Mohon tunggu...
Naila Syaida Ullaya
Naila Syaida Ullaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Don't forget to be grateful today

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Emosi dan Suasana Hati Identik terhadap Remaja

16 Mei 2023   09:15 Diperbarui: 16 Mei 2023   09:35 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

EMOSI DAN SUASANA HATI IDENTIK TERHADAP REMAJA

Naila Syaida Ullaya, Naoval Hafis Maulana, Nayla Kania Azra, Vidiya Khoirunisa
Program Studi S1 Akuntansi Universitas Pamulang
syainlaa@gmail.com
naoval.hafis36@gmail.com
nailakaila15@gmail.com
vidiyastylesss@gmail.com

Abstrak
Suasana hati identik terhadap para remaja. Hal tersebut bukan merupakan masalah yang tidak wajar bila anak remaja memiliki suasana hati yang sering naik turun. Suasana hati juga bisa membaik ketika mereka beranjak dewasa, tetapi orangtua juga harus tetap berperan untuk selalu mengawasi dan waspada karena suasana hati dapat menjadi permasalahan yang lebih serius mengingat emosi anak remaja masih belum stabil. 

Menurut Profesor Hans M. Koot dari Universitas VU Amsterdam 474 remaja berusia 13 sampai dengan 18 tahun yang berasal dari keluarga berpenghasilan tinggi di Belanda, 40% dari remaja ini berada pada risiko tinggi untuk melakukan tindakan agresif. Menggunakan buku harian internet, para remaja dinilai berdasarkan suasana hati di kehidupan sehari-hari selama tiga minggu. 

Para peneliti mengemukakan bahwa suasana hati remaja bisa menjadi lebih stabil karena peristiwa yang baru pada masa remaja, yaitu percintaan dan konflik dengan orangtua.
Kata Kunci: Suasana hati, Emosi, Remaja.

Abstract
Moody is identical to the teenagers. This is not an unnatural problem if teenagers have moods that often go up and down. Moods can also improve when they grow up, but parents also have to continue to play a role in always monitoring and being vigilant because moods can become a more serious problem considering that teenagers' emotions are still unstable. According to Professor Hans M. Koot from VU Amsterdam University, 474 adolescents aged 13 to 18 years who come from high-income families in the Netherlands are at high risk of committing aggressive acts. 

Using an Internet diary, the teens were assessed on their mood in everyday life over three weeks. Researchers suggest that adolescent moods can become more stable due to new events in adolescence, namely romance and conflicts with parents.
Keywords: Mood, Emotion, Adolescence.


PENDAHULUAN
Masa remaja sering dikaitkan dengan emosi dan suasana hati yang tidak stabil, mereka akan lebih mudah marah padahal tidak ada penyebab yang jelas dari perubahan emosi dan suasana hati yang mereka alami. Remaja terbilang labil dan sedang dalam pencarian jati diri menuju dewasa.

Kata remaja menurut Santrock (2012) berasal dari kata latin adolescence yang berarti individu telah tumbuh dan berkembang menjadi remaja.

Kemarahan adalah ekspresi yang akan dikeluarkan oleh remaja karena banyak hal. Beberapa perilaku kemarahan tersebut akan berhenti hingga dirinya menemukan penyebab kemarahannya yang akan meredakan emosinya sendiri. Ada beberapa hal yang dapat membuat emosi dan suasana hati pada remaja dapat berubah seperti merasa tertindas, depresi, perasaan cemas, kebingungan secara sosial, dan pubertas.

Remaja memiliki emosi dan suasana hati yang sering naik-turun. Ada kalanya mereka dapat bersikap ceria dan menyenangkan, tapi di lain waktu, mereka tiba-tiba saja menjadi penyendiri dan tertutup.Emosi dan suasana hati sebenarnya adalah kondisi yang wajar yang biasanya dialami oleh para remaja dan bisa membaik ketika mereka beranjak dewasa.

Menurut Hude (2006) bahwa emosi adalah suatu gejala psikologis yang menimbulkan efek pada persepsi, sikap, dan tingkah laku serta dalam bentuk ekspresi tertentu.
Seorang ahli Hurlock (2002) mengemukakan bahwa ada tiga jenis emosi yang timbul pada masa remaja, yaitu:

1.Emosi marah

Emosi ini lebih mudah timbul karena berkaitan dengan bagian otak yang mana meregulasi emosi masih dalam proses berkembang. Meskipun terkadang
remaja melakukan tindak agresif dalam meluapkan emosinya, namun mereka pada dasarnya tetap berusaha meredam emosi dengan cara yang lebih sopan.

2.Emosi takut

Ketakutan yang dialami selama masa remaja sering berkaitan dengan masalah dengan orangtua yang terkadang berbeda dengan keinginan sang anak, ketakutan diasingkan dengan lingkungan pertemanan atau sekitar, ketakukan akan masa depan yang berkaitan dengan cita-cita, dan ketakutan dengan penolakan dari lawan jenis. Pada saat akhir masa remaja dan memasuki perkembangan dewasa, ketakutan berubah menjadi kecemasan akan masalah keuangan, pekerjaan, pendirian, kepercayaan atau agama, menikah, dan berkeluarga.

3.Emosi cinta

Perasaan cinta pertama kali dirasakan dari kasih sayang seorang ibu. Kemudian seiring dengan bertambahnya usia, rasa cinta mulai dirasakan dari lawan jenis. Dalam merasakan emosi cinta pertama kali yang tentunya berbeda dengan cinta kepada orangtua, remaja mengalami kebingungan. Emosi ini menimbulkan kegelisahan dan menyebabkan suasana hati berubah-ubah atau moodswing. Pada saat inilah remaja perlu bercerita tentang isi hatinya kepada orang yang tepat agar tidak terjebak dengan cinta yang salah.

Remaja yang terus menjadi murung atau lebih moody pada masa remaja perlu dipantau lebih dekat karena penelitian sebelumnya telah menunjukan bahwa perubahan suasana hati yang ekstrem terkait dengan masalah emosional, perilaku, dan interpersonal.

Orangtua juga harus berperan untuk menjadi panutan yang positif bagi anak, mengenali pergaulan anak dan teman-temannya, serta fokus kepada hal yang positif dalam upaya membantu untuk mendukung perkembangan sosial dan emosional anak.

METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, yaitu data yang di kumpulkan berbentuk kata-kata dan gambar, bukan angka-angka.

Menurut Bogdan dan Taylor, sebagaimana yang di kutip oleh Lexy J. Moleong, penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari remaja. Sementara itu, penelitian deskripif adalah suatu bentuk penelitian yang di tunjukkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena alamiah maupun rekayasa manusia.

Adapun tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai kejadian dan fakta dari emosi dan suasana hati pada remaja, atau daerah tertentu. Penelitian ini di gunakan untuk mengetahui bagaimana emosi dan suasana hati identik terhadap remaja.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapat gambaran dan informasi yang lebih jelas, lengkap, serta memungkinkan dan mudah bagi peneliti untuk melakukan observasi penelitian. Oleh karena itu, penulis menetapkan lokasi penelitian di lakukan di Amsterdam, Belanda.

Menurut Lofland dan Lofland sebagaimana yang telah di kutip oleh Lexy. J Moleong dalam bukunya yang berjudul Metodologi Penelitian Kualitatif, mengemukakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya berupa tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jelas datanya di bagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, dan statistik.

Dalam penelitian ini sumber data primer berupa kata-kata yang di peroleh dari buku harian internet para remaja yang telah di tentukan, meliputi berbagai hal yang berkaitan dengan emosi dan suasana hati yang identik terhadap keseharian para remaja. Kajian penelitian ini di fokuskan pada perubahan emosi dan suasana hati remaja, yang meliputi bagaimana menangani lebih efektif dengan suasana hati para remaja.


HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Remaja berusia 13 sampai dengan 18 tahun yang berasal dari keluarga berpenghasilan tinggi di Belanda, 40% dari remaja ini berada pada risiko tinggi untuk melakukan tindakan agresif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa para remaja mengalami perubahan hormon yang terjadi selama masa puber memainkan peran utama dalam cara berpikir dan perasaan anak remaja. Ketika anak remaja beranjak menuju usia dewasa, mereka biasanya menjadi mudah marah, memiliki kesedihan yang intens, dan sering frustasi karena perubahan kimia yang terjadi di dalam otaknya.

Selain faktor lainnya, upaya yang dilakukan oleh remaja dalam membangun identitas diri mereka juga berperan dalam memengaruhi suasana hati mereka. Merupakan hal yang positif jika remaja belajar untuk mandiri dan memiliki tujuan, keyakinan, dan prinsip yang berbeda dengan orangtua mereka.

Namun, saat mereka sedang membangun kemandirian tersebut, seringkali remaja mengalami perasaan batin yang beragam yang dapat mempengaruhi perilaku mereka yang dramatis.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengalihkan emosi dan suasana hati yang tidak stabil, seperti melakukan kegiatan keagamaan, berolahraga, mengejar hobi baru, mendengarkan musik, dan menjalin hubungan asmara atau percintaan.


Pembahasan

i.Emosi yang dialami pada saat remaja (positif dan negatif)

Emosi atau suasana hati yang dialami pada saat remaja memilki dua macam yaitu, emosi positif dan emosi negatif.

Suasana hati positif yang dialami para remaja bisa seperti perasaan senang, suka, cinta, dan bahagia adalah potensi suasana hati positif dapat membuat remaja memiliki perilaku yang positif juga.
Sedangkan suasana hati negatif yang dialami para remaja bisa seperti marah, kecewa, takut, benci, dan cemas merupakan emosi atau suasana hati yang dapat memicu perilaku yang buruk dan munculnya berbagai permasalahan pada remaja.

Ditemukan banyak permasalahan emosional remaja berupa gejala-gejala tekanan perasaan, frustasi, depresi, atau konflik internal maupun konflik eksternal pada diri individu remaja. Konflik-konflik internal maupun konflik-konflik eksternal sangat mempengaruhi proses perkembangan para remaja.

Dalam proses perkembangan ini, tidak semua remaja dapat menjalaninya dengan baik dan positif. Diantara para remaja masih banyak yang mengalami masalah dan melakukan tindakan negatif, menyimpang, ataupun tidak bermoral.
 

Perilaku atau tindakan negatif tersebut seperti, membolos dari sekolah, tawuran antar siswa sekolah lain, merokok, tindak kriminal, mengkonsumsi minuman keras, free sex (berhubungan badan sebelum menikah), atau bahkan mengkonsumi dan kecanduan dengan narkotika.

Muhammad Ali dan Muhammad Asrori mengatakan bahwa remaja pada umumnya memilki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga seringkali ingin mencoba-coba, berkhayal, dan merasa gelisah, serta berani melakukan pertentangan jika dirinya disepelekan atau tidak dianggap, untuk itu para remaja sangat memerlukan keteladanan, konsistensi, komunikasi yang tulus dan empati dari orang dewasa, orang yang dipercayai, orang yang bisa menerima dan memberikan saran yang terbaik bahkan orangtua sangat memegang peranan penting dalam perkembangan anak remaja mereka.
 

ii.Penyebab emosi dan suasana hati remaja mudah berubah

Penyebab emosi dan suasana hati pada remaja mudah berubah sebagian disebabkan oleh faktor biologis. Seperti perubahan hormon yang terjadi di masa remaja karena mengalami pubertas. Ketika anak remaja beranjak menjadi dewasa mereka biasanya akan menjadi mudah marah. Selain itu anak remaja juga membangun identitas diri mereka sendiri dan suasana hati berperan di dalamnya.

Hal yang sehat bila anak remaja belajar untuk mandiri dan memiliki tujuan, keyakinan, dan pedoman mereka sendiri, yang terpisah dari orangtua mereka. Upaya untuk membangun kemandirian juga menyebabkan remaja mengalami berbagai emosi. Hal ini mungkin terjadi karena mereka takut, sedih dan kesepian tentang masa depan, dan disaat yang bersamaan juga mereka merasa bersemangat mengingat kebebasan yang akan dimilikinya.
Beberapa hal yang memicu emosional remaja mudah berubah yaitu seperti:

*Perubahan hormon
Perubahan suasana hati remaja sebagian dapat disalahkan pada biologi yakni hormon, naik turunnya hormon yang signifikan dapat mempengaruhi suasana hati remaja saat pubertas. Saat remaja dewasa, mereka biasanya mengalami peningkatan iritabilitas, kesedihan yang intens, dan sering frustrasi akibat perubahan kimia ini.

*Identitas
Pencarian jati diri pada anak remaja juga berpengaruh dalam emosi dan suasana hati. Saat membangun kemandirian remaja cenderung mengalami gejolak batin yang dapat bermanifestasi sebagai perilaku yang mudah berubah. Saat mencari jati diri, beberapa remaja mungkin juga mulai mempertanyakan identitas gender atau seksualitas mereka. Proses ini dapat membingungkan atau bahkan membuat frustasi bagi remaja dan pengalaman tersebut dapat mempengaruhi suasana hati mereka.

*Ekspresi diri
Perkembangan remaja yang sehat membuat remaja akan bertanya pada diri sendiri, "Siapakah saya?" Pertanyaan yang berkembang ini mungkin berada di balik fase ekspresi diri yang dialami beberapa remaja selama masa dan berperan mengubah suasana hati mereka.

*Kebingungan secara Sosial
Semua remaja pasti akan masuk ke lingkungan sosial yang baru ketika akan memasuki tahun ajaran baru. Dirinya akan mulai menyesuaikan diri dengan teman-teman barunya dan mungkin merasakan perbedaan latar belakang, serta cara bersosialisasi. Terkadang, proses tersebut terbilang sulit untuk dilalui.

*Pubertas
Remaja akan mengalami perubahan hormon dan perkembangan fisik yang dapat membuatnya menjadi labil secara emosi. Hal ini bisa menjadi metamorfosis fisik dan fisiologis yang lengkap. Dirinya tidak mengerti semua yang dirasakannya dan tidak nyaman dengan apa yang terjadi. Oleh karena itu, dirinya sulit untuk mengontrol emosi yang pada akhirnya diekspresikan secara meledak-ledak.

Remaja memang menghadapi banyak masalah emosi pada tahap ini. Dirinya akan menghadapi pertanyaan mengenai identitas, hubungan, tujuan, hingga perpisahan. Selain itu, hubungan antara anak dan orangtua akan berubah setelah memasuki fase remaja yang akan berkembang hingga dewasa.
 

iii.Faktor emosi dan suasana hati remaja (orangtua, lingkungan/pertemanan, percintaan)

Keluarga memiliki peran penting dalam mempengaruhi emosi dan suasana hati remaja. Orangtua harus memiliki kemampuan untuk mendeteksi, memahami, dan memberikan penanganan yang tepat terhadap emosi positif dan negatif anak, karena hal ini sangat mempengaruhi perkembangan karakter dan watak anak di masa depan. Namun, banyak orangtua yang belum memahami perannya sebagai orangtua, sehingga mengganggu stimulasi dan perkembangan anak.

Kurangnya pengetahuan orangtua dalam menangani emosi anak dan lingkungan keluarga yang tidak memahami tugas perkembangan anak, membuat orangtua kesulitan menyelesaikan permasalahan emosi yang dialami anak.
 

Lingkungan tempat tinggal dan bergaul sangat mempengaruhi emosi dan suasana hati remaja. Lingkungan perkotaan yang padat penduduk, bising, dan polusi dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental pada remaja. Beberapa remaja dapat menjadi agresif, hipervigilan, dan kehilangan moral dan etika yang dapat mengarah pada perilaku kriminal. Di sisi lain, lingkungan desa yang memiliki hubungan kekerabatan yang kuat dan sifat gotong-royong, dapat memberikan pengaruh positif terhadap pembentukan emosi dan kecerdasan emosional remaja. 

Fenomena yang terjadi di kota yakni banyak remaja yang tidak dapat mengontrol emosinya atau bersikap agresif, seperti kasar terhadap orang lain, sering bertengkar, bergaul dengan anak-anak bermasalah, membandel di rumah dan di sekolah, keras kepala dan suasana hatinya sering berubah-ubah, terlalu banyak bicara, sering mengolok-olok dan bertemperamen tinggi. Meskipun, tawuran antara remaja di desa terjadi, namun seringkali terjadi karena kesalahpahaman dan kurangnya kemampuan remaja untuk mengontrol emosinya.
 
Pada masa remaja, biasanya remaja mengalami cinta pertama kali yang berbeda dengan kasih sayang yang diberikan oleh orang tua. Hal ini dapat menimbulkan kebingungan dan kegelisahan pada remaja. Oleh karena itu, penting bagi remaja untuk menceritakan perasaannya kepada orang yang tepat agar mendapatkan arahan yang sesuai. 

Meskipun jatuh cinta pada teman lawan jenis sebenarnya normal dan sehat bagi remaja, namun tidak jarang juga menimbulkan konflik atau gangguan emosi jika tidak diikuti dengan bimbingan yang tepat dari orang tua atau orang dewasa. Sebaliknya, orang tua dapat merasa tidak gembira atau bahkan cemas ketika anak remajanya jatuh cinta, karena gangguan emosional yang mendalam dapat terjadi jika cinta remaja tidak terjawab atau hubungan cinta diputuskan oleh salah satu pihak.

Menurut Gross dan Hooria Jazairi (2014) ketidakmampuan untuk mengatur emosi merupakan akar dari gangguan psikologis seperti depresi dan gangguan kepribadian lain. Meskipun perlu penelitian lebih lanjut mengenai hal ini. Untungnya, seseorang dapat menangani dalam mengatur emosi yang baik, bahkan sebelum situasi yang tidak di inginkan terjadi. Dengan mempersiapkan diri, seseorang akan dapat menemukan bahwa emosi yang bermasalah harus di hilangkan sebelum mengganggu kehidupan orang tersebut.

Di dalam bukunya yang berjudul Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak, John Gottman memberikan petunjuk untuk mengajarkan cara memahami dan mengatur dunia emosi khususnya pada anak remaja. Di bawah ini terdapat lima langkah pendekatan yang dapat di sesuaikan dengan situasi yang dapat menyebabkan masalah. Mengetahui pemicu emosi dapat membantu untuk menghindari masalah sejak awal. Dengan melatih diri, kamu dapat mengubah hal negatif menjadi positif dan secara tidak langsung kamu akan mendapatkan kepuasaan secara emosional.

*Memilih situasi, hindari keadaan yang dapat memicu emosi. Terlebih emosi yang tidak kamu inginkan. Jika kamu tahu bahwa kemungkinan besar akan marah ketika sedang buru-buru atau ketika sedang menunggu seseorang maka persiapkanlah hal itu di awal. Keluarlah dari rumah atau suatu tempat lebih cepat sehingga kamu tidak marah atau terasa buru-buru. Jika kamu akan marah ketika menunggu seseorang, bicarakan dengan seseorang tersebut untuk datang tepat waktu, jika tidak kamu bisa menghindari untuk bertemu dengannya.

*Memodifikasi situasi mungkin akan mengurangi rasa kecewa. Contohnya ketika kamu berharap untuk membuat acara ulang tahun yang sempurna untuk teman atau keluarga, namun selalu ada saja hal yang tidak beres bagimu. Mungkin saja kamu menaruh harapan terlalu tinggi. Cobalah ubah situasi dengan mencari cara yang sesuai dengan kemampuanmu sehingga acara bisa selesai sesuai dengan yang kamu inginkan. Kamu juga bisa menaruh harapan yang tidak terlalu tinggi. Dengan begini, kamu tidak akan merasa kecewa dengan apa yang kamu harapkan.

*Alihkan fokus perhatian, misalnya kamu secara terus menerus merasa rendah dengan orang-orang yang ada di sekitarmu. Kamu selalu menganggap orang-orang lebih hebat dari pada kamu. Jika begitu, coba alihkan fokusmu dari mereka, cobalah fokus untuk diri sendiri atau hal-hal lain. Sehingga kamu bisa merasakan lebih percaya diri dengan kemampuanmu. 

Nikmati prosesmu sendiri sehingga kamu merasa bangga pada dirimu sendiri.
*Ubah pemikiran, inti dari emosi kita adalah sebuah keyakinan yang mendorongnya. Kamu merasa sedih ketika kamu yakin telah kehilangan sesuatu, marah ketika memutuskan bahwa tujuan kamu telah gagal. Kamu mungkin tidak dapat mengubah situasi, namun kamu dapat mengubah pikiranmu. Kamu bisa mengubah pikiran mengarah pada kesedihan atau ketidakbahagiaan dengan pikiran yang mengarah pada kegembiraan.
Perubahan suasana hati pada remaja bisa di sebabkan oleh hal-hal kecil yang mungkin sepele di mata orang tua.

Faktanya, hal-hal kecil tersebut bisa menumpuk dan meledak kapan saja jika tidak di tangani dengan baik. Alih-alih membiarkan atau memarahi anak remaja yang berulah, sebaiknya orang tua harus membantu anak nya untuk mengelola emosinya.
Dilansir dari Connection Academy, begini cara yang tepat dan perlu orang tua terapkan saat menghadapi emosi anak remaja.

*Tetap tenang, jika memungkinkan, tahan diri untuk tidak berkomunikasi dengan anak remaja saat anda sedang marah, lelah, atau tidak sabar. Apabila anda mendapati diri anda berada dalam pertengkaran sengit dengan anak remaja anda, bersikap tetap tenang dapat membantu meredakan situasi. Jangan lupa untuk memberitahu anak remaja bahwa akan lebih mudah untuk menyelesaikan masalah yang ada jika mereka bisa memperlakukan satu sama lain dengan hormat bahkan ketika mereka tidak setuju.

*Pahami pikiran anak, penelitian menunjukkan bahwa otak remaja tidak berkembang seperti otak orang dewasa. Pada dasarnya, bagian otak yang mengelola emosi, nalar, dan pengambilan keputusan akan terus berkembang hingga pertengahan usia 20-an. Perkembangan otak yang berkelanjutan dan perubahan hormonal inilah yang dapat memengaruhi cara anak remaja dalam berfikir dan bereaksi terhadap situasi yang berbeda. Perubahan biologis seperti ini sama sekali tidak berarti bahwa ada kekurangan kecerdasan selama masa remaja.

Namun, karena keterampilan manajemen diri pada anak remaja masih berkembang, mereka mungkin akan mengalami kesulitan dalam menangani konflik, membuat pilihan yang baik, dan mengendalikan emosi mereka.

*Usahakan selalu ada untuk anak meskipun upaya anda untuk bercakap-cakap dengan anak remaja tidak selalu di sambut baik oleh mereka, namun penting untuk menunjukkan bahwa orang tua selalu ada untuknya.

*Jaga perkataan anda, apabila anda memiliki anak remaja yang kerap memeberitahu anda perihal apa yang mengganggunya, itu artinya anda adalah orangtua yang beruntung. Saat situasi semacam itu terjadi, cobalah untuk bersikap netral. Berikan tanggapan yang baik untuk menunjukkan bahwa anda sedang mendengarkan mereka. Saat merespons anak anda, akan sangat membantu jika anda membingkai setiap pikiran negatif atau kontraproduktif secara positif.

*Bantu anak untuk melepaskan emosinya dengan tepat, anda dapat membantu anak remaja anda untuk melepaskan sebagian tekanan dan emosi yang mengganggu nya di bandingkan membiarkannya menumpuk dan berakhir meledak. Beberapa cara efektif untuk membantu anak remaja menghilangkan emosi negatifnya yaitu dengan mendorong mereka untuk berolahraga, menulis jurnal, memasak, atau membuat karya seni. Intinya, jangan ragu untuk mengajak anak anda melakukan berbagai hal yang positif saat suasana hati anak remaja sedang tidak baik.

SIMPULAN DAN SARAN

Remaja adalah periode dalam kehidupan manusia yang penuh dengan perubahan dan tantangan, baik dari segi fisik maupun emosional. Pada masa remaja, individu akan mengalami perubahan hormonal dan fisik yang signifikan, sehingga dapat memengaruhi suasana hati dan emosi mereka. Suasana hati positif seperti suka, cinta, dan bahagia dapat memicu perilaku positif pada remaja, sedangkan suasana hati negatif seperti marah, takut, dan cemas dapat memicu perilaku negatif dan munculnya berbagai permasalahan pada remaja.

Dalam proses perkembangan remaja, tidak semua individu dapat menjalaninya dengan baik dan positif. Beberapa remaja mengalami masalah dan melakukan tindakan negatif, menyimpang, atau bahkan tidak bermoral.
Penyebab emosi dan suasana hati pada remaja mudah berubah sebagian disebabkan oleh faktor biologis seperti perubahan hormon yang terjadi pada masa pubertas. Selain itu, pencarian jati diri pada remaja juga berpengaruh dalam emosi dan suasana hati mereka. 

Saat membangun kemandirian, remaja cenderung mengalami gejolak batin yang dapat bermanifestasi sebagai perilaku yang mudah berubah. Saat mencari jati diri, beberapa remaja mungkin juga mulai mempertanyakan identitas gender atau seksualitas mereka. Proses ini dapat membingungkan atau bahkan membuat frustasi bagi remaja dan pengalaman tersebut dapat mempengaruhi suasana hati mereka.

Dalam menghadapi perubahan emosi dan suasana hati yang terjadi pada masa remaja, individu dapat membutuhkan bantuan dan dukungan dari orang dewasa, orang yang dipercayai, orang yang bisa menerima dan memberikan saran yang terbaik, bahkan orangtua sangat memegang peranan penting dalam perkembangan anak remaja mereka. Dukungan dan pengertian yang tepat dari orang terdekat dapat membantu remaja mengatasi masalah emosional mereka dengan cara yang positif dan membangun kepercayaan diri.

DAFTAR PUSTAKA
(Halodoc, Mengapa Remaja Identik Dengan Moody?, 2020)
(Liputan6, Suasana Hati Remaja Lebih Mudah Berubah, 2015)
(Halodoc, Remaja Mudah Marah, Ini Penyebabnya, 2019)
(Nusaputra, Perkembangan Emosional Remaja, 2022)
(Kompas.com, Apakah Mood Swing pada Remaja Normal?, 2021)
Azmi, N. (2015). Potensi emosi remaja dan pengembangannya. Sosial Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial, 2(1), 36-46.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun