Tradisi pingitan memiliki nilai sebagai proses pembekalan bagi calon pengantin wanita yang akan menjalani kehidupan rumah tangga. Tradisi pingitan sangat umum dilakukan oleh masyarakat Jawa. Dipingit artinya calon pengantin wanita dan pria dilarang untuk bertemu hingga waktu yang telah ditentukan (biasanya hingga hari pernikahan).Â
Nilai-nilai dalam tradisi ini sangat penting bagi kedua calon pengantin terutama calon pengantin wanita. Mengapa demikian, karena pingitan menjadi masa pendewasaan pola pikir dan tingkah laku wanita dalam menghadapi kehidupan rumah tangga dengan penuh tanggung jawab. Dalam tradisi pingitan calon pengantin wanita lah yang paling banyak terlibat.
Ketidakmampuan untuk bertemu satu sama lain dalam jangka waktu yang telah ditentukan mengharuskan kedua calon untuk meningkatkan rasa kepercayaan satu sama lain. Nilai yang dimiliki tradisi pingitan berguna bagi masing-masing calon pengantin. Nilai-nilai penting lainnya yang dapat dirasakan oleh calon pengantin selama dipingit, antara lain:
Calon pengantin wanita lebih siap mentalnya karena dalam kehidupan berumah tangga tidak hanya menjalankan kehidupan yang enak, tetapi juga harus siap menghadapi segala cobaan dan rintangan hidup.Â
Calon pengantin wanita dikuatkan untuk membantu suami kelak dalam aspek lahir maupun batin. Istri yang kuat akan memberikan dorongan yang kuat pula kepada suami dalam menjalani pernikahan.
Menjaga calon pengantin dari marabahaya, karena masyarakat Jawa meyakini bahwa calon pengantin memiliki darah manis yang rentan terhadap gangguan gaib. Terlepas dari anggapan itu, memang banyak cobaan yang akan terjadi bagi calon pengantin menjelang hari pernikahan dan untuk meminimalisirnya calon pengantin wanita dilarang untuk beraktivitas keluar rumah.
Melatih kesabaran bagi dua calon pengantin agar mereka tidak merasa terburu-buru dan menyiapkan diri matang-matang, karena pernikahan merupakan hal yang sakral dan pernikahan bukan ajang perlombaan siapa cepat dia dapat, tetapi mengenai kesiapan untuk mejaga dan menjalin hubungan sehidup semati.
Calon pengantin wanita diberi kesempatan untuk merawat dirinya selama menjelangan hari pernikahan tiba. Perawatan diri dilakukan agar pengantin wanita terlihat 'manglingi' saat hari pernikahan tiba. Meminum jamu tradisional yang diramu khusus untuk wanita dan ramuan perawatan tubuh, dan juga disarankan bagi calon pengantin wanita untuk berpuasa.
Melatih kebugaran calon pengantin agar siap dalam menjalani hari pernikahannya yang sibuk dan pasti akan menyita cukup banyak tenaga.
Melatih calon pengantin wanita untuk bersiap menjadi istri dari seorang lelaki yang akan menemaninya beeribadah seumur hidup dan menjadi calon ibu dari anak-anak yang sholeh sholehah.
Memupuk kerinduan diantara kedua calon pengantin. Kedua calon pengantin yang dilarang untuk bertemu hingga hari pernikahan memunculkan rasa rindu dan deg-degan, yang nantinya akan terbayar saat berada di pelaminan.