Mohon tunggu...
Naila Salsabila
Naila Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/S1 Akuntansi/ Universitas Mercu Buana

NIM : 43222010003 Jurusan : Akuntansi (S1) Kampus : Universitas Mercu Buana Dosen pengampu : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB 2 _ Diskursus Kepemimpinan Serat Wedhatama KGPAA Mangkunegara IV pada Upaya Pencegahan Korupsi

11 November 2023   08:09 Diperbarui: 11 November 2023   08:09 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.canva.com/design/DAFzz7IPtgc/KraEewCqIhFSXt394vgedg/edit

C. Serat Wedhatama karya Mangkunegara IV adalah salah satu karya sastra Jawa klasik yang mengandung ajaran mendalam tentang kepemimpinan yang harus dipegang teguh. Dalam karya ini, Mangkunegara IV menyajikan konsep kepemimpinan yang dikenal sebagai "wirya-arta-winasis," yang merupakan tiga nilai inti yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yang efektif dan bijaksana.

  • Wirya (Keluhuran atau Kekuasaan)

Bagian pertama dari konsep ini adalah "wirya," yang mencerminkan keluhuran atau kekuasaan. Seorang pemimpin harus mampu memahami dan menghormati nilai-nilai keagungan dan martabat dalam kepemimpinannya. Hal ini mencakup kemampuan untuk mengendalikan kekuasaan dengan bijak, menghindari penyalahgunaan kekuasaan, dan menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh rasa hormat terhadap warganya.

  • Arta (Harta)

Komponen kedua adalah "arta," yang merujuk pada kekayaan atau harta. Seorang pemimpin harus memahami pentingnya sumber daya dan kekayaan dalam kepemimpinannya. Ini termasuk pengelolaan kekayaan secara efisien dan adil, serta penggunaannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Pemimpin yang bijak harus mampu mengelola sumber daya dengan keadilan dan memastikan distribusi yang seimbang.

  • Winasis (Kebijaksanaan)

Ketiga, "winasis," mencerminkan kebijaksanaan. Seorang pemimpin harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang tindakan yang diambilnya dan dampaknya terhadap masyarakat. Kebijaksanaan dalam kepemimpinan mencakup kemampuan untuk membuat keputusan yang bijak, memahami konsekuensi jangka panjang, dan mengambil tindakan yang menguntungkan bagi semua pihak.

Dengan menggabungkan tiga nilai ini, seorang pemimpin diharapkan dapat mencapai keselarasan antara kekuasaan, harta, dan kebijaksanaan dalam kepemimpinannya. Konsep "wirya-arta-winasis" memberikan panduan yang kuat bagi pemimpin untuk memastikan bahwa kepemimpinan mereka menguntungkan masyarakat secara luas dan menghindari penyalahgunaan kekuasaan atau ketamakan dalam pengelolaan harta. Keseluruhan, Serat Wedhatama karya Mangkunegara IV mengingatkan kita akan pentingnya kepemimpinan yang bijak, adil, dan berlandaskan nilai-nilai moral dalam memimpin sebuah komunitas.

Dalam konteks pencegahan korupsi, mengadopsi kepemimpinan berlandaskan pada nilai-nilai kearifan lokal, seperti yang terdapat dalam Serat Wedhatama, dapat dianggap sebagai solusi yang relevan dan berharga. Serat Wedhatama, sebuah karya sastra Jawa klasik, mengajarkan prinsip-prinsip moral, etika, dan tata nilai yang mendalam, yang dapat membentuk karakter individu dan masyarakat secara positif.

Salah satu nilai utama dalam Serat Wedhatama adalah "kearifan lokal," yang mencakup kebijaksanaan dalam bertindak, kejujuran, serta rasa tenggang rasa dan empati terhadap sesama. Ketika nilai-nilai ini menjadi dasar kepemimpinan, para pemimpin cenderung mempraktikkan transparansi, akuntabilitas, dan integritas dalam tindakan dan keputusan mereka. Mereka memimpin dengan teladan, memperlihatkan integritas tanpa cela, dan menginspirasi orang lain untuk mengikuti jejak mereka.

Penerapan nilai-nilai kearifan lokal dalam kepemimpinan juga melibatkan pendekatan partisipatif terhadap pengambilan keputusan. Para pemimpin yang memahami dan menghargai kearifan lokal melibatkan masyarakat dalam proses pembuatan keputusan yang bersifat transparan dan adil. Mereka mendengarkan aspirasi dan masukan dari berbagai lapisan masyarakat, menciptakan ruang bagi partisipasi publik yang aktif dalam mengawasi tindakan pemerintah, dan mendorong keterlibatan masyarakat dalam membangun kebijakan yang bertujuan untuk kesejahteraan bersama.

Selain itu, nilai-nilai kearifan lokal juga mengajarkan pentingnya membangun rasa solidaritas dan persatuan di dalam masyarakat. Dengan memperkuat hubungan antarwarga dan mempromosikan rasa memiliki terhadap lingkungan sekitar, korupsi dapat dicegah dengan mengurangi peluang tindakan koruptif. Masyarakat yang kuat dan bersatu memiliki kecenderungan untuk melawan korupsi bersama-sama, serta mendukung tindakan pemberantasan korupsi yang diambil oleh pemerintah dan lembaga penegak hukum.

Dalam menghadapi tantangan korupsi, penting bagi pemerintah dan pemimpin untuk merangkul nilai-nilai kearifan lokal sebagai landasan moral dan etika dalam kepemimpinan. Dengan menerapkan nilai-nilai ini secara konsisten dalam tindakan sehari-hari, diharapkan dapat diciptakan budaya integritas yang kuat di seluruh lapisan masyarakat. Melalui pendekatan yang menghargai kearifan lokal, kita dapat bersama-sama membangun masyarakat yang bersih dari korupsi, adil, dan berkeadilan.

Daftar Pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun