Mohon tunggu...
Nurul Alamin
Nurul Alamin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidkan Bahasa Arab, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kerinci. @nurulalamin02

"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan meilhat (balasan)nya." (Q.S az-Zalzalah) @nurulalamin02

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Khayalan Berbagi

24 Agustus 2021   21:04 Diperbarui: 24 Agustus 2021   21:06 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jam pukul 10 Malam, aku belum bisa juga tidur, biasanya jam 9 aku sudah tidur. Cuaca di luar begitu cerah walaupun di malam hari, bintang-gemintang dan cahaya bulan sabit menyinari malamku. Berpikir dan merenung. Tiba-tiba, aku pun dikaget oleh istriku tercinta.

"Pak, kenapa termenung malam-malam gini?" Tanya ia setelah mengagetkanku.

"Ibu ini, main kaget-kaget aja. Untuk nggak copot jantung bapak. Sebentar lagi hari Raya Idul Adha, Bu. Bapak pengen sekali berqurban dan bagi-bagi daging qurbannya ke tetangga. Walaupun nggak sapi, kambing aja bapak mau berqurban." Jawab aku.

Istriku pun pengen sekali bisa berbagi daging qurban sama tetangga. "Mudah-mudahan rezeki melimpah sebelum hari Raya Idul Adha, Pak."

"Aamiin," ucap kami berdua.

Dua bulan kemudian, suara takbiran terus berkumandang pertanda hari ini, hari raya Idul Adha. Aku sedang duduk di teras depan rumah seraya istirahat setelah shalat Id di Masjid Raya Kota, suasana ramai, bersalaman dan saling meminta maaf menghias hari ini. Istirahat yang ditemani secangkir teh hangat dan kue-kue lebaran yang kemarin dibuati oleh sang tersayang yaitu istri tercinta, hehehe. Sambil berpikir, besok lanjut beraktivitas alias kerja atau di rumah saja.

Sulaiman seorang pahlawan yang nggk pernah diangkat jadi pahlawan, setiap pagi ia terus berangkat untuk membuat kebersihan dan  keindahan  di jalan. Memiliki tinggi 158 Cm dan berambut ikal. Dan selalu disenangi oleh semua orang membuat ia selalu bersemangat dalam menjalani hidup walau dalam keadaaan yang cukup sederhana. Pak Iman itulah kerap panggilan ku. Aku tinggal bersama anak dan istriku di rumah yang cukup sederhana. Istriku membuka usaha membuat kue dan kue dititip di setiap warung, sedangkan anakku masih berusia 4 tahun.

Suara rintik-rintik hujan sampai terdengar ke telinga, istriku membangunkanku untuk bekerja walaupun suasana hari lebaran masih ada. "Pak, bangun-bangun kan hari ini mulai masuk kerja," Ujar istriku. "5 menit lagi, Sayang." Jawab aku.

Hujan seketika teduh, cahaya baskara pun sudah lama menyinari kampungku. Panasnya terasa seperti panas jam 10 pagi. "Bu, Bu, Bu, kenapa nggak bangunin Bapak ?" Tanya aku kepada istiku sambil tergesa-gesa bersiap-siap untuk pergi kerja. "Sudah ibu bangunin tadi, bapak bilang 5 menit lagi, ya ibu biarkan saja, hehe." Jawab ibu sambil senyum tipis-tipis.

Walaupun jam mau pukul 9.00 WIB, aku tetap bekerja membersihkan jalan, menyapu, dan membuang sampah supaya jalan Kota menjadi bersih dan asri. Memang tugas yang mulia kan, hehe. Untung jarak tempat aku membersihkan cukup dekat dengan rumah, jadi aku bisa santai perginya.

Sesampai di tempat, mataku kaget, jantung hampir copot, sampahnya sangat banyak, tidak pernah aku membersihkan sampah sebanyak ini sebelumnya, hampir mau nyerah, tapi aku ingat, aku harus bekerja untuk memberi nafkah kepada anak dan istriku.

Satu jam setengah kemudian, akhirnya aku sudah juga membersihkan jalan dan memasukkan semua sampah dalam karung, sangat banyak sampahnya, 10 karung berisi oleh samaph. Setelah memasukkan sampah dalam karung, aku pun istirahat dan membeli es kelapa muda di dekat tempat aku bekerja.

Lama istirahat, aku pun berniat ingin pulang ke rumah. Dan aku lewat di depan Masjid Raya Kota, ku lihat di depan gerbang, ramai sekali orang antri. Aku pun ikut antri, nggak tau ngapain. Panas hari disertai angin sepoi-sepoi membuatku nggak terasa antri, walaupun sangat ramai. Dan akhirnya, aku orang yang terakhri antri. Tak terduga, ternyata, ada pembagian daging qurban. Aku senang dan bahagia. "Mudah-mudahan banyak aku dapat daging qurban supaya bisa dibagikan sama tetangga," ucapku dalam hati.

Aku dikasih satu kantong plastik daging qurban, kalau diperkiraan lebih satu kilogram. "Pak, bisa minta daging qurban lagi? Mau dibagikan sama tetangga." Minta aku sama panitia qurban, seraya senyum-senyum malu

"Boleh, boleh, sangat boleh, Pak. Ini untuk bapak bagi sama tetangga, 10 kantong plastik." Kata panitia dengan sangat ramah dan baik.

"Terima kasih banyak, Pak," ucap aku.

Aku bergegas untuk  pulang,  hati sangat senang dan gembira, sambil membawa daging qurban 11 kantong plastik untuk aku bagikan sama tetangga dan masyarakat sekitar, walaupun aku nggak bisa berqurban, tetapi aku bisa berbagi sama tetangga yang membutuhkan daging qurban tersebut.

Sesampai dirumah aku langsung menyuruh istriku membagi-membagi daging menjadi 20 kantong plastik supaya lebih banyak tetanggaku dan masyarakat sekitar yang dapat daging tersebut, istriku pun ikut bahagia bisa berbagi daging qurban walaupun tidak kami yang berqurban.

Aku dan istriku langsung membagi daging qurban ke rumah tetangga dan masyarakat sekitar, saking semangat nya berbagi, lelah ku tadi waktu bekerja pun hilang seketika. Aku pun memanggil istriku, tetapi tidak ada jawaban, "Bu, Bu, Bu, Bu, Bu."

"Pak, Pak, Pak, bangun, bangun, bangun. Dah, mau siang ini." Istriku membangunkan aku dari tempat tidur.

ASTAGAAA, astagfirullah, astagfirullah, astagfirullah, ternyata ini semua mimpi.

"Emangnya bapak mimpi apa? Tambah istriku.

"Tadi bapak mimpi, kita sedang semangat membagi daging qurban sama tetangga," jawab aku.

"Bapak ini, ada-ada aja mimpinya. Cepat bangun, pergi kerja sana." Ucap istriku yang nggak percaya aku mimpi membagi daging qurban.

Aku pun langung keluar rumah, melihat suasana di luar. Saat aku membuka pintu, ternyata semua tetanggaku sudah di depan pintu dan berterima kasih kepadaku atas daging qurbannya. Haha aku pun bingung atas kejadian semua ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun