Tetapi, aku mohon, jangan mengakhiri hidupmu sendiri. Kita, aku di masa lalu memiliki masa depan yang indah. Patah hati dan kehilangan saat usia 21 tahun bukanlah apa-apa dibanding kehilangan nyawa dan harga diri kita sendiri.Â
   Mungkin, aku di masa lalu belum melihat indahnya masa depan ini. Itulah mengapa aku mengirim surat ini untuk diriku sendiri di masa lalu.Â
   Masa depan kita sangatlah indah, ada jua seorang gadis dengan tatapan wajah dingin namun hangat yang kan selalu menemani. Jadi, jangan akhiri hidup ini , ya?
   Aku tahu, ada banyak rasa sakit di dalam diri yang ingin diobati dan dihilangkan. Namun, kita tidak tahu kan dimana letaknya sehingga kita memutuskan untuk mengakhiri semuanya? Sehingga, kita berpikir bahwa rasa sakit itu jua bisa berakhir.Â
   Tetapi, percayalah, melewati semua rasa sakit itu akan jauh lebih indah dibanding menghindarinya. Sekalipun jika kita mati, apa kita akan bahagia?
   Sekali lagi, untuk diriku di masa lalu, jalani hidupmu dengan penuh keberanian. Dunia memang keras, namun kerasnya dunia takkan pernah bisa mengalahkan tekad kita. Percayalah, akan ada hari indah di kehidupan ini.
   Terima kasih, karena telah membaca surat ini. Terima kasih jua karena masih hidup meski rasa sakit mendera.
  salam
  Dari dirimu di masa depan
   Setelahnya, angin mulai mereda dan dedaunan mulai nampak tenang. Ia masih terdiam, rasanya sangat tidak masuk akal jika surat itu dari masa depan. Tetapi, mengapa hatinya menghangat? Dirinya juga merasa lebih tenang.Â
   "Kau mau bunuh diri atau apa? Jika mau bunuh diri, lebih baik kau loncat dibanding duduk di pinggiran jembatan. Ck, ayo bangun!"Â