Mohon tunggu...
Najma Fadiyah Raihanah
Najma Fadiyah Raihanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Saya adalah seorang mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Fenomena Mahasiswa Semi-GAP Menjadi Semakin Umum

20 Juni 2024   09:43 Diperbarui: 21 Juni 2024   08:21 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Mahasiswa(DOK. PIXABAY via kompas.com)

Fenomena mahasiswa "semi-gap" menjadi semakin umum di kalangan mahasiswa Indonesia. Istilah "semi-gap" merujuk pada mahasiswa yang melanjutkan kuliah setelah lulus SMA.

Namun, biasanya bukan merupakan program studi atau fakultas atau perguruan tinggi yang mereka inginkan sehingga mereka berencana untuk mencoba mengulang dalam proses seleksi masuk perguruan tinggi, atau yang mengambil cuti kuliah dalam beberapa semester, namun tetap berencana untuk melanjutkan pendidikan.

Artikel ini akan membahas faktor-faktor yang menyebabkan mahasiswa memilih jalur semi-gap, potensi yang dimiliki oleh mahasiswa semi-gap, serta peluang mereka untuk mendaftar ulang ke perguruan tinggi.

Seperti yang kita semua ketahui bahwa biaya pendidikan saat ini menjadi salah satu kecemasan bagi banyak keluarga. 

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), biaya pendidikan tinggi di Indonesia mengalami peningkatan signifikan setiap tahunnya, terutama di perguruan tinggi swasta. 

Hal ini memaksa banyak mahasiswa untuk mencari alternatif pembiayaan melalui pekerjaan sementara.

Pilihan semi-gap lah menjadi salah satu alternatif bagi para pelajar maupun mahasiswa menyisihkan waktu untuk bekerja sembari menjalani perkuliahan yang bukan bersifat permanen guna mengumpulkan biaya kuliah sesuai dengan apa yang menjadi target perguruan tinggi maupun program studi mahasiswa tersebut. 

Selain hambatan ekonomi, stres dan tekanan akademis dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik seseorang. Beberapa individu mungkin memerlukan waktu untuk beristirahat dan memulihkan diri sebelum melanjutkan pendidikan mereka.

Sebuah studi dari Universitas Harvard menemukan bahwa masa jeda atau gap year dapat memberikan manfaat bagi kesehatan mental, memberikan kesempatan untuk beristirahat dan mempersiapkan diri dengan lebih baik.

Penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang mengambil waktu jeda sebelum melanjutkan pendidikan memiliki tingkat kebahagiaan dan kepuasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang langsung melanjutkan studi tanpa jeda. 

Dorongan dari lingkungan sosial dan keluarga juga ternyata memainkan peran penting. Beberapa individu mungkin merasa perlu membantu keluarga mereka sebelum melanjutkan pendidikan.

Selain itu, adanya tekanan dari masyarakat untuk segera memasuki dunia kerja juga bisa menjadi faktor penentu. 

Dalam konteks sosial budaya Indonesia, yang mana tanggung jawab keluarga sering kali menjadi prioritas utama, tidak jarang mahasiswa harus menunda pendidikan untuk membantu orang tua atau saudara mereka. 

Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 48 tahun 2022 tentang Penerimaan Mahasiswa Baru Program Diploma dan Program Sarjana pada Perguruan Tinggi Negeri menyatakan bahwa transformasi Pendidikan Tinggi di Indonesia yang sekarang ini tengah berjalan bertujuan untuk membentuk lulusan yang memiliki kompetensi multidisiplin dan memiliki dasar yang kuat terhadap disiplin ilmu utama setiap program studinya.

Arah kebijakan transformasi pendidikan tinggi ini diimplementasikan dalam mekanisme penerimaan mahasiswa baru pada perguruan tinggi negeri secara nasional dan mandiri yang sejalan dengan semangat merdeka belajar guna mendorong peningkatan dan perbaikan mutu pendidikan pada jenjang sebelumnya. 

Dengan fakta literatur berikut, sebenarnya mahasiswa semi-gap memiliki potensi yang cukup baik dalam mengambil peluang untuk mendaftar ulang. 

Biasanya, mahasiswa yang memang merupakan mahasiswa semi-gap dan telah memiliki visi yang matang untuk kebutuhan studi dan masa depannya, ia akan mempunyai kematangan emosional yang mana hal tersebut sangat dibutuhkan dalam menjalani masa perkuliahan nantinya.

Selain itu, individu-individu yang memilih untuk tetap melakukan semi-gap mereka cenderung memiliki motivasi yang tinggi serta keterampilan hidup yang mumpuni.

Artinya, beberapa kemampuan dan keterampilan yang telah dimiliki tersebut dapat memperbesar potensi para mahasiswa semi-gap untuk meneruskan usaha mereka mendaftar kembali pada peluang kesempatan selanjutnya. 

Dari berbagai faktor yang telah dibahas, dapat disimpulkan bahwa fenomena mahasiswa semi-gap bukan hanya sekadar tren, tetapi merupakan respons adaptif terhadap tantangan ekonomi, sosial, dan pribadi yang dihadapi oleh generasi muda saat ini.

Hipotesis awal yang dapat diambil adalah bahwa mahasiswa semi-gap memiliki peluang yang sama, atau bahkan lebih besar, untuk sukses di perguruan tinggi dan dalam karir mereka dibandingkan dengan mahasiswa yang melanjutkan pendidikan tanpa jeda walaupun tidak sesuai dengan minat dan rencana awal mereka. 

Hal ini didukung oleh berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa pengalaman hidup dan kematangan emosional yang diperoleh selama masa jeda dapat memberikan keuntungan tambahan dalam konteks akademik dan profesional.

Penelitian dari American Gap Association menunjukkan bahwa 90% dari mahasiswa yang mengambil gap year kembali ke pendidikan formal dan melaporkan bahwa mereka lebih siap secara akademis dan emosional.

Selain itu, sebuah studi dari Middlebury College menemukan bahwa mahasiswa yang mengambil jeda memiliki IPK yang lebih tinggi dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang tidak mengambil jeda.

Meskipun ada banyak manfaat dari mengambil jeda, mahasiswa semi-gap juga menghadapi tantangan tertentu ketika mereka kembali ke perguruan tinggi. 

Salah satu tantangan utama adalah kesulitan menyesuaikan diri kembali dengan kehidupan akademik dan tuntutan studi. Untuk mengatasi hal ini, penting bagi perguruan tinggi untuk menyediakan program orientasi yang komprehensif dan dukungan akademik yang memadai.

Selain itu, mahasiswa semi-gap mungkin merasa terisolasi dari rekan-rekan mereka yang tidak mengambil jeda. Untuk mengatasi hal ini, perguruan tinggi dapat memfasilitasi kelompok pendukung dan kegiatan sosial yang membantu mahasiswa semi-gap merasa lebih terintegrasi dengan komunitas kampus.

Pada akhirnya, keputusan untuk mengambil jeda atau gap year harus disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi individu masing-masing. 

Jadi. dengan pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor, potensi, dan peluang yang ada, mahasiswa dapat membuat keputusan yang lebih bijak mengenai jalur pendidikan mereka.

Perguruan tinggi juga perlu terus berinovasi dalam menyediakan dukungan yang diperlukan untuk memastikan bahwa semua mahasiswa, termasuk mereka yang mengambil jeda, dapat mencapai potensi penuh mereka dalam pendidikan dan karir mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun