Mohon tunggu...
Desi Namora
Desi Namora Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger Belajar Bisnis

Menikmati hidup dengan berbagi tulisan

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

"No Worry" Saat Musim Dingin, Ada Tolak Angin

7 Agustus 2018   22:28 Diperbarui: 7 Agustus 2018   22:36 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Udara dingin di luar sedikit terobati dengan air hangat yang membasuh anggota tubuh. Dan seketika terasa dingin kembali saat udara berhembus menuju tempat sholat. Kembali hangat saat masuk ke ruang sholat. Karpet sholat berwarna hijau, keramik bernuansa biru dan hijau menyelimuti dinding, dan tak ketinggalan nuansa merah yang sudah menjadi karakteristik kota Tirai Bambu ini.

Dok. Pribadi 
Dok. Pribadi 
Saya kaget melihat sebuah tulisan di salah satu dinding, " Jangan Pijak Kain Putih". Tulisan dengan bahasa Indonesia tersebut seperti menunjukkan sudah ramainya wisatawan dari Indonesia yang berkunjung kesana.

Dok. Pribadi 
Dok. Pribadi 
Tak luput spot-spot yang unik diabadikan dan menjadi tempat untuk bernarsis. Lokasi kunjungan hari ini setelah masjid Niujie adalah berbelanja di Moslem Market yang letaknya tak jauh dari lokasi mesjid.

Setelah berkeliling di moslem market kami dibawa menonton Acrobatic show. Acrobatic show sejenis pertunjukan yang kental dengan khas akrobatik Cina. Pertunjukan yang banyak saya tonton di film-film Cina, kini saya bisa liat langsung dalam sebuah ruangan seperti theater.

Dok. Pribadi 
Dok. Pribadi 
Agenda perjalanan  pun dilanjutkan esok harinya. Hari kedua disana kami mengunjungi Temple of heaven. Dulunya tempat ini merupakan tempat melakukan persembahan bagi para petani usai  musim panen. Namun sekarang menjadi tempat kumpul bagi anak mudan lansia untuk berekspresi, baik berolahraga, menari, ataupun sekedar main kartu.

Saat itu, Ms. Xiu memberikan pilihan apakah kami ingin melihat panda dulu, sebagai hewan khas Cina atau bermain salju saja.  Tanpa pikir panjang, kami bertiga sepakat untuk bermain salju saja. Tak sabar rasanya menggenggam salju seperti yang sudah banyak dialami oleh teman-teman yang lain.

Perjalanan dilanjutkan kembali menuju bukit salju. Lumayan jauh dari pusat kota.  Aaah  maafkan saya lupa nama tempatnya. Tempat ini merupakan lokasi yang memang masih diselimuti salju dan akhirnya dijadikan arena bermain ski salju.

Melihat pemandangan putih dimana-mana tak menyurutkan urat malu kami karena terlihat norak. Yang ada hanya teriakan kegirangan, seperti anak kecil yang ketemu dengan mainannya.

Dok. Pribadi 
Dok. Pribadi 
Tak terasa kurang lebih dari dua jam berada disana, Ms. Xiu terlihat dari kejauhan. Itu tandanya, time is over. Waktunya pulang dan makan malam. Hihi. Persis kayak anak kecil yang gak pengen waktu maennya habis. Tapi, hanya bisa pasrah. 

Saking serunya bermain salju, saya baru sadar setelah di dalam mobil kalo kupluk hitam saya sudah tidak nemplok di kepala. Mana kupluk yang dibawa cuma satu-satunya. Pemilik badan iklim tropis ini tidak kuat melawan udara dingin dengan suhu minus delapan saat itu.

Udara dingin yang berhembus seakan menembus jilbab saya yang tipis. Saya merasa bersalah pada diri sendiri karena tidak menyediakan kupluk cadangan atau membawa earmuff yang memang sudah dibeli. Hhuhuhu. Ternyata musim dingin itu tidak selamanya enak atau nyaman seperti yang selama ini saya bayangkan saat di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun