Mohon tunggu...
Naila Alifia Rahma
Naila Alifia Rahma Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa ilmu komunikasi - Universitas Pakuan

Saat ini sedang menempuh pendidikan strata satu (S1) di Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Pakuan, pada tahun 2024. Sebagai seorang mahasiswa, saya memiliki ketertarikan yang mendalam dalam bidang komunikasi dan terus berupaya mengembangkan keterampilan dalam menyampaikan pesan secara efektif serta memahami dinamika komunikasi di berbagai konteks. Di luar aktivitas akademik, saya memiliki hobi membaca, mendengarkan musik, dan menulis. Kegiatan-kegiatan tersebut tidak hanya memberikan hiburan, tetapi juga memperkaya wawasan dan perspektif saya, yang saya harap dapat menunjang pengembangan diri saya dalam bidang ilmu komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Integritas Seseorang Memiliki Motivasi Empati Serta Rasa Solidaritas dengan Orang Lain

28 November 2024   12:49 Diperbarui: 28 November 2024   16:39 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber : canva.com)

Hubungan antara integritas motivasi dan empati 

Hubungan antara integritas dan motivasi empati menggambarkan bagaimana dua kualitas ini saling mendukung untuk membentuk perilaku yang tidak hanya berdasarkan prinsip-prinsip etika yang kuat, tetapi juga dipenuhi dengan kepedulian terhadap orang lain. 

Ketika seseorang memiliki integritas, mereka memiliki komitmen yang teguh untuk berpegang pada nilai-nilai moral dan bertindak dengan cara yang konsisten dan dapat dipercaya. Di sisi lain, motivasi empati mendorong seseorang untuk memahami dan merasakan pengalaman serta emosi orang lain, yang kemudian mendorong mereka untuk bertindak dengan cara yang peduli dan perhatian.

Integritas sering kali terkait dengan prinsip bahwa seseorang harus selalu berbuat benar, bahkan ketika tidak ada yang mengawasi, dan keputusan yang diambil harus sesuai dengan nilai-nilai etika yang dianut. Ini berarti bahwa orang yang memiliki integritas tidak mudah tergoda oleh kepentingan pribadi atau tekanan eksternal untuk bertindak melawan prinsip moral mereka. 

Ketika integritas disandingkan dengan motivasi empati, seseorang tidak hanya bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip moral yang benar, tetapi juga mempertimbangkan dampak emosional dan sosial dari tindakan mereka terhadap orang lain. Ini membuat seseorang tidak hanya terfokus pada "apa yang benar," tetapi juga "bagaimana tindakan tersebut mempengaruhi orang lain."

Motivasi empati menambahkan dimensi manusiawi yang sangat penting dalam menjalankan integritas. Empati memungkinkan seseorang untuk melangkah lebih jauh daripada sekadar mematuhi prinsip etika; mereka berusaha memahami perasaan dan perspektif orang lain, dan menggunakan pemahaman tersebut dalam pengambilan keputusan mereka. 

Dalam situasi di mana seseorang harus membuat keputusan yang sulit, empati memainkan peran penting dalam memastikan bahwa keputusan tersebut tidak hanya benar menurut aturan, tetapi juga adil dan mempertimbangkan kesejahteraan orang-orang yang terdampak.

Misalnya, seorang pemimpin yang memiliki integritas mungkin dihadapkan pada keputusan untuk mematuhi kebijakan perusahaan yang ketat. Namun, dengan motivasi empati, pemimpin tersebut akan mempertimbangkan bagaimana kebijakan itu akan memengaruhi karyawan, khususnya mereka yang mungkin menghadapi kesulitan dalam menyesuaikan diri. 

Dalam kasus ini, empati memungkinkan pemimpin tersebut untuk menilai situasi secara lebih menyeluruh, tidak hanya dari sudut pandang kebijakan perusahaan, tetapi juga dari perspektif kemanusiaan. Ini menghasilkan keputusan yang lebih bijaksana, di mana integritas tetap dijaga, namun juga disertai dengan tindakan yang penuh kasih dan perhatian.

Di sisi lain, integritas memberikan struktur dan batasan bagi tindakan yang didorong oleh empati. Tanpa integritas, empati bisa menjadi berlebihan atau salah arah, di mana seseorang mungkin tergoda untuk membuat keputusan yang hanya didasarkan pada perasaan, tanpa mempertimbangkan konsekuensi yang lebih luas atau prinsip-prinsip etika. 

Misalnya, seseorang yang terlalu dipengaruhi oleh empati mungkin memberikan bantuan kepada satu individu secara tidak adil, tanpa memperhatikan dampaknya terhadap kelompok yang lebih besar. Di sinilah peran integritas sangat penting, karena ia memastikan bahwa tindakan empatik tetap berada dalam kerangka moral yang benar dan mempertimbangkan dampak keseluruhan.

Integritas juga memastikan bahwa empati tidak digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan yang tidak etis. Misalnya, seseorang mungkin menggunakan empati untuk membenarkan tindakan yang tidak benar, seperti memanipulasi emosi orang lain demi kepentingan pribadi. 

Integritas mencegah hal ini dengan memastikan bahwa empati diarahkan pada tindakan yang benar dan adil, bukan pada kepentingan egois atau manipulatif. Dengan integritas, empati tidak hanya menjadi respons emosional, tetapi juga menjadi motivasi untuk bertindak secara etis, transparan, dan bertanggung jawab.

Ketika integritas dan empati bekerja secara bersamaan, mereka menciptakan keseimbangan yang kuat dalam pengambilan keputusan. Empati membantu seseorang untuk lebih memahami kompleksitas situasi dan bagaimana keputusan mereka akan memengaruhi orang lain, sementara integritas memastikan bahwa tindakan yang diambil berdasarkan pemahaman tersebut tetap berada dalam jalur yang benar secara moral. 

Ini berarti bahwa keputusan yang diambil tidak hanya benar menurut prinsip etika, tetapi juga memberikan dampak positif bagi orang-orang yang terlibat atau terdampak oleh keputusan tersebut.

Dalam kehidupan sehari-hari, hubungan antara integritas dan empati dapat dilihat dalam berbagai interaksi sosial. Misalnya, dalam hubungan personal, seseorang yang memiliki integritas dan empati akan berusaha memahami perasaan pasangannya, teman, atau anggota keluarga, sambil tetap memegang prinsip untuk bersikap jujur, adil, dan tidak memanipulasi perasaan mereka. 

Dalam situasi konflik, empati memungkinkan individu tersebut untuk melihat masalah dari sudut pandang orang lain, sementara integritas memastikan bahwa penyelesaiannya dilakukan dengan cara yang menghormati semua pihak yang terlibat.

Dalam dunia profesional, integritas dan empati sangat penting untuk membangun hubungan kerja yang sehat dan produktif. Seorang pemimpin yang berintegritas mungkin menghadapi tekanan untuk mencapai target tertentu, namun jika mereka juga memiliki empati, mereka akan memastikan bahwa pencapaian tersebut tidak dilakukan dengan mengorbankan kesejahteraan karyawan. 

Mereka akan berusaha untuk mencapai tujuan dengan cara yang tidak hanya etis, tetapi juga memperhatikan kebutuhan emosional dan profesional tim mereka.

Integritas dan empati juga memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas. Dalam konteks sosial, orang yang memiliki kedua kualitas ini cenderung berperan sebagai pemimpin moral, yang bertindak berdasarkan prinsip keadilan dan kepedulian terhadap kesejahteraan umum. 

Mereka memahami bahwa keputusan yang mereka ambil memiliki dampak luas pada masyarakat, dan mereka berusaha memastikan bahwa setiap tindakan yang diambil tidak hanya benar, tetapi juga menguntungkan bagi orang lain.

Pada akhirnya, hubungan antara integritas dan motivasi empati mencerminkan sinergi yang ideal dalam perilaku manusia. Integritas menyediakan fondasi moral yang kuat untuk memastikan bahwa setiap tindakan konsisten dengan nilai-nilai etis, sementara empati memberikan dimensi kepedulian yang memastikan bahwa tindakan tersebut memperhitungkan perasaan dan kebutuhan orang lain. 

Keduanya bersama-sama menciptakan individu yang tidak hanya mematuhi aturan dan prinsip moral, tetapi juga terhubung secara mendalam dengan orang-orang di sekitarnya, menciptakan lingkungan yang lebih adil, penuh perhatian, dan bermakna.

Contoh perilaku integritas motivasi dan empati 

Contoh perilaku integritas yang dipengaruhi oleh empati dapat dilihat dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari lingkungan kerja, kehidupan sosial, hingga hubungan personal. Integritas dan empati saling mendukung untuk menghasilkan tindakan yang benar secara moral dan etis, namun juga mempertimbangkan perasaan serta kebutuhan orang lain. 

Kombinasi dari kedua nilai ini tidak hanya memastikan bahwa keputusan yang diambil sesuai dengan prinsip moral yang benar, tetapi juga dilakukan dengan kesadaran penuh terhadap dampaknya bagi orangorang di sekitarnya.

1. Pemimpin   Perusahaan yang  Adil  dan  Peduli  terhadap Karyawan

Seorang pemimpin perusahaan dihadapkan pada keputusan sulit untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karena keadaan ekonomi yang menekan. Dengan integritas, pemimpin tersebut tahu bahwa keputusan ini tidak bisa dihindari untuk menjaga kelangsungan perusahaan. Namun, ia juga dipengaruhi oleh empati yang membuatnya sangat memperhatikan dampak keputusan ini terhadap kehidupan karyawannya.

 Sebagai tindakan empati, pemimpin tersebut memastikan bahwa karyawan yang terdampak mendapatkan pesangon yang layak, bimbingan karier, dan bantuan dalam mencari pekerjaan baru. 

Selain itu, pemimpin tersebut mungkin memilih untuk tidak melakukan PHK secara massal, tetapi mencoba mengurangi jam kerja atau menawarkan cuti sementara, agar karyawan tetap memiliki penghasilan selama masa sulit. Di sini, integritas menjaga keputusan tetap berada dalam jalur yang benar sesuai dengan kebutuhan perusahaan, sementara empati membuat keputusan itu dilaksanakan dengan cara yang lebih manusiawi.

2. Guru yang  Berintegritas d an  Berempati  Terhadap  Kesulitan  Siswa

Seorang guru yang berintegritas mungkin memiliki aturan ketat tentang disiplin, seperti batas waktu pengumpulan tugas. Namun, ketika seorang siswa yang biasanya disiplin meminta perpanjangan waktu karena mengalami masalah pribadi atau keluarga, guru tersebut, karena empati, mempertimbangkan situasi tersebut. 

Guru tetap menjaga integritas profesionalnya dengan tidak sepenuhnya mengabaikan aturan, tetapi memberikan kelonggaran bagi siswa tersebut untuk menyelesaikan tugasnya.

 Dengan cara ini, guru tetap berpegang pada prinsip keadilan dan profesionalisme, tetapi dengan empati terhadap kesulitan pribadi yang dialami siswa. Tindakan ini menunjukkan keseimbangan antara menegakkan aturan dan peduli terhadap kesejahteraan siswa, memastikan bahwa nilai-nilai etika tetap terjaga tanpa mengabaikan sisi kemanusiaan.

Seorang Dokter yang Mengutamakan Pasien Tanpa Mengorbankan Etika Medis Seorang dokter memiliki kewajiban profesional untuk memberikan perawatan medis terbaik kepada semua pasien, terlepas dari latar belakang mereka. Seorang pasien mungkin datang dari kalangan ekonomi rendah, yang tidak mampu membayar biaya penuh perawatan. 

Dengan integritas, dokter tersebut berpegang pada kode etik medis untuk memberikan perawatan yang sama kepada setiap pasien, tanpa diskriminasi. Namun, empati membuat dokter tersebut lebih memahami situasi keuangan pasien dan berusaha mencari solusi yang lebih terjangkau tanpa mengorbankan kualitas perawatan. Misalnya, dokter dapat memberikan pilihan pengobatan yang lebih hemat biaya atau merujuk pasien ke program bantuan medis. 

Dalam situasi ini, integritas menjaga profesionalisme dokter, sementara empati memastikan bahwa keputusan diambil dengan memperhatikan kondisi individu pasien, sehingga perawatan tetap berkualitas dan manusiawi.

3. Pemimpin  Tim   yang  Mengedepankan  Kesejahteraan  Anggota

Dalam suatu proyek yang penuh tekanan dan memiliki tenggat waktu yang ketat, seorang pemimpin tim dihadapkan pada pilihan antara mendorong tim untuk bekerja lebih keras dengan risiko kelelahan atau mencari cara lain untuk memenuhi tenggat waktu. Pemimpin yang memiliki integritas tahu bahwa target proyek harus dipenuhi dan kualitas kerja harus dipertahankan. 

Namun, empati membuat pemimpin ini memperhatikan kesejahteraan tim, yang mulai menunjukkan tanda-tanda stres dan kelelahan. Dengan dorongan empati, pemimpin tersebut mungkin memilih untuk mengatur ulang prioritas proyek, berbicara dengan klien tentang kemungkinan memperpanjang tenggat waktu, atau membagi pekerjaan agar anggota tim dapat lebih fokus pada tugas-tugas tertentu. 

Pemimpin ini tidak mengabaikan tanggung jawabnya terhadap perusahaan, tetapi dengan empati, ia mencari solusi yang memungkinkan target dicapai tanpa mengorbankan kesejahteraan anggota tim. Integritas memastikan bahwa pemimpin tetap bertindak sesuai dengan komitmen profesionalnya, sementara empati mendorongnya untuk mempertimbangkan dampak manusiawi dari situasi tersebut.

4. Pengusaha  yang  Bertanggung  Jawab  Secara  Sosial

Seorang pengusaha yang memiliki integritas akan mematuhi prinsip-prinsip etika dalam menjalankan bisnisnya, seperti tidak mengeksploitasi pekerja atau merusak lingkungan demi keuntungan pribadi. Ketika bisnisnya berkembang dan mencapai kesuksesan, empati mendorong pengusaha ini untuk melihat kembali dampak bisnisnya terhadap masyarakat sekitar. 

Alih-alih hanya fokus pada keuntungan, pengusaha tersebut memutuskan untuk memberikan kontribusi kepada komunitas lokal, misalnya dengan menyisihkan sebagian keuntungan untuk mendukung program-program pendidikan, kesehatan, atau lingkungan. 

Tindakan ini adalah hasil dari integritas yang mendorong pengusaha untuk bertanggung jawab secara etis, serta empati yang membuatnya peduli terhadap kesejahteraan masyarakat di luar bisnisnya. Dengan kata lain, pengusaha ini menggunakan kesuksesannya untuk memberikan dampak positif bagi orang lain, bukan hanya demi keuntungan finansial.

5. Karyawan yang Berpegang Teguh pada Prinsip, Namun Tetap Peduli pada Rekan Kerja

Seorang karyawan bekerja di perusahaan yang sedang mengalami restrukturisasi besarbesaran. Sebagai bagian dari tim manajemen, karyawan ini memiliki akses ke informasi penting yang dirahasiakan, seperti rencana PHK atau perubahan dalam kebijakan perusahaan. 

Meskipun integritas karyawan ini menuntutnya untuk menjaga kerahasiaan perusahaan, empati terhadap rekan kerja yang akan terdampak oleh restrukturisasi membuatnya mencari cara untuk membantu. 

Alih-alih membocorkan informasi rahasia yang akan melanggar etika profesional, karyawan ini memilih untuk berbicara secara pribadi dengan manajemen, menyarankan agar keputusan yang diambil memperhitungkan kesejahteraan karyawan dan memberikan informasi yang jelas kepada mereka lebih awal. 

Dengan cara ini, karyawan tersebut tetap berpegang teguh pada prinsip integritasnya, tetapi empatinya membuatnya berusaha untuk memastikan bahwa rekan-rekannya tidak dibiarkan dalam ketidakpastian atau merasa terabaikan.

Teman            yang    Jujur   Namun           Tetap Peduli             Terhadap        Perasaan

Dalam hubungan pertemanan, seseorang yang memiliki integritas mungkin merasa perlu untuk memberikan masukan yang jujur kepada temannya, terutama ketika temannya sedang membuat keputusan yang merugikan, seperti terlibat dalam hubungan yang tidak sehat atau gaya hidup yang berbahaya. Namun, dorongan empati membuat orang tersebut tidak hanya memberikan nasihat secara langsung tanpa mempertimbangkan perasaan temannya. 

Sebagai gantinya, mereka menyampaikan kekhawatiran dengan cara yang lembut dan penuh perhatian, dengan tujuan membantu temannya tanpa membuatnya merasa tersinggung atau disalahkan. Integritas memastikan bahwa mereka tetap jujur dan tidak menyembunyikan fakta demi kenyamanan semata, sementara empati membuat mereka menyampaikan kejujuran tersebut dengan cara yang memperhitungkan perasaan temannya dan berusaha memberikan dukungan yang tulus.

E.Peran solidaritas dalam memperkuat integritas 

Solidaritas dan integritas merupakan dua nilai yang sangat penting dalam konteks sosial, organisasi, dan individu. Keduanya saling berhubungan, di mana solidaritas dapat berfungsi sebagai pendorong bagi individu untuk mempertahankan integritas dalam berbagai aspek kehidupan. 

Integritas mengacu pada konsistensi dalam tindakan, nilai, dan prinsip moral, sedangkan solidaritas mencakup kesadaran dan dukungan terhadap orang lain dalam suatu komunitas atau kelompok. Ketika solidaritas terbangun, individu merasa terhubung dan lebih termotivasi untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai etika, memperkuat integritas mereka.

Salah satu cara solidaritas memperkuat integritas adalah dengan menciptakan lingkungan yang mendukung. Dalam kelompok atau komunitas yang memiliki rasa solidaritas yang kuat, individu merasa lebih aman dan terdukung untuk mengekspresikan pandangan dan nilai-nilai mereka. 

Lingkungan ini memungkinkan individu untuk berbagi pengalaman dan saling mendukung ketika menghadapi dilema moral. Misalnya, dalam organisasi yang menjunjung tinggi solidaritas, karyawan merasa lebih nyaman untuk melaporkan tindakan tidak etis, karena mereka tahu bahwa rekanrekan mereka akan berdiri bersama mereka.

Ketika anggota komunitas saling mendukung dalam menjunjung tinggi integritas, hal ini menciptakan semangat kolektif yang mendorong individu untuk berpegang pada prinsip moral mereka. Dalam konteks pendidikan, misalnya, solidaritas di antara siswa dapat membantu mereka untuk saling mengingatkan dan mendorong satu sama lain agar tidak terjerumus dalam perilaku curang atau tidak etis, seperti menyontek. Dengan dukungan rekan-rekan, siswa akan merasa lebih termotivasi untuk menjaga integritas akademik mereka.

Solidaritas juga menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial di antara individu. Ketika seseorang merasa terhubung dengan orang lain, mereka cenderung mengembangkan rasa empati dan perhatian terhadap kesejahteraan orang lain. 

Dalam konteks ini, individu akan lebih mempertimbangkan dampak tindakan mereka terhadap orang lain dan berusaha untuk bertindak dengan integritas. Solidaritas membentuk kesadaran bahwa tindakan individu tidak hanya berdampak pada diri mereka sendiri, tetapi juga pada komunitas atau kelompok di sekitarnya.

Misalnya, dalam konteks bisnis, perusahaan yang memiliki solidaritas di antara karyawan mereka lebih mungkin untuk mengedepankan nilai-nilai etika dan tanggung jawab sosial. 

Ketika karyawan merasa bahwa mereka adalah bagian dari tim yang saling mendukung, mereka lebih mungkin untuk membuat keputusan yang tidak hanya menguntungkan perusahaan, tetapi juga bermanfaat bagi masyarakat. Hal ini menciptakan iklim kerja yang positif, di mana integritas dan etika menjadi bagian integral dari budaya organisasi.

Solidaritas mendorong akuntabilitas di dalam kelompok atau komunitas. Ketika individu merasa memiliki tanggung jawab terhadap rekan-rekan mereka, mereka lebih cenderung untuk bertindak dengan integritas. 

Dalam kelompok yang solid, anggota akan saling mengawasi dan memberikan umpan balik satu sama lain. Hal ini menciptakan suasana di mana pelanggaran terhadap prinsip moral dapat didiskusikan secara terbuka, dan individu merasa diingatkan untuk bertindak dengan jujur dan bertanggung jawab.

Akuntabilitas ini sangat penting dalam konteks organisasi. Ketika karyawan melihat bahwa rekan-rekan mereka berkomitmen untuk menjaga integritas, mereka akan merasa terdorong untuk melakukan hal yang sama. 

Solidaritas menciptakan budaya keterbukaan, di mana individu merasa nyaman untuk mengungkapkan kekhawatiran atau melaporkan tindakan yang tidak etis tanpa takut akan konsekuensi negatif. Dengan cara ini, solidaritas membantu memperkuat integritas organisasi secara keseluruhan.

Dalam banyak situasi, individu mungkin menghadapi tekanan eksternal untuk berperilaku tidak etis atau melanggar integritas. Di sinilah solidaritas berperan penting dalam memberikan dukungan moral kepada individu. Ketika seseorang merasa tertekan untuk mengambil jalan pintas atau berkompromi pada prinsip moral mereka, solidaritas dari rekan-rekan dapat memberikan dorongan yang dibutuhkan untuk tetap teguh pada nilai-nilai etika.

Contoh nyata bisa dilihat dalam situasi di mana karyawan dihadapkan pada permintaan untuk melakukan tindakan tidak etis oleh atasan. Dalam situasi seperti ini, jika ada solidaritas di antara karyawan, mereka akan merasa lebih kuat untuk menolak permintaan tersebut dan berdiri bersama untuk menegakkan integritas. 

Solidaritas memberikan kekuatan kolektif yang memungkinkan individu untuk menghadapi tantangan moral dengan keberanian, sehingga memperkuat komitmen mereka terhadap integritas.

Solidaritas mendorong keberanian moral di dalam individu. Ketika individu merasa didukung oleh kelompok mereka, mereka lebih cenderung untuk mengatasi situasi sulit dan bertindak sesuai dengan prinsip moral, bahkan jika itu berarti mengambil risiko. Solidaritas menciptakan suasana di mana individu merasa bahwa mereka tidak sendirian dalam perjuangan mereka untuk melakukan yang benar.

Contohnya, dalam komunitas atau organisasi yang menekankan solidaritas, individu yang melihat ketidakadilan atau pelanggaran etika lebih mungkin untuk berbicara dan bertindak. Ketika mereka tahu bahwa rekan-rekan mereka akan mendukung mereka, mereka merasa lebih berani untuk mengambil sikap dan berjuang untuk integritas. 

Dengan cara ini, solidaritas tidak hanya membantu individu menjaga integritas mereka sendiri, tetapi juga berkontribusi pada perbaikan moral dan etika dalam kelompok yang lebih besar.

Solidaritas juga membantu mengurangi potensi konflik kepentingan di antara individu. Ketika individu merasa bahwa mereka adalah bagian dari suatu kelompok yang memiliki tujuan bersama, mereka akan lebih cenderung untuk mengutamakan kepentingan kelompok daripada kepentingan pribadi. 

Hal ini menciptakan lingkungan di mana individu dapat bertindak dengan integritas, karena mereka menyadari bahwa tindakan mereka tidak hanya mempengaruhi diri mereka sendiri, tetapi juga rekan-rekan mereka.

Dalam konteks bisnis, misalnya, karyawan yang memiliki rasa solidaritas yang kuat akan lebih cenderung untuk bertindak demi kepentingan perusahaan dan rekan-rekan mereka, daripada mengejar keuntungan pribadi yang mungkin merugikan orang lain. Solidaritas menciptakan kesadaran bahwa keberhasilan individu dan kelompok saling terkait, yang pada gilirannya memperkuat integritas di dalam organisasi.

Solidaritas memainkan peran penting dalam memperkuat integritas. Solidaritas menciptakan lingkungan yang mendukung, menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial, mendorong akuntabilitas, dan memberikan keberanian moral yang diperlukan untuk bertindak dengan integritas. 

Ketika individu merasa terhubung dan didukung oleh rekan-rekan mereka, mereka lebih cenderung untuk mempertahankan prinsip-prinsip etika dan berperilaku secara konsisten dengan nilai-nilai moral mereka. 

Dengan adanya solidaritas, individu tidak hanya berjuang untuk integritas pribadi mereka, tetapi juga berkontribusi pada penguatan integritas kelompok atau organisasi secara keseluruhan. Dalam dunia yang sering kali menghadapi tantangan etis, solidaritas menjadi kekuatan yang sangat berharga untuk memastikan bahwa integritas tetap dijunjung tinggi dan diperjuangkan bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun