Mohon tunggu...
Naily Syafithri
Naily Syafithri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sarjana Akuntansi

-Mahasiswa Sarjana Akuntansi -NIM 43223010046 -Fakultas Ekonomi dan Bisnis -Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB -Dosen : Apollo,Prof. Dr,,M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB 2, Kebatinan Ki Ageng Suryomentaram pada Upaya Pencegahan Korupsi dan Transformasi Memimpin Diri Sendiri

21 November 2024   20:45 Diperbarui: 21 November 2024   22:30 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hubungan antara Enam "SA" dan Mawas Diri

Garis panah yang menghubungkan enam "SA" dengan "mawas diri" menunjukkan bahwa penerapan enam "SA" tidak dapat dilakukan secara pasif, melainkan membutuhkan proses refleksi diri yang terus-menerus. Dengan melakukan mawas diri, kita dapat mengukur sejauh mana kita telah menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Studi Kasus: Penerapan Nilai Kebatinan dalam Praktik Nyata

Studi menunjukkan bahwa korupsi sering terjadi ketika individu merasa kebutuhannya tidak terpenuhi atau ketika sistem mendorong perilaku koruptif. Dalam beberapa kasus, pendekatan kebatinan berhasil mengubah perilaku individu. Sebagai contoh:

1. Pejabat yang Mempraktikkan Kesederhanaan

   Ada pejabat yang menolak fasilitas berlebihan dan memilih gaya hidup sederhana untuk menanamkan nilai integritas pada bawahannya.

2. Perusahaan yang Mengadopsi Etika Kebatinan

   Beberapa perusahaan menggunakan filosofi kebatinan untuk membangun budaya kerja yang menekankan kejujuran, keseimbangan, dan tanggung jawab sosial.

Kesimpulan

Ajaran kebatinan Ki Ageng Suryomentaram menawarkan pendekatan yang unik dalam pencegahan korupsi dengan menitikberatkan pada transformasi individu melalui pengenalan diri, pengendalian hawa nafsu, dan penanaman nilai kebahagiaan sejati. Dalam konteks modern, ajaran ini dapat diintegrasikan ke dalam pendidikan, sistem birokrasi, dan praktik kepemimpinan untuk menciptakan masyarakat yang lebih berintegritas.

Korupsi tidak hanya bisa diatasi dengan hukuman dan reformasi struktural. Pendekatan moral yang berakar pada kebatinan memberikan landasan yang lebih kuat untuk mencegah korupsi dari akar permasalahannya. Dengan memahami dan mempraktikkan ajaran ini, individu dapat menjadi pemimpin yang lebih baik bagi dirinya sendiri dan lingkungannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun