Mohon tunggu...
Namarappuccino Saja
Namarappuccino Saja Mohon Tunggu... -

Just call me Namarappuccino. :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mencintaimu Sekali Lagi

2 Januari 2012   03:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:27 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Ini aku. Bukan orang lain. Kamu tidak perlu menyembunyikannya.” Aku tersenyum.

Kamu hanya menunduk. Mempermainkan sendok di cangkir cappuccino-mu dengan mengaduknya. Kita sama-sama tahu gulanya sudah teraduk dari tadi. Itu hanya bahasa untuk, “Sebentar, biar aku mempersiapkan kalimat dulu.”

Setengah menit kemudian, kamu menghembuskan nafas panjang dan bercerita dengan suara berat. Aku benci matamu yang sekarang ini. Layu. Tidak ada cahaya di sana seperti biasanya.

Dia, lelaki ‘mengagumkan’mu itu, memutuskanmu. Alasannya sederhana, dia harus mengurusi proyek yang sedang dikerjakannya. Dan dengan kemanjaan dan rengekanmu untuk terus menemanimu dia merasa kesulitan.

Bodoh!” kataku dalam hati. Tertuju kepada lelaki itu.

Kamu sudah mencoba mempertahankannya dengan mengatakan akan mengerti dan untuk sementara tidak akan mengganggunya dulu. Tapi sama saja. Keputusannya sudah bulat. Dia harus memutuskanmu.

Bodoh!” sekali lagi batinku.

Setetes lagi air matamu turun. Sekali lagi jantungku seperti dipukul. Aku tidak berani memegang tanganmu seingin apa pun itu untuk menenangkanmu. Aku juga tidak berani menghapus  air matamu dengan tanganku atau tisu. Seperti itulah aku mencintaimu. Aku selalu takut setiap gerakan sekecil apa pun dariku, terasa salah. Jadi aku hanya berdiri di samping tempat dudukmu dan menyerahkan tisu. Tersenyum dan mengatakan, "Menangislah sepuasmu. Aku akan menutupimu dari orang lain.”

Aku tetap berdiri di sana sambil pura-pura mengamati menu. Sesekali aku melirik ke pelanggan atau penjaga kafe itu untuk memastikan tidak ada yang melihatmu menangis.

Ini adalah dua menit terlama dalam hidupku. Melihatmu menangis seperti itu, membuat waktu benar-benar berjalan sangat lambat. Terlalu lambat. Ini buruk buat mata dan hatiku.

Untunglah kamu segera berhenti, menghapus semua air matamu dan tersenyum lagi. Aku menatapmu sekilas dan tidak berani menatap matamu lagi beberapa saat setelah itu. Matamu masih berkaca-kaca. Aku akan melihatmu lagi nanti setelah sepasang mata favoritku itu bersih dari air mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun