Mohon tunggu...
Naini Nafisyah
Naini Nafisyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Kritik membangun lebih baik daripada Saran manipulatif.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ketika Agama Berbicara Feminisme

19 Desember 2021   15:54 Diperbarui: 19 Desember 2021   16:27 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sejarahnya wanita terlahir sebagai makhluk yang mulia dan berharga, hanya saja wanita dianggap sebagai manusia rendah pada zamannya.. Dalam Peradaban Yunani, wanita diberlakukan layaknya seorang tahanan. 

Wanita tidak lebih dari sebuah barang pemuas nafsu pria. Juga dalam Peradaban Romawi, wanita tidak memiliki hak untuk ikut andil dalam suatu urusan, layaknya wanita tidak memiliki hak untuk bersuara. 

Ada pula sebuah adat di India saat si suami meninggal dunia maka si istri juga harus ikut mati dengan membunuh dirinya sendiri atau yang dikenal sebagai Tradisi Sati. 

Pada masa jahiliyyah arab, wanita, ah bukan anak perempuan dikubur hidup-hidup karena dianggap sebagai aib bagi laki-laki atau ayahnya. Anak perempuan yang dibiarkan hingga dewasa hanya akan hidup sebagai budak dan barang murah untuk diperjual belikan sama seperti di Cina. 

Sejarah yang paling kelam saat terjadinya peristiwa pembantaian pada akhir abad ke-15, dimana saat itu terjadi wabah penyakit. Lalu, yang dimana gereja mengeluarkan titah untuk membunuh 10.220 orang yang 70% adalah wanita. Gereja menganggap bahwa penyebab wabah penyakit ini adalah sihir dan dimana wanita adalah tempat dimana roh jahat dan setan tertampung. 

Gerakan feminsme pun akhirnya muncul akibat dari kesadaran bahwa wanita ditindas dan dieksploitasi baik itu dalam lingkungan kerja, masyarakat maupun keluarga. Dari sisi kesejarahan dapat dilihat bahwa feminisme terlahir dari rasa frustasi terhadap dunia yang dianggap tidak memihak kaum wanita. Perjuangan pun dimulai dengan para aktivis eropa yang mulai bersuara menyuarakan isi hatinya. Tentang ketidakadilan gender yang mereka rasakan.

Setelahnya, gerakan feminisme pun akhirnya mulai dilirik oleh dunia, untuk memperhatikan hak kaum wanita. Pada era tertentu kaum wanita pun mendapatkan legalitasnya dan mendapat perlindungan. Beberapa gerakan muncul untuk mempersiapkan kaum wanita dari segi pendidikan, politik, ekonomi, dan intervensi terhadap kebijakan dilakukan agar wanita dapat ikut andil dalam industrialisasi dan pembangunan yang pada saat itu sedang gencar-gencarnya. 

Saat pergantian sistem dari sistem feodalisme gereja ke sistem kapitalisme. Justru hal tersebut membuat wanita semakin terpuruk bahkan lebih dari pria. Wanita dituntut untuk iku bekerja mencari uang. Setelahnya sistem kapitalisme diganti dengan sosialis dimana tidak ada sistem kelas dalam masyarakat. 

Wanita berhak berkiprah dalam sektor public untuk menghasilkan uang dan materi sesukanya. Akibatnya wanita terlalu menikmati wkatunya sebagai pencari uang yang dari kebutuhan menjadi keharusan. 

Setelahnya wanita merasa bahwa dia memiliki kelebihan beban dimana wanita harus mengurus rumah tangga, bayi, dan juga mencari uang, layaknya merangkap dua gender sekaligus. Timbullah perasaan iri lagi pada laki-laki karena laki-laki tidak harus mengurus rumah tanga. Laki-laki hanya perlu bekerja mencari uang lalu pulang ke rumah dimana istri akan melayaninya. Feminisme yang awalnya ditujukan untuk menyetarakan keadilan antara wanita dan laki-laki menjadi menuntut kesamaan antara laki-laki dan perempuan 

Dalam buku ini menerangkan bahwa feminisme tidak setuju dengan agma islam yang seolah membatasi hak wanita dan mengurung wanita dalam sebuah hukum yang disepakati sepihak dan bersifat memaksa. Berkebalikan dengan laki-laki, islam memberikan banyak kebebasan dan hak-hak yang tidak didapatkan wanita. Aturan islam membuat wanita tidak dapat berkembang. Bahkan dirasa bahwa islam membuat wanita terkekang dan terbelakang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun