Mohon tunggu...
Naila Shafa
Naila Shafa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar di MTsN Padang Panjang

Hobi menulis, menyanyi, membaca,dan mendengarkan musik. Seorang kpopers yang ngestan NCT

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hilang di Antara Keramaian

19 November 2023   18:33 Diperbarui: 19 November 2023   18:34 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Namaku Ashana qiara. Biasanya aku dipanggil Hana. Umurku saat ini 14 tahun. Aku akan menceritakan pengalamanku berlibur ke kebun binatang saat libur semeseter sekolah. Kala itu aku masih berumur 8 tahun.

"Kakak, besok mau liburan ke mana?" Tanya kakeku menatapku intens.

Aku diam sejenak memikirkan tempat wisata yang cocok untuk didatangi besok.

Aku berujar, "gimana kalau besok ke kebun binatang aja".

Kakeku menyetujui ucapanku. Kakeku pun mengatakan hal itu kepada anggota keluarga lainnya.

"Ini adalah tante Andah," ucap seorang wanita berusia 25 tahun mengajari anak perempuannya yang berusia kurang lebih 14 bulan.

"Kake," ucap bayi itu lalu tertawa. 

"Tante," kata wanita itu sabar mengajari anaknya dengan menegaskan kata tante sembari menatap anaknya intens.

Tetap saja bayi mungil itu mengucapkan kake, walau tlah diajari berkali-kali.

"Kak, tidur lagi ini udah malam loh." Kake menepuk pahaku pelan. "Ini udah jam 10 besok kan mau pergi."

Aku terkejut saat kake menepuk pahaku. Seketika lamunanku buyar saat  mengigat awal mula aku memanggil tanteku kake.

"Nanti ajalah ke, belum ngantuk soalnya," ungkapku sambil nonton tv.

"Kalau telat bangunnya, nanti ditinngal loh! Ancam kake Andah.

Mendengar hal itu aku pun segera pergi ke kamar untuk tidur.

Keesokan paginya, aku telah selesai bersiap-siap walau pas  dibangunin susah. Aku bercermin di kaca untuk melihat penampilanku hari ini.

hari ini aku memakai baju one set berwarna pink dusty dengan penjepit rambut beruang putih yang menghiasi rambutku.

Jam telah menunjukkan pukul 09.00 wib. Kami pun berangkat dengan menaiki mobil berwarna putih. Tak lupa kami membaca do'a saat berangkat.

Di sepanjang perjalanan aku menikmati pemandangan yang di suguhkan oleh alam dari balik jendela. Pemandangan itu begitu menyejukkan mata. 

Tak dapat dipungkiri bahwa akan terjadi macet di perjalanan apalagi ini hari libur. Akibat bosan aku memutuskan untuk tidur.

Tak terasa saat aku terbangun, kami telah sampai di Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan Bukittinggi. Mamaku pun membayar tiket masuk kami semua. Dengan segara aku berlari masuk ke dalam kebun binatang.

"Kakak, sini kita masuk ke situ yuk," ajak kake kepadaku.

Aku dan kake pun masuk ke dalam Museum Rumah adat Baanjuang. Aku begitu senang karena dapat melihat koleksi budaya Minangkabau di sini.

"Ke, pengen buang air," kataku sambil melipat kedua kakiku untuk menahan agar tak terpencar sekarang.

Kake mengiyakan ucapanku lalu kami pun keluar untuk pergi ke toilet umum.

Setelah selesai aku dan kake berjalan beriringan untuk kembali ke Museum. Di perjalanan aku melihat seorang penjual yang menjual boneka. Kebetulan ada boneka karakter kesukaanku terpajang di sana.

Aku berlari dan mendekati dagangan itu tanpa mengatakan hal itu kepada kake. Karena kulihat kake sedang asyik bertelepon.

"Kak, mau beli itu gak?" Tanya kake sembari menunjuk salah satu stan makanan.

Tak mendengar sahutan dariku. Kake melihat sekitar dan tak menemukanku. Kake menghubungi yang lain tapi tak ada satupun yang bersamaku. Akhirnya keluargaku memutuskan untuk mencariku lewat posko.

"Diumumkan bagi yang melihat anak bernama Ashana Qiara dengan ciri-ciri memakai one set berwarna pink dusty, berambut panjang sekitar sepinggang, dengan tinggi sekitar 138 cm, jika ada yang menemukan harap diantar ke posko, terang bapak penjaga yang bernama pak Indro.

Selang 15 menit keberadaanku belum ditemukan juga. Petugas keamanan segera mengambil tindakan dengan mencariku di area Kebun Binatang.

Sementara itu aku masih berdiri dan mengamati boneka tersebut. Penjual yang menyadari hal itu pun menghampiriku.

"Dek, mau beli apa?" Tanya penjual itu dengan ramah.

Aku menunjuk boneka karakter kuda pony tersebut. Penjual itu melihat arah tunjukku lalu mengambil boneka itu. Kemudian ia berikan boneka itu padaku.

Aku mengambil boneka itu lalu mengatakan," tapi bu, saya gak ada uang untuk membayar bonekanya."

"Biar saya saja yang bayar," suara bariton berat itu mengangetkanku.

Pria itu pun membayar boneka  tersebut. Setelahnya ku ucapakan terima kasih pada pria asiang itu. 

Saat aku melangkah pergi dari tempat itu. Sebuah tangan besar mencekal lenganku aku menghentikan langkahku dan berbalik ternyata itu adalah pria tadi.

Adek namanya siapa? Dia berjongkok untuk mensejajarkan tinggiku. 

Hana om, jawabku dengan singkat. Om siapa ya?

Panggil saja om Reza, jawabnya membalas pertayaanku.

Om, tolong anterin ke Museum Baanjuang, pintaku pada om Reza.

Om Reza menganggukkan kepalanya setuju untuk mengantarkanku. Kami pun berjalan beriringan dengan om Reza yang mengandeng tanganku.

Aku menyadari bahwa ini bukan jalan menuju ke Museum Baanjuang berbeda sekali dengan jalur yang kulewati bersama kakeku. Aku berpikir ini mungkin jalur lain untuk menuju ke sana.

Aku melihat dari arah kami berjalan bahwa kami menuju parkiran. Benar saja tak selang beberapa menit kami sudah berada di depan mobil berwarna hitam. Dengan kaca mobilnya yang juga berwarna hitam.

Om, kok malah ke sini sih? Protesku kepada om Reza.

Hana ikut om aja, di rumah om banyak makanan enak, juga banyak boneka kesukaan hana juga. Bujuk om Reza padaku.

Eng...gak... Ha...na gak ma...u... Ha...na maunya sama ma...ma aja, ucapku tersendat-sendat sebab air mata yang turun tanpa diperintah.

Melihatku menangis om Reza pun panik dan malah menyuruhku diam. Dia memegang tanganku cukup erat agar aku tak dapat lari.

Aku berusaha melepasakan cekalan tangan itu namun om Reza malah mengeratkan cekalan itu.

Aku melihat sekitar untuk meminta bantuan. Namun di parkiran begitu sepi hanya segelintir orang yang berlalu lalang. Itupun jauh dari tempatku berada.

Suara tangisku makin besar. Aku menyesali perbuatanku yang main pergi saja. Suara tangisku membuat kami dihampiri oleh wanita yang kira-kira berusia 32 tahun.

Tanpa om Reza sadari ia melepaskan geggaman tangaku. Melihat hal itu aku berlari ke arah wanita itu. Lalu memeluknya dari belakang

Sayang jangan gitu dong, nanti kita beli es krim sini sama ayah, ucap om Reza mengaku sebagai ayahku.

Wanita itu menatap curiga pria tersebut lantaran aku yang bersembunyi di belakang punggungnya.

Apakah anda adalah ayah dari anak ini? Tanya wanita itu pada om Reza.

Ya, saya adalah ayahnya, balasnya dengan bangga.

Bolehkah anda menunjukkan ktp anda sebagai bukti bahwa anda adalah ayahnya, pinta wanita itu.

Pria itu pun menunjukkan ktpnya kepada wanita itu. Wanita itu berbalik menghadapku lalu berjongkok untuk menyamakan tinggi kami.

Dek, apa benar ini nama ayah adek? Tanya wanita itu lembut.

Aku menggeleng karena memang dia bukan ayahku. Mendengar jawabanku om Reza tak terima dan tetap mengaku sebagai ayahku.

Om Reza memaksa kepada wanita itu untuk menyerahkanku kepadanya. Namun, wanita itu tetap kekeh mempertahanku. 

Hana, panggil seseorang yang kukenali suaranya.

Aku melihat ke arah sumber suara dan benar itu adalah kake Andah. Kake Andah pun menghampiri kami.

Apakah anda adalah ibunya? Tanya wanita itu kepada kakeku memastikan.

Bukan, tapi saya adalah tantenya, jawab kake Andah.

Wanita itu menatap ke arahku untuk meminta jawabanku. Aku mengangguk untuk menjawab pertayaan wanita itu.

Wanita itu pun mengizinkan kake Andah untuk mengambilku. Melihat keaadan itu om Reza mencoba kabur namun telat karena aparat kepolisian telah tiba.

Ternyata itu dihubungi oleh pihak keluargaku. Akhirnya om Reza ditangkap oleh aparat kepolisian.  

Kakeku berterima kasih kepada wanita itu yang ternyata nama wanita itu adalah Kinan.

Aku pun menjadikan kejadian ini sebagai pelajaran agar selalu berhati-hati saat pergi berlibur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun