#paradeparashit
-edisiramadhan-
Urusan dengan mobilnya yang tabrakan beruntun (episode1) belum selesai...
Nome kembali ke bengkel mengecek mobilx yang ternyata semakin banyak yang perlu diperbaiki. Terutama bagian mesinnya.
Dasar mobil wanita, taunya isi bensin saja..begitulah tipikal anak tak mandiri.
Belakangan ini Taxi masih jadi langganan setianya. Pengen naik becak juga karena jarak dekat tapi cuaca sangat terik.
Puasa kali ini ia full. Tahun2 sebelumnya sangat mudah tergoda resto dan kafe yang tetap memamerkan deretan pelanggan dan makananx di antara orang berpuasa.
Nome jaman dulu, gadis manja yang tak tahu adat, pasti dengan tak ada beban membatalkan puasanya.
Untung sudah ditempa di pengajian pak petua. Keimananx tahun ini boleh dibilang memasuki masa keemasan.
Tapi tak boleh takabur, karena hati dibolakbalik, maka teruslah istikamah, jangan lupa istighfar nome, gumamnya.
Sebuah taxi rada peot menepi. Ia yang biasanya pilih2 taxi kali ini menurunkan standarnya. Rejeki orang jangan ditahan, pikirnya.. Baiklah.. Asal ada ac nya *tetep
Sembari menyebutkan alamat yang dituju nome mengecek notesnya. Hari ini tak banyak kegiatan, mata kuliahnya sudah menipis. Tinggal ditangkis semester pendek juga awal tahun depan sudah bisa bergelar sarjana.
'Puasa gak kerasa ya dik..'
tiba2 pak supir taxi membuka percakapan.
'Ohh iya pak gak kerasa'
Basa basi nome memang agak standar, karna setelah itu ia kembali ke gadgetnya. Nunduk aja.
'Iya nih dik..Puasa kali ini beda.. Mana ibunya anak2 di rumah sakit lagi..'
pak supir menggeleng2kan kepala tanda penyesalan.
Nome mengangkat wajah. Mendengar seorang ibu sakit menggugah perhatiannya, karena seketika pikirannya melayang ke ibunya di rumah yang terduduk lemah di kursi rodanya.
Ibu sakit ya pak, sakit apa?
Iya dik.. Kanker rahim
Masya Allah.. Stadium berapa pak?
Hhhh Stadium 4 dik, ini mau dioperasi... Butuh beli darah
Nome bergumam dalam hati.. Terbersit setipis kuda-kuda syak wasangka... Stadium 4 biasanya sudah tak bisa dioperasi .. Pikirnya..
Umurnya berapa pak?
50an dik
Anak nya berapa?
Ada 3 dik, smp dan sma..
Trus yang jagain ibu siapa..?
Yang bungsu nih lagi d rumah sakit tungguin ibunya, Kantor saya tak bisa banyak membantu. Jadi sy urus kartu miskin dik... Untung operasinya kami tak usah bayar... Hanya darah yang butuh banyak. Harus dibeli...
Suaranya makin mengecil
Kmrn mau minjam 200 ribu sama teman, tapi kembalinya harus 400ribu...
Sialan tuh lintah darat! Masih ada juga! Umpat nome dalam hati...
Kini serasa mendapat bola yang digulirkan padanya. Mau ditendang kembali atau dibiarkan saja entah kemana. Ia menimbang2....
Telalu banyak modus penipuan dari yang paling polos sampai yang rada kreatif semisal menyamar menjadi mama, ia konsumsi setiap hari di media massa maupun berita dari mulut ke mulut. Ia gamang, antara kasihan ingin membantu dan waspada.
Sesuatu berbisik...
'Ehh jangan mau ditipu neng.. Mungkin tiap penumpangnya ia cerita bermacam2 hal yang memprihatinkan... Bayangkan kalau sehari pelanggannnya 50, kena tipu semua sama wajah memelasnya... Menyebalkan bukan? Uhh jangan mau percaya...' ((Nome lama))
Namun rasa prihatin di hatinya berungkap, bagaimana kalau bapak ini bicara apa adanya? Dan butuh uluran tangan? Bukannya ini hari jumat yang berkah, saatnya memperbanyak sedekah?
Ia ingat petuah pak petua: jikalau ada seseorang mengetuk pintumu minta sedekah, yakinlah itu utusan Allah..
Yang mempercayakanmu untuk membersihkan hartamu... Allah yang sedang mengetuk pintumu... Memberimu kesempatan untuk menjemput kemuliannya. Amanah. Jangan liat apa di balik itu, tapi niat tulusmu.
Jikalau sudah begitu, penipuan modus apapun, tak berlaku jikalau nome berniat sedekah.
Setipis hasutan itu kembali berguman,' iya tapi kalau tidak benar berarti kamu membantu suburnya modus penipuan kayak gini, lagi pms aja nih nome gampang terharu mudah terhasut... Huu mudah jangan percaya'
(((nome lama)))
dari tadi pagi saya mutar2 aja dik belum dapat penumpang.... Untung adik bersedia masuk...
Sang bapak masih melanjutkan keluh kesahnya...
Ia kembali berperang dengan batinnya.... Semoga bapak ini jujur....
Memang sih penampilan taxinya sangat tidak membuat orang berminat naik..
Tapi bukan urusannya apa bapak ini bohong atau tidak, karena setiap urusan bukan antara manusia dengan manusia lain, tapi antara manusia dengan Tuhannya.
Gumam Nome sekarang.
'Lagian emang bapak ini minta sumbangan kamu Nome? Ge er aja dimintain duit, kali aja dia cuma curhat... Jangan jadi malaikat kesiangan lah... Belum tentu juga ia mau menerima uluran tanganmu...'
Kembali ia sahut menyahut dalam hati. Perjalanan pendek kali ini terasa panjang...
Di depan yang ada mobil parkir kiri pak...
Oh iya dik...
Taxi menepi.
"Nih pak sedikit semoga bisa membantu dan ibu lekas sembuh ya..."
--Nome baru--menang .
Ia menyelipkan lembaran ratusan ribu ke tangan pak supir yang menerima dengan penuh haru. ...
'Semoga rejekinya lancar dik..'
Ia mencium pemberian itu dengan syahdu.
Kini "Nome lama" yang masih kesal karna lembaran ratusan ribu tadi nomer cantik yang sdh sejak lama dikoleksi itu melayang... pun takjub dengan reaksi bapak itu..
Itu sama sekali bukan ekspresi orang yang menang dari kebohongan.
Nome,-lama dan baru- keluar dari taxi...
Mereka tersenyum....
Pada Allah.
-Ramadhan 2010-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H