Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Manfaat Baper Saat Kerja

20 Juni 2019   01:34 Diperbarui: 22 Juni 2019   00:15 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bawa perasaan alias baper ternyata tidak selalu membuat kita terlihat buruk.

Ada dampak positif yang diberikan dari baper ini. Saya sendiri adalah tipe baper, bahkan kalau mood sedang buruk, baper saya pun bisa tingkat dewa kelewatannya. Sulit sekali perasaan baper ini saya hilangkan. 

Saya sempat frustasi, karena yang saya baca dari berbagai artikel, dan petuah dari orang-orang sukses, baper bisa menjadi salah satu penyebab kegagalan.

Tapi ternyata, saya bisa memanfaatkan baper ini untuk pekerjaan saya, setidaknya saya jadi mendapatkan kepercayaan penuh dari atasan, rekan kerja dan klien. Sehingga ini bisa mengamankan posisi kerja saya, dan bisa dengan mudah tawar-menawar gaji dengan pimpinan.

Terinspirasi dari Yu Tsai, seorang director dari ASNTM (Asian Next Top Model), ia sangat galak dan gemar berteriak kalau model-modelnya tidak kompeten. Namun, disetiap sentakannya, saya merasa ada pelajaran yang didapat. 

Yu Tsai selalu bilang kepada para model yang sedang down rasa percaya dirinya, "Gunakan kekuranganmu dalam foto, jangan sibuk menutupi", kurang lebih seperti itu, dalam bahasa Inggris.

Ilustrasi diatas tidak nyambung sih dengan baper yang akan saya tulis. Tapi saya mengambil kata "gunakanlah kekuranganmu, jangan sibuk menutupi". Kekurangan terbesar saya, menurut saya adalah rasa baper. Kemudian, saya mencari cara agar baper ini menjadi suatu kelebihan yang bisa dipakai untuk karier saya, karena baper ini benar-benar tidak bisa hilang dari diri saya.

Jadikan rasa baper kita memiliki self-belonging untuk tempat kita bekerja, dengan adanya self-belonging, kita akan merasa bahwa tempat kerja itu adalah milik kita sendiri, dan kita akan melakukan yang terbaik agar tempat kerja ini maju. 

Dipikir-pikir lagi, kalau tempat kita kerja maju kan, omset pasti bertambah, kalau minta naik gaji, bisa dong, apalagi kalau kita menunjukkan kinerja yang optimal.

Dengan self-belonging ini, kita tidak akan membatasi diri dengan bekerja sesuai dengan jobdesk kita saja, tapi kita akan membantu rekan kerja lainnya yang sedang mengerjakan pekerjaannya yang belum selesai. 

Dengan begitu, kita juga bisa meningkatkan kualitas diri kita, jadi andai mau buka usaha sendiri, kita sudah tahu apa kelebihan dan kesulitan pekerjaan yang di-handle oleh rekan-rekan kerja kita. Andai tidak buka usaha sendiri pun, ketika kita bekerja di tempat lain, keahlian kita tidak terfokus di satu bidang saja, jadi kita bisa cepat memperoleh pekerjaan dan naik jabatan.

Rasa baper ini kita jadikan sebagai alat pendeteksi keinginan orang terhadap suatu hasil pekerjaan. Bagi kita-kita yang baper, kita punya kecenderungan memperhatikan setiap kata yang keluar dari mulut setiap orang, nah, maksimalkanlah ketika kita berada di tempat kerja. 

Kita memperhatikannya dengan seksama, kita gunakanlah daya nalar dan analisis kita untuk menyimpulkan pekerjaan yang bagaimana yang dianggap bagus. 

Pengalaman saya pribadi, pimpinan saya sangat sulit ditebak maunya, ada saja kekurangannya kalau beliau minta data. Saya sampai pusing sendiri, bahkan rasanya kalau sudah dipanggil pimpinan, rasanya mau ngumpet saja. 

"Dengan adanya rasa baper yang saya miliki ini, saya bisa memperhatikan dan mendeteksi keinginan pimpinan untuk memudahkan kinerja saya."

Akhirnya saya berusaha pakai bapernya saya itu untuk memperhatikan setiap perkataaan pimpinan. Dari ucapannya yang penuh dengan tekanan emosi dan dalam durasi yang panjang, akhirnya saya baru sadar bahwa misal pimpinan saya menanyakan data penjualan, maka saya harus sudah menyediakan hardcopy dan softcopy, berikut dikirim ke email-nya, sehingga beliau bisa mengeceknya kapan saja dan dimana saja, berikut dengan data pembelian, penjualan dan laba rugi bulan lalu. Agar beliau bisa membandingkannya. 

Dari satu permintaan saja, ternyata ada deretan tugas yang sebenarnya beliau minta, tapi tidak terucap. Dulu saya pikir beliau sengaja mau saya mengundurkan diri, maka dibuat suasana yang kurang mengenakkan. Ternyata memang salah saya yang tidak bisa membaca keinginan pimpinan saya.

Dengan adanya rasa baper yang saya miliki ini, saya bisa memperhatikan dan mendeteksi keinginan pimpinan untuk memudahkan kinerja saya.

Selanjutnya, jadikan rasa baper kita ini sebagai pelindung perusahaan, customer itu sifatnya macam-macam. Ada yang menyenangkan, ada juga yang kurang menyenangkan, bahkan ada yang sangat menyebalkan.

Ada satu customer yang biasanya kalau datang harus membuka seluruh produk batik dari bungkusannya, setelah dibuka semuanya yang jumlahnya puluhan, dan digelar dihadapannya, ia sama sekali tidak mau melihatnya, dan terakhir yang ia pilih  malah dari foto produk yang pernah kami kirimkan kepadanya beberapa waktu lalu. Mungkin dia pikir "ah gampang tinggal lipat lagi", tapi itu sudah seperti buang-buang waktu dan tenaga, karena customer lain tidak terlayani dengan baik, dan butuh waktu untuk melipat semua kain tersebut, karena kain tersebut bukan hanya 2 meter saja panjangnya, minimal 5 meter, kami harus buka dihadapannya. Karena ia mau memastikan tidak ada kecacatan produk.

Belum lagi setelah dia membeli, beberapa bulan kemudian, dia bisa datang kembali untuk mereturnya, dengan alasan produknya kurang laku, jadi ia mau tukar. Dan itu benar-benar diluar dari ketentuan perusahaan kami, karena maksimal retur adalah 2 minggu. Lewat dari 2 minggu, kami anggap itu sudah dibeli dan tidak bisa dikembalikan. 

Yang parahnya, ketika atasan saya sedang tidak di tempat, ia langsung datang mengambil contoh bahan milik perusahaan, dan dibawa begitu saja tanpa sepatah katapun kepada kami. 

Duh, maaf saya jadi curhat, tapi itulah kenyataannya. Kalau atasan saya tahu, kami bisa habis dimarahi, karena contoh bahan khusus perusahaan, sama sekali tidak boleh dibawa oleh orang lain tanpa izin dari pimpinan. Sontak, saya langsung memarahinya, dan mengusirnya keluar supaya tidak membuat ulah yang akhirnya dicontoh customer lainnya.

Maka pergilah dia, setelah emosi, saya baru sadar kalau customer itu marah, pasti kan tidak mau membeli lagi. Atasan saya pasti akan menanyakan alasannya dan pasti akan mengadukannya kepada pimpinan. Tamatlah saya. Saya sudah pikir harus mencari pekerjaan lain. Untuk menghindari pemecatan, saya menjelaskan secara rinci kepada atasan saat ia masuk, sebelum customer itu mengadu duluan. 

Saya kaget sekali ternyata saya mendapatkan pujian dari atasan dan pimpinan saya, bahkan saya mendapatkan kepercayaan lebih dari mereka untuk mengatur keuangan dan kenaikan jabatan. Hohoho.

Ternyata ketika kita menjadi pelindung perusahaan dan tidak menjelek-jelekkannya, maka perusahaan akan menghargainya karena sangat jarang orang yang benar memperhatikan tempat kerjanya. Hal tersebut memberikan nilai positif diri kita dimata pemilik perusahaan. Karena, walaupun status kita karyawan, tapi ketika kita keluar, kita tetap memrepresentasikan perusahaan, tempat kita bekerja.

Sama seperti, kalau kita berbuat hal positif ataupun negatif, kita pasti membawa nama baik keluarga, walaupun kita sudah tidak tinggal serumah lagi dengan keluarga, kita pasti tetap menjaga nama baik keluarga.

Hanya 3 hal positif yang bisa kita gunakan dari baper, tapi peluang untuk meningkatkan karier kita justru lebih tinggi, karena kita mau memahami orang lain. Semua orang pasti senang, kan, merasa dipahami? 

Jadi, kinerja kita bisa fokus dan tentu tidak sia-sia, pimpinan akan melihat kita disana tidak sekedar kerja saja, akan tetapi hati dan dedikasi kita juga ada di perusahaan itu.

Semoga bermanfaat.
Salam sukses

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun