Mohon tunggu...
najwa  zalfa
najwa zalfa Mohon Tunggu... Lainnya - Najwa Zalfa Yuanda

Najwa Zalfa Yuanda - 26- XI MIPA 5 - SMAN 28 Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kebaikan Gadis Unik

25 November 2020   19:39 Diperbarui: 25 November 2020   19:49 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hujan deras disertai angin kencang tak lupa dengan suara kilat yang bergemuruh ikut melengkapi suasana pada malam itu. Malam yang tidak akan pernah dilupakan oleh Ucup. Karna tepat pada malam Jumat Kliwon tanggal 27 Februari 2004 lahir seorang anak yang selama ini ia dan istrinya nantikan. 

Ternyata doanya selama kurang lebih 12 tahun diijabah oleh Allah SWT. Namun yang namanya takdir, kita tidak dapat merubahnya. Anak Ucup lahir dengan selamat namun ia mengalami kecacatan pada tubuhnya. Jarinya hanya empat pada masing masing tangan, begitu juga dengan kaki. 

Tentu saja Ucup dan Lastri, istri Ucup merasa sedih dengan kekurangan yang dimiliki anaknya itu. Ia takut jika kelak anaknya tumbuh dewasa, ia menjadi bahan ejekan teman temannya. Namun, Ucup dan Lastri membuang jauh jauh pikiran buruk itu. Ia selalu berdoa yang terbaik untuk anaknya, oleh karena itu gadis mungil nan cantik itu ia beri nama Alesha Alifa Hibatillah, Artinya anak pertama beruntung yang dilimpahi anugrah dari Allah.

Seiring berjalannya waktu, putri kecil mereka kini tumbuh menjadi seorang anak yang cantik dan cerdas. Tak sedikit orang yang kagum kepadanya karena, diumurnya yang baru menginjak 7 tahun ia sudah berhasil menghafalkan 3 juz Al-Quran. Ia juga dikenal sebagai anak yang sopan dan pekerja keras, setiap pagi ia selalu membantu dan menemani ibunya berjualan kue keliling kampung. 

Alesha atau biasa orang memanggilnya dengan sebutan 'Echa' pada tahun ini akan menempuh pendidikan pertamanya di Sekolah Dasar. Echa sangat suka belajar, setiap pulang sekola ia selalu menyempatkan waktu sebelum membantu ibunya untuk mengerjakan PR atau hanya sekedar membaca buku. 

Mangkanya tam heran jika Echa selalu menempati peringkat satu berturut turut dari kelas satu sampai enam. Bahkan ia juga meraih nilai Ujian Nasional (UN) tertinggi di sekolahnya. Namun semua itu berubah ketika dia masuk ke jenjang yang lebih tinggi yaitu SMA. Kebanyakan orang menganggap masa-masa SMA adalah masa yang paling indah. Ketika masa SMA, Sobat Belia sedang mengalami masa-masa pertumbuhan. Mulai pada diri sendiri hingga pertumbuhan dengan lingkungan sekolah. Pada masa ini remaja mulai merasakan apa yang namanya cinta dan romansa-romansanya. 

Namun semua itu berbanding terbalik dengan apa yang terjadi kepada Echa. Santi, teman Echa dari SMP yang memiliki paras yang begitu cantik bahkan ia hampir bisa dikatakan sempurna. Mangkanya tak heran jika banyak laki laki yang menaruh hati padanya. 

Namun hatinya tidak secantik dan seanggun wajahnya, ia memiliki sifat yang sangat licik, egois dan tidak peduli dengan siapapun kecuali dirinya. Santi tahu betul bahwa Echa adalah anak yang pemalu dan pintar, karena ketenaran dan otak liciknya ia memanfaatkan kebaikan Echa.

Di sekolah..

"Haduh kenapa gaada yang kasih tau aku si, kalo hari ini harus ngumpulin tugas Sejarah" ucap Santi dengan nada jengkelnya. "Haduh aku ga ngerti sama sekali ni, bagaimana ya."

Diwaktu yang bersamaan, Echa datang dengan tas merah khas di punggungnya. Santi tersenyum kecil melihat kedatangan Echa, ia tahu apa yang harus ia lakukan. "Hai Echa, selamat pagi. Tolong kerjain tugas Sejarah aku dong, aku gangerti nih. Echa kan baik, jadi mau dong bantuin aku." Ucap Santi sambil memberikan buku sejarah serta bolpoin kepada Echa. 

"Nah kerjain yang benar ya anak manis." Tanpa menunggu balasan dari Echa, Santi dan teman temannya pergi meninggal Echa sendirian. Echa tau pasti Santi akan pergi ke kelas Dani. Siapa sih yang tidak tahu Dani? Bahkan rumput di halaman sekolah juga tau siapa itu Dani. Dani adalah siswa tertampan di sekolah dan karena ketampanan yang ia miliki membuatnya terkenal dan menjadi incaran para siswi, termasuk Santi. Mungkin, Echa satu satunya siswi yang tidak tertarik kepada laki laki itu. Bukan karena dia tidak suka laki-laki. Tapi menurutnya, yang terpenting saat ini hanyalah bagaimana ia bisa membanggakan kedua orang tuanya.

Pagi itu Echa sengaja bangun lebih awal karena ia harus mengerjakan tugas sekolah milik Santi lagi. Sebenarnya ia ingin sekali menolak permintaan Santi, namun rasanya sulit sekali untuk mengucapkan kata tidak kepadanya. Padahal Echa sudah sering kali berlatih untuk menolak, nyatanya semua itu sia sia. Echa hanya takut hal itu terulang lagi. Yap, benar. Dulu saat ia masi SMP, ia memberanikan diri untuk menolak mengerjakan tugas tugas Santi. 

Dan hal yang tidak diinginkan pun terjadi, Santi mempermalukan Echa dihadapan teman temannya. "Dasar anak tukang becak, miskin, gatau diri banget si kamu. Masih baik kita mau temenan sama kamu. Lengkapin dulu tu jari kamu cuma ada empat. HAHAHAHA" masih teringat jelas kata demi kata yang keluar dari mulut Santi pada saat itu. Hal yang membuatnya harus menahan air mata setiap kali mengingatnya.

Ketika ia sudah hampir menyelesaikan tugas Santi, tiba tiba ia ingin buang air kecil. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke kamar kecil dengan cepat karena sedikit lagi bel tanda pelajaran dimulai akan berbunyi. Ketika ia ingin kembali ke kelas, ia menabrak dada bidang milik seseorang yang ia yakini ini adalah seorang laki-laki. 

Benar saja, ia menabrak Dani. Semua orang disekolah melihat ke arah mereka, yang membuat Echa semakin gugup. "Eh kamu gapapa?" ucap Dani memulai pembicaraan. "Hah iya, aku gapapa kok. aku yang salah jalannya buru-buru jadi ga lihat ada kamu di depan. Maaf ya." Ucap Echa sambil menunduk karena ia tidak kuat jika harus menatap mata lawan bicaranya. Tanpa berucap satu kata lagi, Echa pergi meninggalkan Dani yang masi terpatung di koridor depan kelasnya.

Setelah sampai di kelas, Echa langsung terburu buru menyelesaikan tugasnya. Echa menutup buku tugas Santi berbarengan dengan kedatangannya. Namun bukannya berterima kasih, Santi datang menemui Echa dengan wajah yang emosi. Echa ngeri melihatnya. "Heh, gausa sok kecantikan deh kamu. Centil banget si godain Dani. Kamu sengaja kan nambrak dia supaya dapet perhatiannya, dasar anak caper." ucap Santi dengan nada tingginya, hatinya sangat panas ketika ada orang lain yang dekat dengan Dani, apalagi jika tau orang itu adalah Echa.

"Santi, ini ga seperti apa yang kamu pikirkan. Aku ga sengaja nabrak Dani. tadi aku buru buru dari toilet soalnya tugas kamu belum selesai." dengan gugup Echa berusaha memberikan penjelasan kepada Santi. Namun, emang dasarnya Santi adalah anak yang keras kepala tentu ia tidak memperdulikan ucapan Echa. "Gausah banyak alasan deh. Aku tau kamu pasti juga suka kan sama Dani." Echa hanya bisa menggelengkan kepalanya mengisyaratkan bahwa semua yang diucapkan Santi itu salah. "Sini tugas aku. Urusan kita belum selesai." lanjut Santi sambil menarik buku yang Echa pegang sambil melangkah pergi diikuti kedua teman setianya, Dea dan Lita.

Kring...Kring...Kring

Bel istirahat pertama berbunyi, hampir semua murid keluar kelas untuk mengisi perut menuju kantin. Tidak seperti biasanya, Echa yang setiap harinya jarang keluar kelas terpaksa harus pergi ke kantin untuk membeli makanan. Karena tadi pagi ia terburu buru, jadinya ia belum sempat membuat bekal. Echa tidak ingin merepotkan ibunya yang juga harus menyiapkan barang dagangan untuk dijajakan kepada tetangga sekitar. Ia terbiasa menyiapkan semuanya sendiri.

Saat di perjalanan dari kantin menuju kelas, tiba tiba ada seseorang yang menariknya ke arah belakang sekolah. Siapa lagi kalau bukan Santi dan teman-temannya. Tanpa sepatah kata pun mereka langsung mendorong Echa dan menyiramnya dengan air selokan yang ternyata sudah sengaja mereka siapkan untuk menyiram Echa. Tentu saja Echa tidak bisa membalas perbuatan mereka, ia hanya bisa menangis. Seperti pahlawan, Dani datang dan melindungi Echa. Tentu saja hal itu semakin membuat Santi marah. Santi mengajak teman temannya pergi meninggalkan Dani dan Echa. Dani langsung mengajak Echa ke kelasnya dan memberikan baju  olahraga miliknya. Echa pun berterima kasih dan pergi untuk mengganti pakaiannya.

Pulang sekolah...

Karena Dani merasa kasihan dengan Echa, ia memutuskan untuk mengantarnya pulang ke rumah. Echa berusaha menolak permintaan Dani karena takut Santi akan berbuat hal yang lebih buruk kepadanya. Namun, Dani terus memaksanya dan akhirnya Echa memutuskan untuk pulang bersama dan berharap tidak bertemu Santi dijalan.

Sementara itu, Santi berjalan terburu buru tanpa melihat sekelililing. Hati Santi sangat hancur ketika melihat Dani melindung Echa saat itu. Sampai pada saat ia ingin menyebrang jalan, dari arah kanan sebuah mobil dengan kecepatan tinggi menabrak Santi yang sedang melamun. Badannya yang lemah dengan mudahnya terhempas sejauh 3 meter dari tempat ia menyebrang. Banyak darah keluar dari pelipis, hidung dan telinganya.

Echa kaget melihat banyak orang di jalan. "Sepertinya ada kecelakaan deh dan di depan" ucapnya kepada Dani. "Wah iya tuh, coba yu kita lihat." Betapa kagetnya mereka ternyata Santi lah yang menjadi korban kecelakaan itu. Echa sangat panik dan menyuruh Dani untuk menelfon Ambulance. Tak butuh waktu lama bagi Ambulance untuk sampai di lokasi. Sesampainya dirumah sakit, tak butuh waktu lama santi segera dibawa ke ruang icu oleh perawat yang berjaga disana.

10 menit, 30 menit, 1 jam berlalu.  Echa, Dani dan orang tua Santi menunggu didepan ruang ICU. Sebelumnya, Echa sudah menghubungi orang tua Santi tentang kabar anaknya.

2 jam berlalu, dokter pun tak kunjung keluar, semua orang uang berada disana gelisah. Tak lama kemudian, dokter pun keluar dengan wajah yang tidak bisa diartikan, "Dok, bagaimana dengan anak saya?" tanya Ibu Santi dengan cemas. "Kami membutuhkan banyak darah, namun kami kehabisan stock golongan darah O" jelas dokter. Echa yang merasa tidak tega melihat kedua orang Santi akhirnya ia menawarkan diri untuk mendonorkan darahnya kepada Santi. 

Setelah sadar dan mengetahui bahwa yang mendonorkan darah adalah Echa, Santi sangat berterima kasih karena Echa karena sudah menyelamatkan nyawanya. Santi menjadi merasa tidak enak setelah apa yang sudah ia lakukan kepada Echa. Namun, Echa sudah memaafkan semua kesalahannya jauh sebelum Santi meminta maaf. 

Semenjak saat itu, mereka menjadi sahabat dekat yang tidak dapat dipisahkan. Echa membantu Santi dalam belajar, agar ia bisa mendapatkan Universitas yang ia inginkan. Begitu pula dengan Santi dan keluarganya yang membantu membiayai Echa dalam menempuh pendidikannya di Perguruan Tinggi. Echa tau, setiap kebaikan pasti selalu ada balasannya, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, ia tidak akan pernah berhenti untuk menjadi orang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun