"Nah kerjain yang benar ya anak manis." Tanpa menunggu balasan dari Echa, Santi dan teman temannya pergi meninggal Echa sendirian. Echa tau pasti Santi akan pergi ke kelas Dani. Siapa sih yang tidak tahu Dani? Bahkan rumput di halaman sekolah juga tau siapa itu Dani. Dani adalah siswa tertampan di sekolah dan karena ketampanan yang ia miliki membuatnya terkenal dan menjadi incaran para siswi, termasuk Santi. Mungkin, Echa satu satunya siswi yang tidak tertarik kepada laki laki itu. Bukan karena dia tidak suka laki-laki. Tapi menurutnya, yang terpenting saat ini hanyalah bagaimana ia bisa membanggakan kedua orang tuanya.
Pagi itu Echa sengaja bangun lebih awal karena ia harus mengerjakan tugas sekolah milik Santi lagi. Sebenarnya ia ingin sekali menolak permintaan Santi, namun rasanya sulit sekali untuk mengucapkan kata tidak kepadanya. Padahal Echa sudah sering kali berlatih untuk menolak, nyatanya semua itu sia sia. Echa hanya takut hal itu terulang lagi. Yap, benar. Dulu saat ia masi SMP, ia memberanikan diri untuk menolak mengerjakan tugas tugas Santi.Â
Dan hal yang tidak diinginkan pun terjadi, Santi mempermalukan Echa dihadapan teman temannya. "Dasar anak tukang becak, miskin, gatau diri banget si kamu. Masih baik kita mau temenan sama kamu. Lengkapin dulu tu jari kamu cuma ada empat. HAHAHAHA" masih teringat jelas kata demi kata yang keluar dari mulut Santi pada saat itu. Hal yang membuatnya harus menahan air mata setiap kali mengingatnya.
Ketika ia sudah hampir menyelesaikan tugas Santi, tiba tiba ia ingin buang air kecil. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke kamar kecil dengan cepat karena sedikit lagi bel tanda pelajaran dimulai akan berbunyi. Ketika ia ingin kembali ke kelas, ia menabrak dada bidang milik seseorang yang ia yakini ini adalah seorang laki-laki.Â
Benar saja, ia menabrak Dani. Semua orang disekolah melihat ke arah mereka, yang membuat Echa semakin gugup. "Eh kamu gapapa?" ucap Dani memulai pembicaraan. "Hah iya, aku gapapa kok. aku yang salah jalannya buru-buru jadi ga lihat ada kamu di depan. Maaf ya." Ucap Echa sambil menunduk karena ia tidak kuat jika harus menatap mata lawan bicaranya. Tanpa berucap satu kata lagi, Echa pergi meninggalkan Dani yang masi terpatung di koridor depan kelasnya.
Setelah sampai di kelas, Echa langsung terburu buru menyelesaikan tugasnya. Echa menutup buku tugas Santi berbarengan dengan kedatangannya. Namun bukannya berterima kasih, Santi datang menemui Echa dengan wajah yang emosi. Echa ngeri melihatnya. "Heh, gausa sok kecantikan deh kamu. Centil banget si godain Dani. Kamu sengaja kan nambrak dia supaya dapet perhatiannya, dasar anak caper." ucap Santi dengan nada tingginya, hatinya sangat panas ketika ada orang lain yang dekat dengan Dani, apalagi jika tau orang itu adalah Echa.
"Santi, ini ga seperti apa yang kamu pikirkan. Aku ga sengaja nabrak Dani. tadi aku buru buru dari toilet soalnya tugas kamu belum selesai." dengan gugup Echa berusaha memberikan penjelasan kepada Santi. Namun, emang dasarnya Santi adalah anak yang keras kepala tentu ia tidak memperdulikan ucapan Echa. "Gausah banyak alasan deh. Aku tau kamu pasti juga suka kan sama Dani." Echa hanya bisa menggelengkan kepalanya mengisyaratkan bahwa semua yang diucapkan Santi itu salah. "Sini tugas aku. Urusan kita belum selesai." lanjut Santi sambil menarik buku yang Echa pegang sambil melangkah pergi diikuti kedua teman setianya, Dea dan Lita.
Kring...Kring...Kring
Bel istirahat pertama berbunyi, hampir semua murid keluar kelas untuk mengisi perut menuju kantin. Tidak seperti biasanya, Echa yang setiap harinya jarang keluar kelas terpaksa harus pergi ke kantin untuk membeli makanan. Karena tadi pagi ia terburu buru, jadinya ia belum sempat membuat bekal. Echa tidak ingin merepotkan ibunya yang juga harus menyiapkan barang dagangan untuk dijajakan kepada tetangga sekitar. Ia terbiasa menyiapkan semuanya sendiri.
Saat di perjalanan dari kantin menuju kelas, tiba tiba ada seseorang yang menariknya ke arah belakang sekolah. Siapa lagi kalau bukan Santi dan teman-temannya. Tanpa sepatah kata pun mereka langsung mendorong Echa dan menyiramnya dengan air selokan yang ternyata sudah sengaja mereka siapkan untuk menyiram Echa. Tentu saja Echa tidak bisa membalas perbuatan mereka, ia hanya bisa menangis. Seperti pahlawan, Dani datang dan melindungi Echa. Tentu saja hal itu semakin membuat Santi marah. Santi mengajak teman temannya pergi meninggalkan Dani dan Echa. Dani langsung mengajak Echa ke kelasnya dan memberikan baju  olahraga miliknya. Echa pun berterima kasih dan pergi untuk mengganti pakaiannya.
Pulang sekolah...