Mohon tunggu...
Naily Syafithri
Naily Syafithri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sarjana Akuntansi

-Mahasiswa Sarjana Akuntansi -NIM 43223010046 -Fakultas Ekonomi dan Bisnis -Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB -Dosen : Apollo,Prof. Dr,,M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

TB 1, Diskursus Gaya Kepemimpinan Menurut Aristoteles

23 Oktober 2024   09:08 Diperbarui: 21 November 2024   13:05 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

  • Pembagian Pengetahuan (Division of Knowledge) , Power point di sebelah kiri memperlihatkan bagaimana Aristoteles membagi pengetahuan menjadi:

    • Non-Theoretical (Non-Teoritis): Pengetahuan yang lebih berhubungan dengan aplikasi atau produksi sesuatu, seperti praktis (etika dan politik) dan produktif (retorika dan seni).
    • Theoretical (Teoritis): Pengetahuan yang berfokus pada pemahaman terhadap realitas tanpa tujuan praktis langsung, seperti metafisika, filsafat alam dan matematika
    • Pengetahuan Non Theoria Produktif dan Theoria (Absolut)
  • Di bagian kanan gambar, ada penjelasan lebih lanjut mengenai dua jenis pengetahuan:

    Pengetahuan Non-Theoria Produktif (Pragmatis): Jenis pengetahuan ini menekankan pada kegunaan daripada kebenaran absolut. Dalam konteks ini, yang penting adalah hasil yang efektif dan efisien, bukan kebenaran secara filosofis atau teoritis. Sikap ini disebut sebagai sikap pragmatis, di mana cara yang paling bermanfaat lebih diutamakan daripada kebenaran absolut. Misalnya, seorang pembuat bakso yang berhasil menghasilkan makanan enak tanpa harus terlalu memperhatikan "cara" yang ideal untuk melakukannya.

    Pengetahuan Theoria (Absolut): Pengetahuan ini berfokus pada kebenaran yang bersifat mutlak, dan tidak terlalu memperhatikan apakah pengetahuan tersebut memiliki faedah praktis. Sikap ini disebut idealogis, di mana yang utama adalah memastikan bahwa pengetahuan benar-benar sesuai dengan kebenaran filosofis atau ilmiah, tanpa kompromi, meskipun mungkin tidak memiliki aplikasi langsung.

    • Kesalahan Moral dalam Pengetahuan
  • Pada contoh perhitungan matematika, seperti 5 + 5 = 12 atau 5 + 5 = 10, ilustrasi ini menggambarkan bahwa rasionalitas praktis lebih menekankan pada pertanyaan tentang "mana yang lebih baik" daripada "mana yang benar secara mutlak." Dalam kehidupan sehari-hari, keputusan yang lebih etis atau lebih baik untuk masyarakat lebih penting daripada kebenaran absolut dalam konteks yang lebih sempit, seperti matematika.

    Dalam kasus Tuan Darmono, contoh ini menunjukkan bahwa seseorang yang salah dalam hitung pajak mungkin bukan karena kurang cerdas, tetapi karena moralitas atau pertimbangan etika mereka tidak tepat. Di sisi lain, orang yang sangat pintar pun belum tentu bermoral baik.

    Dokpri, Prof Apollo
    Dokpri, Prof Apollo
    • Tiga Kolom: Diagram terbagi menjadi tiga kolom utama:
      • Sfera Tindakan atau Perasaan: Menunjukkan area kehidupan di mana kebajikan itu diterapkan.
      • Kelebihan: Kondisi di mana seseorang terlalu berlebihan dalam menunjukkan suatu sifat.
      • Kekurangan: Kondisi di mana seseorang terlalu kurang dalam menunjukkan suatu sifat.
      • Rata-rata (Mean): Kebajikan Moral: Kondisi ideal di mana seseorang menunjukkan sifat tersebut secara seimbang dan tepat.
  • 11 kebajikan moral utama menurut Aristoteles, mulai dari keberanian (courage), kesederhanaan (temperance), kemurahan hati (liberality), hingga kemarahan yang tepat (righteous indignation)

  • Contoh:


      • Keberanian: Seseorang yang terlalu berani disebut nekat, sedangkan yang terlalu penakut disebut pengecut.
      • Kesederhanaan: Seseorang yang terlalu menikmati kesenangan disebut hedonis, sedangkan yang terlalu menjauhi kesenangan disebut tidak peka. Kesederhanaan adalah kemampuan menikmati kesenangan tanpa berlebihan.
      • Aristotle The Nicomachean Ethics: 11 Moral Virtues Untuk Keputusan Kepemimpinan
    • Dokpri, Prof Apollo
      Dokpri, Prof Apollo
    • 4 Kebajikan Utama:
      • Bijaksana (Prudence/Practical Wisdom): Kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat berdasarkan pengetahuan, pengalaman, dan pertimbangan yang matang. Seorang pemimpin yang bijaksana dapat melihat situasi secara menyeluruh dan mengambil tindakan yang terbaik untuk semua pihak.
      • Moderasi/Kontrol Diri (Temperance/Self-control): Kemampuan untuk mengendalikan diri, emosi, dan keinginan. Pemimpin yang memiliki moderasi dapat menjaga keseimbangan dan tidak terbawa oleh emosi dalam menghadapi situasi yang sulit.
      • Keberanian (Courage): Kemampuan untuk menghadapi tantangan dan risiko dengan berani. Seorang pemimpin yang berani tidak mudah menyerah dan mampu menginspirasi orang lain untuk mengikuti.
      • Adil (Justice): Kemampuan untuk memperlakukan semua orang secara adil dan sesuai dengan hak-hak mereka. Pemimpin yang adil akan membangun kepercayaan dan menghormati dari orang-orang yang dipimpinnya.
    • Aristotle Cardinal Virtue: Istilah "Cardinal Virtue" merujuk pada empat kebajikan utama yang menjadi dasar dari semuakebajikan lainnya dalam filsafat Aristoteles. Empat kebajikan ini dianggap sebagai fondasi bagi kehidupan yang bermoral dan bahagia.
    • Dokpri Prof Apollo
      Dokpri Prof Apollo
      • Latihan dan Pembisaan Diri (Habitus) Leadership Aristoteles
        Habitus merujuk pada kebiasaan atau kecenderungan yang terbentuk melalui latihan dan pengulangan. Aristoteles percaya bahwa habitus sangat penting dalam membentuk karakter seseorang dan menentukan keberhasilannya sebagai pemimpin.
      • Proses Menjadi Manusia Baik: Dengan melakukan tindakan-tindakan yang baik secara berulang, kita dapat mengembangkan kebiasaan baik yang menjadi bagian dari kepribadian kita.
      • Imitasi, Replikasi, Meniru: Dengan mengamati dan meniru tindakan-tindakan positif, kita dapat belajar dari pengalaman orang lain dan mengembangkan kebiasaan yang baik.
      • Internalisasi: Setelah kita mengamati dan meniru perilaku yang baik, kita perlu menginternalisasi nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya.
      • Aksi: Dengan melakukan tindakan-tindakan yang konsisten dengan nilai-nilai tersebut, kita dapat memperkuat kebiasaan baik yang ingin kita kembangkan.
      • Habit: Ketika kita melakukan tindakan-tindakan yang baik secara berulang, kebiasaan-kebiasaan tersebut akan menjadi bagian dari kepribadian kita. Habitus yang baik akan menjadi dasar bagi tindakan-tindakan kita di masa depan, bahkan tanpa kita sadari.   
      • Dokpri, Prof Apollo
        Dokpri, Prof Apollo
         
      • Leadership sebagai Practical Wisdom (Kebijaksanaan Praktis) Aristoteles: 
        • Practical Wisdom (Phronesis): Ini adalah kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat dalam situasi yang kompleks dan tidak pasti. Ini melibatkan lebih dari sekadar pengetahuan teoritis; ini juga membutuhkan pemahaman kontekstual, pengalaman, dan kemampuan untuk menerapkan nilai-nilai etika.
        • Sophia: Dalam konteks kepemimpinan, ini mencakup pengetahuan tentang bisnis, manajemen, dan berbagai aspek lainnya yang relevan dengan peran seorang pemimpin.
        • Phronesis: Ini melibatkan kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat berdasarkan situasi yang ada dan nilai-nilai yang dipegang.
  • Beberapa poin penting tentang kepemimpinan sebagai practical wisdom:

    1. Pemimpin harus memiliki kemampuan untuk melakukan hal yang benar, pada waktu yang tepat, dan untuk alasan yang tepat. Seorang pemimpin yang efektif tidak hanya memiliki pengetahuan, tetapi juga mampu menerapkan pengetahuan tersebut dengan bijaksana dalam situasi yang seringkali tidak pasti dan kompleks.
    2. Practical wisdom adalah kombinasi antara pengetahuan, situasi, dan tindakan. Pengetahuan (sophia) memberikan dasar yang kuat untuk pengambilan keputusan, tetapi situasi yang unik dan konteks yang berbeda menuntut fleksibilitas dan kemampuan untuk menyesuaikan tindakan.
    3. Practical wisdom adalah kombinasi antara rasionalitas, tindakan, dan etika. Seorang pemimpin yang bijaksana tidak hanya mengandalkan logika, tetapi juga mempertimbangkan aspek emosional dan nilai-nilai etika dalam pengambilan keputusan.
    4. Tujuan akhir dari practical wisdom adalah untuk mewujudkan kebahagiaan. Aristoteles percaya bahwa tujuan akhir dari kehidupan manusia adalah eudaimonia atau kebahagiaan. Seorang pemimpin yang bijaksana akan berusaha untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan orang lain untuk mencapai kebahagiaan.
    5. Dokpri, Prof Apollo
      Dokpri, Prof Apollo
      Mengetahui Tujuan dengan Baik, Visi Misi, Implementasi:
      • Artinya: Seorang pemimpin harus memiliki pemahaman yang sangat jelas tentang tujuan organisasi, visi jangka panjang, dan misi yang ingin dicapai.
      • Hubungan dengan kebijaksanaan praktis: Dengan memahami tujuan dengan baik, pemimpin dapat mengambil keputusan yang selaras dengan visi organisasi dan memastikan bahwa setiap tindakan yang diambil membawa organisasi lebih dekat ke tujuannya.
    6. Mengejar Kebenaran:Artinya: Ini melibatkan kejujuran, integritas, dan komitmen untuk mencari fakta yang sebenarnya.
      • Hubungan dengan kebijaksanaan praktis: Dengan mengejar kebenaran, pemimpin dapat membuat keputusan yang lebih baik dan menghindari kesalahan yang berpotensi merugikan organisasi.
    7. Memahami Situasi, dan common sense (kebenaran umum pada masyarakat), dan tetap melakukan kritisi mencapai inovasi:
      • Artinya: Pemimpin juga harus memiliki "common sense" atau akal sehat untuk memahami perspektif orang lain dan terus berupaya untuk melakukan perbaikan dan inovasi.
      • Hubungan dengan kebijaksanaan praktis: Dengan memahami situasi dan memiliki "common sense", pemimpin dapat mengambil keputusan yang lebih tepat dan inovatif.
    8. Belajar dari berbagai macam pengalaman:
      • Artinya: Pengalaman adalah guru terbaik. Seorang pemimpin harus terus belajar dari pengalaman, baik pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain.
      • Hubungan dengan kebijaksanaan praktis: Dengan belajar dari pengalaman, pemimpin dapat mengembangkan kemampuan untuk mengambil keputusan yang lebih baik di masa depan.
    9. Memiliki kemampuan Devil advocate (mempunyai banyak alternative), dan mengambil keputusan yang tepat:
      • Artinya: Ini berarti mereka harus mampu melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang dan mempertimbangkan konsekuensi dari setiap pilihan.
      • Hubungan dengan kebijaksanaan praktis: Dengan memiliki kemampuan untuk mempertimbangkan berbagai alternatif, pemimpin dapat membuat keputusan yang lebih baik dan menghindari kesalahan.

    • Mengapa Kepemimpinan Menurut Aristoteles Penting untuk Dipahami?
    • Pertama, Aristoteles memberikan penekanan besar pada pentingnya karakter dan moralitas pemimpin. Menurutnya, seorang pemimpin yang baik bukan hanya sekadar seseorang yang mampu menggerakkan massa atau membuat kebijakan yang efektif, tetapi juga harus menjadi contoh kebajikan bagi rakyatnya.
    • Kedua, Aristoteles juga mengingatkan kita akan pentingnya keadilan dalam memimpin. Bagi Aristoteles, keadilan bukan hanya memberikan apa yang menjadi hak orang lain, tetapi juga mendistribusikan sumber daya dan kekuasaan secara proporsional dan adil. Pemimpin yang tidak adil akan menyebabkan ketidak puasan sosial dan potensi konflik yang merusak tatanan komunitas.
  • HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    6. 6
    7. 7
    8. 8
    9. 9
    10. 10
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
    Lihat Pendidikan Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
  • LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun