Om, kok malah ke sini sih? Protesku kepada om Reza.
Hana ikut om aja, di rumah om banyak makanan enak, juga banyak boneka kesukaan hana juga. Bujuk om Reza padaku.
Eng...gak... Ha...na gak ma...u... Ha...na maunya sama ma...ma aja, ucapku tersendat-sendat sebab air mata yang turun tanpa diperintah.
Melihatku menangis om Reza pun panik dan malah menyuruhku diam. Dia memegang tanganku cukup erat agar aku tak dapat lari.
Aku berusaha melepasakan cekalan tangan itu namun om Reza malah mengeratkan cekalan itu.
Aku melihat sekitar untuk meminta bantuan. Namun di parkiran begitu sepi hanya segelintir orang yang berlalu lalang. Itupun jauh dari tempatku berada.
Suara tangisku makin besar. Aku menyesali perbuatanku yang main pergi saja. Suara tangisku membuat kami dihampiri oleh wanita yang kira-kira berusia 32 tahun.
Tanpa om Reza sadari ia melepaskan geggaman tangaku. Melihat hal itu aku berlari ke arah wanita itu. Lalu memeluknya dari belakang
Sayang jangan gitu dong, nanti kita beli es krim sini sama ayah, ucap om Reza mengaku sebagai ayahku.
Wanita itu menatap curiga pria tersebut lantaran aku yang bersembunyi di belakang punggungnya.
Apakah anda adalah ayah dari anak ini? Tanya wanita itu pada om Reza.