Mohon tunggu...
Nailul Muna Rahmadhani
Nailul Muna Rahmadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya adalah mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Sorong (UNAMIN)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tentang Dia

15 Juli 2023   10:19 Diperbarui: 15 Juli 2023   10:22 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teng... teng... teng....

Viona berjengit kaget, buru-buru menuliskan kalimat terakhir di lembar jawaban kertas ujian sebelum pengawas memintanya untuk keluar. Bel di sekolahnya ini gemar sekali membuat pendengarnya jantungan.

"Waktu ujian selesai. Silakan letakkan lembar jawaban di meja lalu tinggalkan ruangan!" Suara tegas dari pengawa ujian terdengar lantang menimbulkan kericuhan di kelas. Beberapa murid menggerutu karena tidak puas, ada yang menfaatkan kesempatan untuk bertanya pada teman yang sudah selesai mengerjakan, sedangkan sisanya hanya berpasrah pada nasib. Toh mereka sudah berusaha.

Viona masuk dalam golongan orang yang pasrah. Yang ia inginkan adalah segera keluar ruangan. Otaknya itu sudah tak sanggup memikirrkan mana jawaban yang benar. Toh ia akan lulus apapun yang terjadi.

"Ayo!" Viona berjengit ketika salah satu teman sekelasnya menepuk pelan pundaknya. Namanya Lara. Tubuhnya tinggi, memuat Viona terlihat pendek bila bersanding dengannya. Lara merupakan salah satu anggota paskibraka di sekolah. Mereka keluar kelas bersama lalu memutuskan untuk duduk di salah satu kursi yang memang ditempatkan di luar kelas seraya memandangi lapangan volly yang dipenuhi oleh lautan manusia yang berlalu lalang. Lapangan volly yang tiang netnya bisa dibongkar pasang itu memang kerap dijadikan jalan alternatif para siswa apabila mereka malas berdesakan berjalan di jalan setapak.

"Elina! Gimana tadi, bisa ngerjain?" 

Viona dan Lara kompak menoleh ke asal suara. Ini dia penyebab mengapa ia tidak langsung pulang. Mereka harus menunggu Elina yang sayangnya berada dalam kelas yang berbeda. Lihatlah! Gadis yang mereka tunggu itu justru berjalan loyo dengan mata merah.

"Gak tau lah. Gue gak jawab soal esai yang nomor 5. Padahal gampang banget. Tinggal nulis pakai aksara jawa. Eh, kertasnya udah keburu keambil sama pengawas karena waktunya udah habis" Gadis itu berbicara dengan nada tersendat seperti menahan tangis.

Viona nyaris saja menepuk dahi mendengar penuturan Elina yang sebenarnya sama sekali tak bisa ia mengerti. Ia, Lara dan Elina sudah berteman sejak SMP dan diantara mereka bertiga, Elina adalah satu-satunya orang yang tidak bisa menerima konsep 'pasrah' dalam mengerjakan ujian atau apapun itu yang menyangkut nilai. Viona selalu heran. Padahal jelas-jelas temannya itu sudah diterima dalam perguruan tinggi negeri yang namanya cukup terkenal di Indonesia melalui SNMPTN. Tapi gadis itu bahkan masih menghkawatirkan ujian yang jelas-jelas mereka semua akan di luluskan.

"Itu tandanya Lo harus belajar lebih giat lagi. Dah lah ayo pulang" Lara yang sudah jengah menyeret paksa Elina agar mengikutinya. Meski berbeda kelas mereka selalu pulang bersama. Baru saja mereka nyaris sampai di parkiran motor, langkah mereka berhenti karena teralihkan oleh suatu hal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun