Secara bahasa, kata 'kognitif' berasal dari kata "cognition" yang artinya pengertian atau pemahaman. Kognitif adalah kemampuan berpikir manusia yang berkaitan dengan kecerdasan seseorang. Sederhananya, kognitif mencakup seluruh aktivitas mental yang memungkinkan individu untuk menghubungkan, mempertimbangkan, dan menilai suatu peristiwa. Melalui proses ini, individu dapat memperoleh pengetahuan. Dalam konteks perkembangan anak, pemahaman tentang kognitif sangat penting untuk merancang metode pembelajaran yang efektif. Dua tokoh terkemuka yang banyak dibahas dalam teori perkembangan kognitif adalah Jean Piaget dan Lev Vygotsky. Meskipun keduanya meneliti cara anak-anak berpikir dan belajar, pendekatan mereka memiliki perbedaan mendasar. Dengan menggali teori-teori ini, kita dapat lebih memahami bagaimana anak-anak membangun pengetahuan dan keterampilan mereka, serta bagaimana faktor lingkungan dan sosial mempengaruhi proses kognitif tersebut. Artikel ini akan menganalisis teori-teori Piaget dan Vygotsky, serta implikasinya bagi pendidikan masa kini.
Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget
 Jean Piaget ini merupakan seorang psikolog yang berasal dari Swiss dan sudah berkontribusi besar terhadap pemahaman mengenai perkembangan kognitif anak. Piaget sangat memperhatikan bahwa anak-anak di usia tertentu cenderung memberikan jenis jawaban salah yang sama. Dari pengamatan dan juga wawancara lanjutan dengan anak-anak mengenai kesalahan tersebut, Ia mengembangkan sebuah teori yang diberi nama Teori Piaget, yakni tentang bagaimana proses kognitif anak berkembang.
Teori perkembangan kognitif versi Jean Piaget atau yang dikenal sebagai teori Piaget. Teori Piaget merupakan teori konstruktivis kognitif yang menjelaskan bahwa anak akan terus berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Hasil dari interaksi tersebut akan menghasilkan skema, atau skemata, yang berarti jenis-jenis pengetahuan yang berfungsi membantu individu dalam melakukan interpretasi serta memahami lingkungan mereka. Teori ini menunjukkan bahwa kecerdasan anak berubah seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan mereka. Perkembangan kognitif seorang anak tidak hanya mencakup perolehan pengetahuan, tetapi juga melibatkan pembangunan mental.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif pada anak secara garis besar terbagi menjadi empat tahapan, yaitu:
1. Tahap Sensorimotor (0-2 tahun)
Pada tahap ini, anak belajar melalui pengalaman sensorik dan motorik. Mereka mulai memahami objek dan pergerakan melalui pengamatan dan eksplorasi. Konsep penting di sini adalah "objek permanen," yaitu pemahaman bahwa objek tetap ada meskipun tidak terlihat.
2. Tahap Praoperasional (2-7 tahun)
Pada tahap ini, anak mulai menggunakan bahasa dan simbol untuk berkomunikasi. Namun, mereka masih cenderung berpikir secara egosentris dan sulit memahami sudut pandang orang lain. Mereka juga menunjukkan imajinasi yang kuat, tetapi berpikir mereka belum logis.
3. Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun)
Pada tahap ini, anak mulai berpikir lebih logis tentang objek dan situasi konkret. Mereka dapat mengklasifikasikan dan mengurutkan informasi dengan lebih baik. Namun, pemikiran mereka masih terikat pada pengalaman nyata dan tidak mampu berpikir abstrak.
4. Tahap Operasional Formal (11 tahun ke atas)
Anak mulai mampu berpikir abstrak dan memikirkan hipotesis. Mereka dapat melakukan penalaran logis dan memahami konsep yang kompleks, seperti matematika dan sains. Pada tahap ini, kemampuan untuk merencanakan dan mengevaluasi juga mulai berkembang. Apabila dilihat dari faktor biologisnya, tahapan terakhir ini akan muncul ketika pubertas dan menandai masuknya seseorang ke dunia dewasa baik secara penalaran moral, kognitif, fisiologis, perkembangan psikoseksual serta perkembangan sosial.
Implikasi dalam Pendidikan:
- Pendidik perlu merancang kurikulum yang sesuai dengan tahapan perkembangan kognitif anak.
- Metode pengajaran harus memanfaatkan pengalaman langsung, permainan peran, dan penggunaan alat peraga untuk mendukung pemahaman konsep.
- Penerapan prinsip-prinsip konstruktivisme membantu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan bermakna.
Teori Perkembangan Kognitif Lev Vygotsky
Vygotsky ialah seorang ahli psikologi dalam perkembangan kognitif anak asal Rusia. Teori Lev Vygotsky mengenai perkembangan kognitif pun telah menjadi pegangan teori perkembangan kognitif hingga sekarang. Dalam teorinya, Lev Vygotsky menekankan pentingnya peranan dari interaksi sosial dalam berbagai tahapan perkembangan kognitif pada anak. Meskipun begitu, anak juga memiliki kemampuan untuk menyusun beragam pengetahuan maupun informasi yang ia dapatkan secara mandiri serta aktif.
Ketika seseorang ingin lebih memahami jalan pikiran atau kondisi kognitif anak, Vygotsky lebih memilih untuk melakukan penelusuran mengenai cara interaksi sosial yang dialami oleh anak. Tindakan penelusuran tersebut menurut Vygotsky didasarkan pada keyakinan bahwa perkembangan fungsi mental anak diperoleh melalui interkasi sosial dan bukan berasal dari individu itu sendiri.
Ada tiga konsep yang dikemukakan oleh Vygotsky dalam teori perkembangan kognitif, meliputi:
1. Konsep Zone of Proximal Development(ZPD)
Pada umumnya ZPD berupa suatu aktivitas mengajar di mana ada pengajar baik orang dewasa maupun anak kecil yang lebih mampu serta ada peserta didik yaitu anak yang tidak mampu mengerjakan serangkaian tugas tersebut. Melalui konsep ZPD ini, Vygotsky ingin menunjukan betapa pentingnya interaksi sosial. Terutama interaksi sosial berupa korelari antara pengajaran atau intruksi terhadap psikologi dari perkembangan kognitif anak. ZPD juga merupakan konsep yang menampilkan sejauh mana kemampuan anak untuk belajar secara mandiri maupun peningkatan keilmuan melalui belajar bersama orang lain.
2. Konsep Scafolding
Konsep yang berkaitan erat dengan zone of proximal development (ZPD) adalah scaffolding. Scaffolding merupakan sebuah teknik untuk mengubah level dukungan selama sesi pengajaran dengan orang yang lebih ahli, seperti: guru atau teman sebaya yang lebih mampu.
Scaffolding juga disebut dengan pemberian sejumlah bantuan kepada seorang manusia atau anak selama tahap awal pembelajaran. Tutor akan memberikan beberapa stimulus pada anak. Ketika awal diberikan tugas baru, anak biasanya belum mengerti. Saat kemampuan anak semakin meningkat maka pelan-pelan guru atau tutor akan mengurangi bimbingannya sedikit demi sedikit.
3. Bahasa dan Pemikiran
Menurut Vygotsky, manusia menerapkan bahasa untuk merencanakan, membimbing, dan memonitor perilaku mereka. Bahasa digunakan manusia tidak hanya untuk komunikasi sosial, tetapi juga untuk membantu menyelesaikan tugas-tugas. Vygotsky berpendapat mengenau konsep bahasa dan pikiran yang terbagi menjadi dua macam, yakni percakapan sendiri (private speech) dan pembicaraan batin (inner speech).Â
Percakapan sendiri (private speech) merupakan kebiasaan anak berbicara dengan keras kepada dirinya sendiri tanpa maksud berbicara dengan orang lain. Hal itu, menjadi hal yang normal terjadi pada anak yang berusia 3-5 tahun. Setelah menyampai usia lima tahun, umumnya fase private speech pada anak akan menghilang.
Inner speech dapat dipahami sebagai anak yang menggunakan kemampuan berbicara sendiri, tidak hanya untuk diterapkan dalam berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang di sekitar saja. Tetapi juga, untuk merencanakan dan mengendalikan perilakunya. Kondisi tersebut disebut dengan percakapan batin (inner speech). Inner speech sendiri akan terbawa sampai manusia dewasa. Fungsinya sebagai kontrol pikiran, ingatan, memori, dan tindakan dalam berencana.
Implikasi dalam pendidikan:
- Pendidik harus memahami pentingnya interaksi sosial dalam proses belajar dan menciptakan lingkungan yang mendukung kolaborasi.
- Metode pengajaran harus mencakup penggunaan scaffolding, di mana dukungan disesuaikan dengan kebutuhan anak.
- Pendidik perlu memanfaatkan bahasa sebagai alat untuk membantu siswa merencanakan, memonitor, dan mengevaluasi tugas mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H