Scaffolding juga disebut dengan pemberian sejumlah bantuan kepada seorang manusia atau anak selama tahap awal pembelajaran. Tutor akan memberikan beberapa stimulus pada anak. Ketika awal diberikan tugas baru, anak biasanya belum mengerti. Saat kemampuan anak semakin meningkat maka pelan-pelan guru atau tutor akan mengurangi bimbingannya sedikit demi sedikit.
3. Bahasa dan Pemikiran
Menurut Vygotsky, manusia menerapkan bahasa untuk merencanakan, membimbing, dan memonitor perilaku mereka. Bahasa digunakan manusia tidak hanya untuk komunikasi sosial, tetapi juga untuk membantu menyelesaikan tugas-tugas. Vygotsky berpendapat mengenau konsep bahasa dan pikiran yang terbagi menjadi dua macam, yakni percakapan sendiri (private speech) dan pembicaraan batin (inner speech).Â
Percakapan sendiri (private speech) merupakan kebiasaan anak berbicara dengan keras kepada dirinya sendiri tanpa maksud berbicara dengan orang lain. Hal itu, menjadi hal yang normal terjadi pada anak yang berusia 3-5 tahun. Setelah menyampai usia lima tahun, umumnya fase private speech pada anak akan menghilang.
Inner speech dapat dipahami sebagai anak yang menggunakan kemampuan berbicara sendiri, tidak hanya untuk diterapkan dalam berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang di sekitar saja. Tetapi juga, untuk merencanakan dan mengendalikan perilakunya. Kondisi tersebut disebut dengan percakapan batin (inner speech). Inner speech sendiri akan terbawa sampai manusia dewasa. Fungsinya sebagai kontrol pikiran, ingatan, memori, dan tindakan dalam berencana.
Implikasi dalam pendidikan:
- Pendidik harus memahami pentingnya interaksi sosial dalam proses belajar dan menciptakan lingkungan yang mendukung kolaborasi.
- Metode pengajaran harus mencakup penggunaan scaffolding, di mana dukungan disesuaikan dengan kebutuhan anak.
- Pendidik perlu memanfaatkan bahasa sebagai alat untuk membantu siswa merencanakan, memonitor, dan mengevaluasi tugas mereka.