenyum, itulah andalan kami. Bahkan orang Hongkong sampai bertanya, "mengapa kalian bisa selalu tersenyum dan menyapa orang lain?". Maklum orang Hongkong, katanya sangat jarang tersenyum, cenderung judes. Tapi kalau sudah kenal, mereka biasanya baik semua, dan setia kawan. 

Karena keramahan kami dan suka tersenyum, orang Indonesia menjadi orang yang paling banyak teman di sekolah. Kemanapun kami berada, pasti kami akan menyapa dan disapa oleh orang dari berbagai negara dan tingkat kelas. Tidak sedikit orang luar yang merasa iri, karena kami memiliki banyak sekali teman. 

Ringan tangan, sudah menjadi ciri khas kita, orang Indonesia. Maka ketika siapapun sedang mengalami kesulitan, kami akan langsung membantu, tidak peduli mereka orang mana ataupun agama apa.

Selalu punya cara untuk mengeluarkan rasa stres. Menjelang ujian, hampir semua orang langsung sibuk belajar dan seperti tidak mau pergi kemanapun, mereka berkutat pada diktatnya. Mereka juga selalu mengatakan stres berat karena harus terus belajar, mereka tidak boleh mendapatkan nilai yang buruk.

Berbeda dengan orang Indonesia, ketika menjelang ujian, kami pasti akan ada waktu untuk canda tawa terlebih dahulu, nyanyi-nyanyi, kemudian berguyon, lalu baru lanjut belajar serius. Kalau kepala rasanya sudah panas, pasti kami berguyon kembali, tertawa-tawa sampai perut sakit, kemudian kembali belajar.

Memiliki rasa kekeluargaan dan kompak. Diberbagai kesempatan para senior kami akan mengadakan waktu agar kami semua berkumpul bersama untuk makan-makan, curhat apabila ada kesulitan, jadi bisa dicarikan solusinya kalau bisa, jalan-jalan keliling Taiwan. Bahkan bekerja saat musim liburan pun juga suka kami lakukan bersama-sama. Disana kami saling melindungi satu sama lain. 

Kekompakan kami sangat terlihat ketika ada satu guru yang menghina pemerintahan Indonesia, ia mengatakan bahwa pejabat Indonesia tukang koruptor. Presiden yang bagus juga hanya dua, yakni Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto, tapi sayang Presiden Soeharto seperti tirani.

Kami yang mendengar hal tersebut merasa tidak terima, dan balik membalas dengan mengatakan bahwa banyak presiden kami yang bagus, tapi tidak disoroti oleh media luar. Banyak juga pejabat pemerintahan kami yang bagus-bagus, tapi tidak terekspos oleh media.

Dan pembelaan tersebut keluar langsung dari mulut kami, tanpa kami harus berdiskusi terlebih dahulu. Karena guru tersebut melecehkan kami hampir setiap hari, 3 kelas orang Indonesia secara keseluruhan langsung melaporkannya kepada wali kelas masing-masing dan inspektur sekolah tersebut. Tidak ada dari kami satu pun yang menghadiri kelas, ketika guru tersebut mengajar. 

Dan kami menolak untuk diajari lagi oleh guru tersebut karena sudah melakukan penghinaan negara. Akhirnya sekolah tersebut mengeluarkan sang guru karena tidak bersikap layaknya seorang pendidik.

Rasa bangga kami sebagai orang Indonesia semakin hari semakin tertanam dalam diri.

Ketika ada pertandingan olahraga antar kelas, biasa pasti akan selalu ada teman yang menabuh gendang di galon, kemudian memakai alat apa saja yang pokoknya bisa mengeluarkan musik, kemudian akan ada nyanyian penyemangat, biasanya itu kerjaan orang Indonesia. Rusuh, itulah anggapan lawan main. Tapi bagi orang yang merasa didukung, musik ala-ala tersebut malah menambah semangat. Bahkan banyak juga orang luar yang berterima kasih pada kami karena dibuatkan yel-yel musik. Yel-yel musik seperti ini yang tidak dimiliki teman-teman negara luar, ketika mereka menyemangati teman-temannya, rata-rata hanya meneriakkan nama ataupun kelas. 

Dan kami pun semakin bangga, ketika ada pertandingan musik antar negara di sekolah, kami menyanyikan lagu Indonesia Raya, Gebyar Indonesia, ditutup dengan lagu Yamko Rambe Yamko. Iringan musik yang kami pakai adalah tepukan tangan, galon dan hentakan kaki. Tepuk tangan yang kami dapatkan sungguh meriah dari seluruh pengunjung. Bahkan pujian pun banjir kami dapatkan. 

Sepulangnya saya ke Indonesia, saya membawa rasa cinta diri sebagai orang Indonesia. Bahkan rasa cinta saya semakin besar kepada budaya Indonesia, ketika mengetahui bahwa budaya kita unik dan kaya, dan tidak banyak negara yang memiliki keanekaragaman seperti yang kita miliki.

Walaupun sikap-sikap orang Indonesia yang saya ceritakan cenderung biasa saja dan tidak terlalu berprestasi, namun sikap dan perilaku yang kita miliki, tidak semua orang di negara lain mempunyainya. Kesopanan, keramahan, gotong royong, ketulusan, kekompakan, selalu bersemangat dan selalu ceria merupakan hal yang sangat membanggakan bagi kita di zaman yang cenderung mengajak orang untuk bersikap individual. 

Sikap dan perilaku tersebut membuat orang dari negara luar, terutama yang memiliki daya saing hidup yang tinggi, merasa nyaman dan betah. Buktinya banyak orang dari negara luar yang dengan senang hati tinggal, bekerja dan menikah di negara kita. Itu artinya negara kita menjadi tempat yang nyaman.

Dan maaf agak keluar topik, kalau boleh saran, jangan biarkan diri kita terlalu merendahkan diri pada orang-orang negara luar, terutama bule, kita adalah tuan di negara kita sendiri, bukan sebaliknya. Ramah dan sopan, boleh, tapi jangan merendahkan diri. Kalau negara kita tidak menarik, tentu tidak banyak orang yang mau datang dong untuk berwisata, bahkan sampai tinggal, kerja dan menikah di negara kita. Mari kita berbangga diri menjadi bangsa Indonesia.

Salam Indonesia :D

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun