Santri adalah sebutan bagi mereka yang mempelajari ilmu agama. Di tingkat nasional, batas-batas Islam sering dipandang sebelah mata. Mereka dianggap kuno.Kita sangat tertinggal dalam ilmu pengetahuan.
Rasulullah bersabda:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Menuntut ilmu adalah suatu keharusan bagi setiap orang Muslim. Berdasarkan hadist di atas, telah tiba saatnya para murid bangkit menjadi agen perubahan. Anda tidak hanya akan belajar ilmu agama tetapi juga pengetahuan umum, Karena baik ilmu umum maupun agama adalah ilmu Allah SWT. Saat ini perkembangan teknologi menuju digitalisasi semakin pesat. Di era digital ini, masyarakat umumnya memiliki gaya hidup baru yang tidak lepas dari perangkat elektronik. Teknologi merupakan alat yang dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan manusia. Manusia dapat memanfaatkan teknologi untuk mempermudah dalam menyelesaikan tugas apa pun. Peran penting teknologi adalah membawa peradaban manusia memasuki era digital. Waktu telah berubah, Masyarakat yang dahulu berjalan kaki untuk berkeliling kini menggunakan kendaraan, atau orang yang berkomunikasi jarak jauh tidak perlu bertemu. Kita sudah punya telepon, jadi selain kondisi fisik saat itu, teknologi pemikiran modern tentu saja sama. Terkadang Anda harus bisa berpartisipasi dalam pembangunan jangka panjang. Santri merupakan pilar bangsa yang perannya dalam sejarah negeri ini tidak bisa dilupakan, meski peran Santri di masa lalu tidak terdokumentasikan.
Di era teknologi yang berkembang pesat saat ini, kita harus mampu berubah dan beradaptasi. Tapi bukan itu saja, santri dituntut untuk memiliki keterampilan intelektual yang komprehensif. Penelitian paralel dengan kajian agama. Era globalisasi telah memunculkan gaya hidup yang lebih kebarat-baratan, sangat kontras dengan fokus kehidupan spiritual di pesantren. Hal ini merupakan sebuah tantangan dan tantangan bagi kehidupan masa depan Santri baik di tingkat nasional maupun negara.
Di era digital, bukan soal siap atau tidak, bukan pilihan, itu sudah akibat. Ibarat arus laut yang terus mengalir dalam kehidupan manusia, teknologi pun akan terus bergerak. Oleh karena itu, tidak ada lagi yang bisa dilakukan selain menggunakan teknologi dengan benar dan mengendalikannya untuk manfaat yang sebesar-besarnya.
Pondok pesantren modern merupakan salah satu jenis lembaga pendidikan Islam yang juga dikenal dengan pendidikan karakternya, termasuk pengembangan keterampilan kepemimpinan pada santrinya. Slogan-slogan yang sering dilontarkan para kepala pesantren modern: “Siap memimpin” dan “Siap dipimpin” dirancang untuk mengembangkan kepribadian kepemimpinan santri. Hal ini menjadi bukti bahwa hal tersebut penting. Tujuan dari pelatihan karakter kepemimpinan adalah untuk membekali peserta didik dengan kemampuan menghadapi situasi yang harus dihadapi dalam perkembangan zaman, berperan serta dalam masyarakat, dan memiliki karakter yang tidak mudah terpengaruh oleh bisikan siapapun menjadi pemimpin yang kharismatik. Kegembiraan atas posisi yang dipegangnya. Terdapat rangkaian fenomena di mana para pemimpin, baik dalam organisasi maupun dalam kepemimpinan nasional, merasa puas dengan posisi mereka saat ini, mengabaikan tanggung jawab utama mereka sebagai pemimpin, dan tidak konsisten dengan apa yang mereka pimpin. Menuju tujuan yang direncanakan dan berkomitmen sebelumnya.
Banyak lulusan pesantren yang sukses menjadi ilmuwan, dosen, pengusaha, bahkan kepala negara. Misalnya saja Sekretaris Jenderal ASEAN Surin Pitsuwan yang juga lulusan pesantren di Thailand. Ada pula Gus Nadir yang mampu menjadi akademisi di kampus bergengsi di Australia. Kami juga memiliki instruktur terkenal yang sedang menjadi berita seperti Pak Ushtadz Abdul Somad dan Pak Ushtadz Adi Hidayat.
Eric Tohir, seorang pengusaha sekaligus menteri, juga menjabat sebagai Menteri BUMN di pemerintahan Presiden Jokowi saat itu. Tentunya jika kita melihat-lihat, kita akan menemukan lebih banyak lagi pejabat, pengusaha, akademisi, diplomat, walikota, dll dari Santri. Hal ini menunjukkan pengaruh Santri nyata di era modernisasi dan globalisasi.
Di era modernisasi dan globalisasi, mahasiswa mempunyai hak untuk bermimpi menjadi sesuatu. Banyak bidang pekerjaan dengan karakteristik unik dan menarik yang membutuhkan orang-orang dengan latar belakang mahasiswa. Santri mempunyai peluang besar dan tidak ada hambatan untuk menjadi apa yang mereka inginkan, kecuali bertentangan dengan hak dan tanggung jawab orang yang paham ilmu agama.
Perkembangan santri pada hakikatnya bukan sekedar pengembangan pola-pola tradisional lama, namun juga inovasi dalam pengembangan sistem, sistem modern. Namun demikian, bukan berarti keberadaan sistem pendidikan di pesantren modern meniadakan sistem pendidikan tradisional yang sudah mengakar kuat di pesantren. Sistem pendidikan modern merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem pendidikan tradisional yang sudah ada. Dengan kata lain, kita akan memadukan tradisi dan modernitas untuk menciptakan sistem pendidikan yang sinergis. Pasca Gerakan Pembaharuan, pesantren mulai mengembangkan metode pendidikan seperti sistem madrasi (sistem klasik), sistem kursus (tahassus), dan sistem magang.
Tujuan umum pesantren adalah: Menyesuaikan diri dengan ajaran Islam dan menanamkan rasa keagamaan ini dalam segala aspek kehidupan, menjadikannya pribadi yang berkarakter. Agar bermanfaat bagi agama, masyarakat, dan bangsa.