Santri adalah seorang yang menuntut ilmu di pesantren, tempat pendidikan agama Islam yang komprehensif.
- Pertama, siswa tidak hanya mempelajari ilmu agama seperti tafsir, hadis, dan fiqh, tetapi juga pengetahuan umum seperti matematika, bahasa, dan kecakapan hidup.
- Kedua, santri biasanya tinggal di asrama atau pesantren yang menerapkan disiplin ketat dan menanamkan nilai-nilai seperti berhemat, disiplin, dan mandiri.
- Ketiga, Santoris sering mengikuti kegiatan sosial di masyarakat sekitar sehingga memberikan kontribusi terhadap perkembangan spiritual dan sosial masyarakat serta menjadi tokoh penting dalam menjaga nilai-nilai moral di masyarakat Masu.
Di era modern ini, peran Santri tidak terbatas pada ranah agama saja. Santri telah menunjukkan keahliannya di berbagai bidang seperti pendidikan, bisnis, masyarakat dan politik. Banyak lulusan pesantren yang berhasil menjadi pemimpin di berbagai tingkatan baik di pemerintahan maupun swasta. Pondok pesantren juga menjadi pusat pemberdayaan ekonomi masyarakat setempat melalui pembentukan unit usaha produktif dan koperasi. Selanjutnya pesantren dan pesantren terus memperkuat perannya sebagai agen moderasi beragama. Di dunia yang semakin kompleks, pelajar dituntut untuk memiliki kemampuan dalam mengekspresikan sisi Islam yang damai dan toleran. Hal ini sejalan dengan semangat Rahmatan lil Alamin: Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Berdasarkan realita yang ada, setidaknya ada tiga hal yang harus dipersiapkan oleh santri untuk menjadi pelaku sejarah dan pionir kemajuan peradaban di Indonesia.
Pertama: Persiapan yang harus dilakukan seorang santri adalah santri harus mempunyai kecerdasan intelektual yang tinggi dan kemampuan berpikir kritis untuk mampu menyikapi setiap permasalahan yang ada. Pengetahuan santri harus dapat disesuaikan dengan konteks waktu sehingga tidak terjadi dikotomi antara pengetahuan dunia dan pengetahuan akhirat.
Santri harus mampu menguasai ilmu-ilmu yang akan membawa pada kemenangan dalam kehidupan dunia dan akhirat. Imam al- Ghazali mengutip dalam Haditsdalam Kitab Ikhya’ Ulumuddin: ``Sesungguhnya kalian berada pada masa yang banyak Fuqaha (ahli ilmu) dan sedikit sekali orang yang qurro’ (orang yang baca al quran).
“Dan akan tiba saatnya umat manusia akan memiliki sedikit fuqaha dan banyak qurro’ dan khutbah.” Maka ilmu lebih baik dari amal di zaman ini tidak dapat dipungkiri bahwa ilmu pengetahuan akan memegang peranan yang sangat penting, namun tentunya juga harus diimbangi dengan amal shaleh.
Kedua: mahasiswa Santri harus dibekali dengan keterampilan kewirausahaan yang mumpuni dan mampu mengenali peluang bisnis yang datang dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi dan merebaknya kewirausahaan di kalangan generasi muda.
Saat ini, santri tidak cukup hanya berilmu saja, mereka juga harus menjadi wirausaha sukses. Rasulullah SAW telah memberikan contoh langsung kepada kita sebagai seorang pebisnis sukses. Karena sikapnya yang serius terhadap perdagangan, Nabi mencapai kemandirian finansial di usia muda. Keteladanan inilah yang patut ditiru oleh pelajar masa kini, bahwa kemandirian finansial dimulai dan harus diperjuangkan sejak usia muda.
Oleh karena itu, sudah sepantasnya santri tidak hanya belajar menghukum dengan membaca buku saja, namun juga mampu menerapkannya. Harapan besar lainnya adalah santri menjadi mesin pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Ketiga: Persiapan yang harus dilakukan seorang santri adalah ia harus mampu memegang teguh dan konsisten prinsip-prinsip khusus dirinya.
Penulis :