Dengan cara ini, guru tetap berpegang pada prinsip keadilan dan profesionalisme, tetapi dengan empati terhadap kesulitan pribadi yang dialami siswa. Tindakan ini menunjukkan keseimbangan antara menegakkan aturan dan peduli terhadap kesejahteraan siswa, memastikan bahwa nilai-nilai etika tetap terjaga tanpa mengabaikan sisi kemanusiaan.
Seorang Dokter yang Mengutamakan Pasien Tanpa Mengorbankan Etika Medis Seorang dokter memiliki kewajiban profesional untuk memberikan perawatan medis terbaik kepada semua pasien, terlepas dari latar belakang mereka. Seorang pasien mungkin datang dari kalangan ekonomi rendah, yang tidak mampu membayar biaya penuh perawatan.Â
Dengan integritas, dokter tersebut berpegang pada kode etik medis untuk memberikan perawatan yang sama kepada setiap pasien, tanpa diskriminasi. Namun, empati membuat dokter tersebut lebih memahami situasi keuangan pasien dan berusaha mencari solusi yang lebih terjangkau tanpa mengorbankan kualitas perawatan. Misalnya, dokter dapat memberikan pilihan pengobatan yang lebih hemat biaya atau merujuk pasien ke program bantuan medis.Â
Dalam situasi ini, integritas menjaga profesionalisme dokter, sementara empati memastikan bahwa keputusan diambil dengan memperhatikan kondisi individu pasien, sehingga perawatan tetap berkualitas dan manusiawi.
3. Pemimpin  Tim  yang  Mengedepankan  Kesejahteraan  Anggota
Dalam suatu proyek yang penuh tekanan dan memiliki tenggat waktu yang ketat, seorang pemimpin tim dihadapkan pada pilihan antara mendorong tim untuk bekerja lebih keras dengan risiko kelelahan atau mencari cara lain untuk memenuhi tenggat waktu. Pemimpin yang memiliki integritas tahu bahwa target proyek harus dipenuhi dan kualitas kerja harus dipertahankan.Â
Namun, empati membuat pemimpin ini memperhatikan kesejahteraan tim, yang mulai menunjukkan tanda-tanda stres dan kelelahan. Dengan dorongan empati, pemimpin tersebut mungkin memilih untuk mengatur ulang prioritas proyek, berbicara dengan klien tentang kemungkinan memperpanjang tenggat waktu, atau membagi pekerjaan agar anggota tim dapat lebih fokus pada tugas-tugas tertentu.Â
Pemimpin ini tidak mengabaikan tanggung jawabnya terhadap perusahaan, tetapi dengan empati, ia mencari solusi yang memungkinkan target dicapai tanpa mengorbankan kesejahteraan anggota tim. Integritas memastikan bahwa pemimpin tetap bertindak sesuai dengan komitmen profesionalnya, sementara empati mendorongnya untuk mempertimbangkan dampak manusiawi dari situasi tersebut.
4. Pengusaha  yang  Bertanggung  Jawab  Secara  Sosial
Seorang pengusaha yang memiliki integritas akan mematuhi prinsip-prinsip etika dalam menjalankan bisnisnya, seperti tidak mengeksploitasi pekerja atau merusak lingkungan demi keuntungan pribadi. Ketika bisnisnya berkembang dan mencapai kesuksesan, empati mendorong pengusaha ini untuk melihat kembali dampak bisnisnya terhadap masyarakat sekitar.Â
Alih-alih hanya fokus pada keuntungan, pengusaha tersebut memutuskan untuk memberikan kontribusi kepada komunitas lokal, misalnya dengan menyisihkan sebagian keuntungan untuk mendukung program-program pendidikan, kesehatan, atau lingkungan.Â