Aku mengambil boneka itu lalu mengatakan," tapi bu, saya gak ada uang untuk membayar bonekanya."
"Biar saya saja yang bayar," suara bariton berat itu mengangetkanku.
Pria itu pun membayar boneka tersebut. Setelahnya ku ucapakan terima kasih pada pria asiang itu.Â
Saat aku melangkah pergi dari tempat itu. Sebuah tangan besar mencekal lenganku aku menghentikan langkahku dan berbalik ternyata itu adalah pria tadi.
Adek namanya siapa? Dia berjongkok untuk mensejajarkan tinggiku.Â
Hana om, jawabku dengan singkat. Om siapa ya?
Panggil saja om Reza, jawabnya membalas pertayaanku.
Om, tolong anterin ke Museum Baanjuang, pintaku pada om Reza.
Om Reza menganggukkan kepalanya setuju untuk mengantarkanku. Kami pun berjalan beriringan dengan om Reza yang mengandeng tanganku.
Aku menyadari bahwa ini bukan jalan menuju ke Museum Baanjuang berbeda sekali dengan jalur yang kulewati bersama kakeku. Aku berpikir ini mungkin jalur lain untuk menuju ke sana.
Aku melihat dari arah kami berjalan bahwa kami menuju parkiran. Benar saja tak selang beberapa menit kami sudah berada di depan mobil berwarna hitam. Dengan kaca mobilnya yang juga berwarna hitam.